PWMU.CO – Ada dua siswa terlihat tidak ikut kegiatan sekolah. Mereka sembunyi di gudang sekolah dengan main kartu dan nonton video 17 tahun ke atas via HP. Sejurus kemudian ada satu siswa yang ingin ikut masuk di geng tersebut.
Untuk bisa masuk gang, dua siswa tersebut memberikan syarat-syarat tertentu. Salah satunya adalah menanyakan pekerjaan dan gaji orangtuanya. Karena pekerjaan orang adalah direktur dari perusahaan terkenal, maka siswa tersebut masuk dalam geng.
Setelah mereka bertiga melihat video, beberapa menit berikutnya guru BK (bimbingan konseling) mengendus keberadaan mereka. Guru BK memergoki keberadaan mereka dan langsung menyita kartu dan HP. Setelah itu menyampaikan temuannya ke wali kelas.
Guru BK dan wali kelas berunding terkait dengan pelanggaran yang dilakukan siswa. Tahap berikutnya wali kelas memanggil ketiga siswa dan orangtua.
Dalam pemanggilannya, wali kelas menyampaikan jenis pelanggaran. Mulai dari permasalahan dan juga solusi sebagai jalan keluarnya.
Inilah roleplay (bermain peran) yang telah disampaikan kelompok 1 dalam Study Case Simulation penanganan permasalahan siswa yang melibatkan guru BK dan orangtua di Pelatihan Penangan Siswa “Students Behaviour Treatment”.
Lima Teknik Penanganan Siswa
Pada kegiatan yang diselenggarakan di Aula AR Fakhrudin SD Muhammadiyah 2 GKB, Sabtu (4/1/20), Endang Suprapti SPd, tokoh yang memerankan guru BK menjelaskan, roleplay tadi menceritakan siswa yang nyeliwung (tidak ikut kegiatan sekolah) sambil melihat video orang dewasa.
“Selain memanggil tiga siswa, guru BK juga memanggil orangtuanya ke sekolah,” ujarnya saat dihubungi PWMU.CO, Sabtu (4/1/20), usai pertunjukan roleplay.
Endang menuturkan pemanggilan orangtua adalah tahapan untuk menginformasikan permasalahan siswa ke orangtua. Selain itu, pemanggilan bertujuan untuk mencari solusi bersama.
Dalam penanganan permasalahan dalam roleplay tadi, Endang menguraikan, yang dilakukan menggunakan lima teknik konseling, yaitu rapport, attending, eksplorasi, paraphrasing, dan pemberian informasi.
“Teknik rapport mencoba membangun hubungan dengan siswa supaya lebih nyaman. Attending dengan menunjukkan pada anak bahwa konselor ingin mendengarkan,” jelasnya. “Dksplorasi dengan menggali perasaan.”
Sedangkan paraphrasing, sambungnya, dengan menangkap pesan utama melalui kata-kata sederhana. “Dan pemberian informasi dilakukan kepada orangtua siswa terkait dengan kontek permasalahan yang dilakukan,” katanya.
Dengan lima teknik tersebut, menurutnya, wali kelas dan guru BK bisa melakukan telusur berkaitan dengan permasalahan siswa sampai dengan solusi yang terbaik. (*)
Kontributor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.