PWMU.CO-Perayaan tahun baru barusan usai. Tapi tahukah Anda mulai kapan orang merayakan tahun baru pada 1 Januari?
Ternyata di zaman awal penyusunan kalender Masehi tidak ada bulan Januari. Kalender yang umum dipakai di dunia ini merupakan penanggalan Romawi yang memakai perhitungan perputaran bumi terhadap matahari awalnya dimulai bulan Maret.
Kalender Romawi ini dahulunya satu tahun hanya terdiri 10 bulan terdiri atas 305 hari. Dimulai bulan Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quitilis, Sextilis, September, October, November, December.
Penamaan bulan Martius, Aprilis, Maius, Junius, merujuk nama dewi-dewi mitologi Romawi. Sedangkan nama Quitilis, Sextilis,September, October, November, December merupakan urutan angka dalam bahasa Latin. Artinya bulan kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan dan kesepuluh.
Jadi perayaan tahun baru di masa lalu berlangsung pada 1 Maret bersamaan dengan musim semi. Di zaman Kekaisaran Romawi setiap tahun baru itu semua pejabat menghadap kaisar untuk membuat laporan pekerjaan dan menyusun kerja baru serta bersumpah menjalankannya.
Tahun 47 Sebelum Masehi di zaman Julius Cesar, astronom dari Iskandariyah Mesir Sosigenes mengoreksi kalender yang dipakai negara itu. Menurut perhitungannya, bumi mengitari matahari itu selama 365,25 hari sehingga dalam setahun terdapat 12 bulan.
Koreksi ini diterima Kaisar Julius dengan menambahkan dua bulan di awal. Yaitu Januarius dan Februarius dengan menambahkan setiap empat tahun sekali terjadi tahun kabisat yang setahun 366 hari hasil penggenapan jam dalam beberapa tahun sebelumnya. Penambahan hari kabisat diletakkan dalam Februarius.
Januarius mengambil nama Dewa Janus. Dewa berwajah dua menghadap depan dan belakang untuk menggambarkan memandang masa lalu dan masa depan. Sedangkan Februarius merujuk nama Dewi Februs.
Dalam koreksi kalender ini Julius Cesar sekalian mengubah nama bulan Quintilis, bulan kelima yang menjadi bulan ketujuh menjadi namanya, bulan Julius.
Ketika Augustus menjadi kaisar menggantikan Julius, dia juga mengubah bulan Sextilis, bulan keenam yang menjadi bulan kedelapan dengan namanya. Sejak itu sebutan bulan Agustus jadi populer.
Perubahan penanggalan Romawi 12 bulan ini kemudian terkenal dengan sebutan Kalender Julius, orang Inggris menyebutnya Kalender Julian. Sejak itulah perayaan tahun baru pada 1 Januari.
Tapi perubahan ini memunculkan keanehan sebab nama September, October, November, December tidak lagi sesuai artinya. September yang artinya tujuh jadi bulan kesembilan, October artinya delapan jadi bulan kesepuluh, November artinya sembilan jadi bulan kesebelas, dan December artinya sepuluh jadi bulan keduabelas.
Kalender Julian ini berlaku terus hingga ada koreksi lagi 1600 tahun kemudian. Tepatnya berlaku hingga 4 Oktober 1582 Masehi. Sebab Paus Gregorius XIII menetapkan hari Jumat, 5 Oktober 1582 berubah menjadi Jumat, 15 Oktober 1582.
Jadi melompat sepuluh hari. Tanggal 5 hingga 14 Oktober 1582 hilang. Bisa dibayangkan hilangnya 10 hari itu bisa membuat kacaunya perhitungan bisnis, perjanjian, atau perayaaan yang sudah ditetapkan pada tanggal yang hilang itu. Kalender ini kemudian populer disebut Kalender Gregorian.
Penyempurnaan Kalender Julian dilakukan karena terjadi perayaan Hari Paskah, peringatan kebangkitan Yesus, tidak jatuh di musim semi sekitar 21 Maret. Pergeseran itu terjadi karena kelebihan sekian menit perputaran bumi ke matahari tiap harinya yang terakumulasi dalam sekian tahun menjadikan musim semi selalu maju.
Contoh pada tahun 1582 itu musim semi jatuh pada 11 Maret. Padahal sesuai penetapan perhitungan hari di Konsili Nicea tahun 325 M, musim semi atau vernal ekuinox pada 21 Maret. Selama tahun 325-1582 M atau 1257 tahun, musim semi telah bergeser 10 hari maju.
Karena itu Paus Gregorius mengambil keputusan melompati 10 hari setelah 4 Oktober 1582. Dengan demikian maka perayaan Paskah tahun berikutnya bisa berlangsung pada hari Minggu antara 22 Maret dan 25 April.
Perubahan Kalender Gregorian itu mendasarkan perhitungan ahli astronomi Aloysius Lilius dari Ciro, Italia yang kemudian disempurnakan oleh ahli matematika dan astronom Christopher Clavius asal Jerman. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto