PWMU.CO – Rasanya baru kemarin saya menaruh kalender 2019 di dinding. Sekarang sudah memasang kalender 2020.
Rasanya baru kemarin saya mendengar dentuman mercon dan indahnya kembang api di atas langit Surabaya. Tadi malam saya melihat kembali momentum itu.
Rasanya baru kemarin telinga saya dipekakkan oleh suara-suara “bleyeran” sepeda motor di jalanan. Tadi malam saya kembali mendengar suara khas tahunan itu.
Waktu memang begitu singkat. Kata pepatah, “Hidup ini sekejap mata” memang tidak salah. Bahkan Allah menjelaskan bahwa seribu tahun di dunia sama dengan satu hari di akhirat.
“Yudabbirul Amra Minassamaai Ilal Ardhi, tsumma ya’ruju ilaihi fi yaumin, kaana mikdaruhu alfa sanatin mimma ta’udduun”. (Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu). As-Sajdah: 5.
Hitungan Waktu di Akhirat
Jika kita iseng tanya pada kepada malaikat Izrail, berapa lama bekerja mencabut nyawa sejak nabi Isa? Maka dia akan menjawab baru 2 hari lebih sedikit. Karena 2020 Masehi. Seribu tahun sama dengan satu hari.
Kalau ditanya berapa lama bekerja mencabut nyawa sejak nabi Muhammad? Maka dia akan menjawab baru 1,5 hari. Karena 1440 Hijriyah. Seribu sama dengan satu.
Kalau 2000 saja sama dengan 2 hari. Sedang 1500 sama dengan 1.5 hari. Bagaimana dengan usia kita yang hanya 63 tahun, 75 tahun, mentok 100 tahun kita sudah tidak bisa apa-apa. Berapa hari hitungannya di akhirat?
Saya pernah menghitung, jika usia kita kisaran 65-75 tahun, maka hitungan di akhirat hanya sekitar 1.5 jam. Bayangkan, hanya 1.5 jam. Sangat singkat bukan?
Hidup Ini Singkat
Karenanya, kita sering merasa baru kemarin lulus sarjana, sekarang sudah menikah. Rasanya baru kemarin menikah, sekarang sudah punya anak. Rasanya baru kemarin punya anak, sekarang anaknya sudah menikah.
Rasanya baru kemarin anaknya menikah, sekarang kita sudah jadi mbah (kakek). Rasanya baru kemarin jadi mbah, sekarang sudah jadi mbah buyut. Rasanya baru kemarin jadi mbah buyut, sekarang sudah di liang lahat. Allah … Allah …
Rasulullah pernah memberi perumpamaan betapa singkatnya hidup di dunia. “Ma ana wandunya, innama matsali wa matsaluddunya kamatsali rakibin, dhalla tahta syajaratin, tsumma raha watatrakaha” (Apalah artinya dunia ini bagiku? Apa urusanku dengan dunia?
Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya). (HR Ahmad, I/391, 441 dan at-Tirmidzi, No. 2377; Ibnu Mâjah, No. 4109 dan al-Hâkim, IV/310.
Introspeksi Diri
Tapi seringkali dari kita tidak menyadari, betapa singkatnya waktu kita di dunia. Sebagian dari kita masih suka berlama-lama melihat hal-hal yang tidak bermanfaat di YouTube. Berlama-lama nongkrong di warung ber-wifi ria sambil bermain game Mobil Legend berjam-jam.
Berlama-lama membuka dan ber-WhatsApp berjam-jam. Membuat WA Story, caption di IG, status di Facebook, berkomunikasi dengan teman ke sana ke mari tanpa tujuan yang jelas.
Tidak kah kita sadar, berapa banyak waktu kita terbuang sia-sia. Tidak kah kita sadar bahwa setiap detik, menit dan jam sangat berarti. Tidak heran jika ada semboyan time is money, karena waktu sangat berharga.
Islam justru lebih perhatian lagi dengan waktu, dengan memberi perumpamaan “al-waqtu kas syaifi, in lam taqto’hu qata’aka” (waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menggunakan dengan sebaik-baiknya, maka ia akan memotongmu).
Dengan hidup yang sesingkat itu, marilah kita mengoptimalkan waktu seoptimal mungkin. Jangan melakukan sesuatu yang sia-sia. “Min husni islamil mari tarkuhu mala ya’niihi”. Indikasi baik tidaknya keislaman seseorang adalah seberapa mampu seseorang itu meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.
Karenanya, mari kita sambut tahun ini dengan optimisme untuk jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Kita sambut dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Selamat memasuki tahun baru 2020 Masehi. Mari kita sambut dengan optimisme. Jangan sia-siakan waktu. Ingat, waktu Anda hanya 1.5 jam. (*)
Kolom oleh M Arfan Mu’ammar, Dosen Program Pascasarjana Universtas Muhammadiyah Surabaya.
Discussion about this post