PWMU.CO – Ibadah puasa yang mengedepankan kesadaran spiritual dan transedental sangat fundamental dalam pembentukan masyarakat etis. Masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai religiusitas berlandaskan al-Quran dan sunnah. Demikian disampaikan Ainur Rafiq Sophiaan SE. MSi dalam Pengajian Fajar Imani di Kertosono, Nganjuk, Ahad (26/6) pagi.
Dia menjelaskan, puasa adalah satu-satunya ibadah puasa yang sarat dengan nilai Ihsan. Ihsan sebagaimana dijelaskan Rasul adalah beribadah kepada Allah seolah kita melihat dzat Allah. Jika tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat kita.
“Kita tidak berani membatalkan puasa karena kita sadar Allah menyaksikan kita. Apakah kesadaran ini juga ada dalam kehidupan keseharian kita?” tanya Wakil Ketua LHKP PWM Jatim ini.
(Baca: Tiga Perilaku Mistisime untuk Raih Derajat Taqwa dalam Bulan Puasa)
Dia mencontohkan, jika ibadah puasa kita disertai nilai ihsan itu, maka akan melekat dalam jiwa kesadaran etis. Pelanggaran hukum di masyarakat, praktik KKN dan konflik sosial bisa ditekan. Bahkan kesenjangan sosial menurun karena sifat kedermawanan naik.
“Karena itu, ibadah puasa menjadi awal yang baik membangun peradaban Islam yang dicirikan dengan masyarakat etis,” kata Ainur.
(Baca: Iman yang Aktif akan Membuat Seorang Konsisten untuk Beribadah)
Ainur yang juga Dosen FISIP UPN Surabaya ini juga menambahkan, nilai-nilai lain sepert rabbaniyah (ketuhanan), ukhuwah islamiyah dan ta’awun (saling menolong) yang dominan dalam ibadah puasa. “Semua nilai ini sangat substansial dalam terwujudnya peradaban Islam,” pungkasnya. (ilmi)