PWMU.CO – SD Almadany jadikan lantai kotor media belajar. Seperti yang terlihat pada sisi pembelajaran di sekolah dasar alam pertama di Gresik itu, Jumat (7/2/20).
Pagi itu para siswa SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) begitu semangat. Mereka sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Salah satunya adalah melukis. Pada hari itu, para siswa diajari melukis dengan jari mengunakan cat air.
Usai beraktivitas, lantai tampak kotor terkena cipratan cat air yang baru digunakan. Seakan menjadi ide pembelajaran bermakna bagi siswanya, Lilik Isnawati MPd segera masuk ke kelas I dan berbicara di depan kelas. “Anak-anak, kemarin kita belajar tentang apa ya?“ tanya Lilik Isnawati memancing daya ingat siswanya.
“Kebersihan lingkungan di rumahku, Ustadzah,“ jawab Ayu Wandira Arya Putri, salah seorang siswa.
“Bagus, Ayu,“ puji Lilik Isnawati yang menjadi Ketua Bagian Kurikulum SD Almadany tersebut.
“Nah, hari ini kita akan praktik kegiatan di lingkungan rumahku, ayo siapa yang mau ikut?“ ajak dia pada para siswa yang ada di hadapannya.
Serentak siswa kelas I itu mengikuti langkahnya menuju tempat ekstra lukis di halaman kelas. Di sana juga telah ada pramubakti sekolah Tuah Maslakhah. Perempuan murah senyum itu membawa ember, pengharum lantai, dan alat pel.
Pramubakti bak Seorang Guru
Sejurus kemudian, Lilik Isnawati meminta pada Tuah Maslakhah memberi praktik singkat cara mengepel yang benar. “Baik, sebelum kita mengepel, kita harus menyiapkan alat dan bahannya,” ujar Tuah Maslakhah diantara para siswa.
Bak seorang guru, dia lalu mempraktikkan cara mengepel lantai. “Pertama, kita siapkan ember yang telah diisi air setengah. Kemudian tuang pewangi lantai sebanyak satu tutup botol dan celupkan alat pel yang bersih. Lalu diperas begini, baru deh kita pel lantainya,” ujarnya sembari memaju-mundurkan alat pel pada bekas cipratan cat air di lantai.
“Nah, sekarang, siapa yang mau belajar mengepel lantai?“ tawar Lilik Isnawati.
Spontan seluruh siswa mengacungkan tangannya. Agar tertib, siswa-siswi itu diajak berbaris teratur. Satu persatu mereka belajar mengepel secara bergantian dengan waktu yang diatur Ustadzah Lilik Isnawati.
Di tengah praktik aktivitas kebersihan itu, Tuah Maslakhah tak canggung membetulkan cara memegang alat pel, maupun saat para siswa praktik mengepelnya kurang sempurna.
“Nah, begini nak caranya memegang alat pelnya, ditekan ya,“ terang Mamak, panggilan Tuah Maslakhah.
Tak terasa, seluruh siswa telah bergiliran mengepel. Lantai halaman sekolah yang ada bekas cipratan cat air telah kembali bersih dan kinclong.
Nuzulia El Barkati, ibunda Kenzie Tsary Azmi mengomentari kegiatan tersebut melalui grup WA kelas 1. “Alhamdulillah, bukan hanya teori saja, tapi ada life skill juga. Seperti sekolah di Jepang,” ujar istri penulis Ahmad Faizin Karimi tersebut.
Beragam pendapat positif diberikan wali murid kelas 1 lainnya, usai para siswa melakukan kegiatan bersih-bersih tersebut.
Membuat Karya dari Bahan Koran Bekas
Saifullah Yusuf begitu antusias saat diminta Ustadzah Nur Aini memimpin teman-temannya menuju halaman sekolah. Mereka akan berkegiatan di kebun sekolah SD Almadany.
“Sudah siap berkreasi hari ini?“ pancing Nur Aini.
Seluruh siswapun menyatakan kesiapannya. “Siiaappp!”
Ustadzah Nur Aini lalu meminta siswa menyobek kertas koran yang telah dibawa mereka dari rumah. Kertas koran tadi disobek menjadi potongan-potongan kecil. “Sudah selesai disobek kertas korannya? Kalau sudah, ayo dimasukan pada wadah plastic dan tuangkan air secukupnya,“ ujar Nur Aini.
Fahd Alle Sya’bana Masruri, salah seorang siswa segera menuang air ke dalam wadah plastik yang telah berisi potongan-potongan kecil kertas korannya.
Sejurus kemudian, Nur Aini meminta siswa-siswinya mengaduk-aduk sambil meremas potongan-potongan kecil kertas koran yang telah diberi air. “Diremas-remas hingga kertas korannya menjadi bubur, ya.“
“Ustadzah … seperti ini?“ tanya Adiba Ayra Rohman menunjukkan adonan bubur korannya. Segera, Ustadzah Aini mendekatinya dan membantu adonan bubur korannya agar lebih lembek lagi.
Saat melihat pekerjaan siswa-siswinya membuat adonan bubur kertas, Nur Aini memberi instruksi berikutnya. “Jika sudah selesai membuat adonan bubur kertas, ayo disiapkan kertas gambarnya untuk alas. Kita mulai membuat kreasi dua dimensi.”
Karya Dua Dimensi
Dengan penuh semangat, para siswa lalu menyiapkan selembar kertas gambarnya. Mereka mengepal-ngepalkan bubur kertas di tangannya. Tujuannya, agar kandungan air di dalamnya keluar, sehingga mudah untuk mencetaknya di atas kertas gambar.
“Mau buat apa kamu, Ken,” tanya Nuur Ishmatus Sholehah kepada Kenzie Tsari Azmi
“Aku mau buat jerapah,” jawab Kenzie singkat.
Tidak hanya Ishma dan Kenzie yang asyik mencetak adonan kertas menjadi bentuk-bentuk yang mereka suka. Tampak beberapa temannya juga saling berbagi adonan. Mereka saling bantu menambah adonan yang tampak kurang untuk membentuk karya dua dimensi.
Sejam kemudian hasil karya dua dimensi mereka telah selesai. Satu-persatu siswa meletakkan karyanya di tempat yang terkena sinar matahari agar cepat kering. Ada yang berbentuk ular, jerapah, rumah, gunung, hingga ukiran nama-nama mereka.
Itulah sisi pembelajaran pada sekolah yang berlokasi di Perumahan Griya Karya Giri Asri (GKGA) Blok T 11 Kedanyang Kebomas Gresik tersebut. Tidak hanya kreativitas, bahkan SD Almadany jadikan lantai kotor media belajar, ayo kreatif! (*)
Penulis Mahfudz Efendi. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nuratoni.