PWMU.CO- PDM Kota Surabaya berusaha menjawab kegalauan kaderisasi dengan membangkitkan angkatan muda Muhammadiyah (AMM).
Hal itu disampaikan Ketua PDM Kota Surabaya Dr Mahsun Jayadi dalam pembukaan Musyawarah Pimpinan PDM di Prigen, Sabtu (1/2/2020).
Merujuk pendapat Prof Syafi’i Maarif, Mahsun mengatakan, dalam politik kekuasaan itu Muhammadiyah ibarat yatim piatu.
“Jika menyangkut politik kekuasaan, Muhammadiyah nyaris tak berdaya. Tak ada parpol yang bersedia membantu memperjuangkan aspirasinya,” katanya.
Namun dalam politik kebangsaan, sambung dia, Muhammadiyah salah satu pilar utama masyarakat sipil yang memperkuat integrasi nasional. Sebab jaringannya menembus masyarakat paling bawah seperti Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) melalui kerja nyata.
Kegalauan lain yang diungkapkan Mahsun adalah peran politik Muhammadiyah makin kurang diperhitungkan.
“Kader mudanya juga sulit melakukan gerakan struktural untuk mengisi lembaga negara dan birokrasi,” papar wakil rektor 2 Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Kader Organisasi dan Ideologi
Upaya pengaderan, kata dia, belum terencana dan terukur untuk kaferisasi di berbagai bidang. “Majelis Pendidikan Kader diorientasi menambah ilmu dan wawasan seperti pelajaran ekstrakurikuler,” seloroh Mahsun.
Padahal yang diinginkan itu kader yang punya militansi tinggi dan semangat mendukung kemajuan organisasi.
Muhammadiyah punya tiga jalur kader. Yaitu sekolah, keluarga, dan Ortom. Dari lembaga ini semestinya melahirkan kader organisasi, kader ideologi yang menguasai Alquran, sunnah, dan kitab klasik.
“Kader ideologi itu seperti kelangkaan ulama Muhammadiyah. Bisa diatasi asal ada kesamaan paradigma makna ulama,” tandasnya.
Muhammadiyah memang tidak punya tradisi menyebut pemimpinnya sebagai kiai meskipun kualitas keulamaannya tinggi.
“Memang yang berkembang sekolah umum yang menghasilkan kader di berbagai lapangan. Pendidikan khusus ulama masih terbatas,” ucapnya.
Di Muhammadiyah, tambah dia, ada pengaderan lewat Darul Arqam dan Baitul Arqam.
Nama ini merujuk pada pengaderan Nabi Muhammad untuk generasi muda di rumah Arqam bin Abi Arqam.
Sosok Arqam ini unik. Anak muda yang gak jelas bapaknya. Dia dari Bani Mahsum yang bermusuhan dengan Bani Hasyim. Arqam dibina Nabi akhirnya mampu menjadi penengah.
“Dalam konteks meniru peran dan kualitas Arqam ini, Muhammadiyah memakai namanya untuk pengaderan,” pungkas Mahsun. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post