Allahu akbar wa lillahilhamdu
Rasulullah juga menegaskan syarat pertama yang harus dipenuhi orang berpuasa agar puasanya bernilai adalah bersikap jujur dalam hidupnya. Jujur adalah pintu utama dan pertama menuju kebaikan. Jika orang tidak jujur maka tidak ada kebaikan yang bisa dibangun. Apakah yang bisa dilakukan di tengah kehidupan yang serba bohong dan curang? Tidak ada!. Karena itu mari kita suburkan kejujuran dalam kehidupan kita. Tanpa kejujuran puasa kita menjadi sia-sia. Rasulullah bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang tidak bisa meninggalkan bicara bohong dan tidak meninggalkan perbuatan curang serta berbuat bodoh, maka Allah tidak pedulikan orang itu meninggalkan makan dan minumnya (puasanya). (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
(Baca:Khutbah Idul Fitri di UMM: Karakter Muttaqien untuk Indonesia Bermartabat)
Orang-orang yang berpuasa dengan baik diharapkan bisa menjadi orang yang muttaqin, orang-orang yang bertaqwa. Bagi mereka yang bertaqwa, ada bonus dari Allah dalam kehidupan di dunia ini. Sedang nanti di akhirat akan mendapat balasan yang lebih hebagt lagi.
Di dalam surat At-Talaq (surat 65) terdapat empat ayat yang secara berturut-turut menunjukkan hadiah yang akan diberikan Allah kepada para muttaqin (orang-orang yang bertakwa). Hadiah itu terdapat di surat At-Talaq ayat dua, ayat tiga, ayat empat dan lima secara berutut-turut.
(Baca: Redaksi Takbiran: Allahu Akbar 2 atau 3 Kali? dan Tuntunan Praktis dalam Ber-Idul Fitri)
Hadiah pertama: Pada akhir ayat kedua: Permasalahan kita akan dicarikan jalan keluar.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari permasalahannya”
Hadiah kedua: pada awal ayat ketiga: Allah akan memberi rizki dari sumber yang tidak terduga.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Dan Allah akan memberikan rizki kepada orang takwa itu dari sumber yang tidak diduga”
Hadiah ketiga: Terdapat di ujung ayat keempat: urusannya dimudahkan
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan menajadikan mudah semua urusannya”
(Baca: Apa yang Perlu Disiapkan dan Dilakukan Jelang-Saat Lebaran? Ini Himbauan Muhammadiyah)
Hadiah keempat: di ujung ayat kelima: Diampuni kesalahannya dan dibesarkan pahalanya”
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah maka Allah akan menghapus kesalahannya dan mengagungkan pahalanya”
Empat hadiah itu adalah kebutuhan nyata kita dalam hidup sekarang ini, hidup di dunia ini. Jadi balasan orang takwa sudah akan diberikan Allah di dunia. Dan nanti di akherat akan mendapat hadiah lebih besar lagi. Siapakah yang tidak ingin permasalahannya dapat ditemukan jalan keluar? Siapakah yang tidak ingin mendapat tambahan rizki tidak terduga? Siapakah yang tidak senang urusannya berjalan mudah? Siapa yang tidak suka kesalahannya dihapus dan pahalanya berlipat-lipat? Kita semua membutuhkan itu.
Persoalannya ialah mampukan kita memenuhi persyaratan menajdi orang muttaqin? Perhatikanlah semua kata “Takqwa” dalam ayat di atas dan juga banyak di ayat lain menggunakan kata kerja, menggunakan fiil mudlari’. Ini artinya takwa itu harus diperjuangakan, bukan barang jadi. Tidak setiap orang berpuasa secara otomatis menjadi muttaqin. Harus ada proses dan perjuangan terus menerus.
(Baca: Dalam Fiqih, Muhammadiyah Itu Bukan NU dan 6 Penyakit yang Perlu Diwaspadai Terkait Lebaran)
Mari kita akhiri khutbah ini dengan bedoa:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعًا وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابًا. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبُّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Naskah ini ditulis oleh Nur Cholis Huda MSi, Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jatim. Edisi lengkapnya bisa dibaca di Majalah MATAN, edisi Juni 2016