PWMU.CO-Shalat gerhana matahari di Masjid At-Taqwa Giri, Kebomas, Gresik dengan imam dan khotib Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Drs HM In’am MPdI, Kamis (26/12/2019).
Usai shalat kusuf, In’am menyampaikan khutbah.”Di zaman Rasulullah Muhammad saw, di saat terjadi gerhana matahari bertepatan dengan wafatnya putra beliau, Ibrahim. Ibrahim, putra Rasulullah dari Bunda Marya Qibtiyyah. Di saat itu ada sebagian masyarakat yang mengaitkan peristiwa gerhana dengan wafatnya putra Rasulullah.”
Dia melanjutkan, peristiwa gerhana matahari merupakan peristiwa alam sebagai bukti kebesaranNya. Gerhana matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya matahari oleh bulan, sehingga tidak semua cahayanya sampai ke bumi.
”Fenomena alam ini seperti juga yang disampaikan Rasulullah bahwa gerhana tidak ada kaitannya dengan kematian putranya atau siapa saja,” katanya.
Sesuai tuntunan Rasulullah, sambung dia, umat Islam sangat dianjurkan, sunnah muakkadah, untuk melakukan shalat gerhana sebagaimana yang disampaikan Aisyah. “Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah, beliau kemudian pergi ke masjid mengerjakan shalat, dan di belakang beliau orang-orang membuat shaf.” Seperti termuat di HR Bukhari dan Muslim.
In’am juga menyebut tahayul yang berkembang di masyarakat soal gerhana. ”Di zaman dahulu, masyarakat mengaitkan peristiwa gerhana dengan buto ijo yang memakan matahari atau bulan. Lantas masyarakat memukul berbagai bunyi-bunyian, mulai alat dapur, kentongan, atau apapun yang bisa menimbulkan bunyi, hingga matahari, bulan, muncul kembali,” ujar dia.
Mengutip hadits, dia berkata, Rasulullah Muhammad saw mengatakan, sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah. (*)
Penulis Mahfudz Efendi Editor Sugeng Purwanto