
PWMU.CO – Gaya Presiden Jokowi dalam menyampaikan pergantian kabinet kepada para menteri dan calon menterinya memang berbeda dengan presiden sebelumnya. Sangat secret. Saking rahasianya, bahkan para calon menterinya pun tidak tahu jika dia akan diangkat jadi menteri, sampai jelang pelantikan tiba. Itu pulalah yang dialami Prof Muhadjir Effendy yang ditunjuk menggantikan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia.
Muhadjir mengaku bahwa dia adalah pendukung Jokowi dalam pemilihan presiden 2014 lalu. Tetapi, dengan tegas dia menyatakan bahwa dirinya tidak pernah mencari muka agar diberi jabatan tertentu oleh Presiden.
(Baca: Inilah Program Andalan Mendikbud Baru, Prof Muhadjir Effendy dan Di Tangan Guru Profesional, Kurikulum Apapun Tak Ada Masalah)
“Saya mendukung Pak Jokowi. Dan saya kira semua tahu lah. Banyak yang tidak setuju dengan saya. Tetapi saya tidak pernah datang kemudian menunjukkan muka. Nggak pernah. Itu bukan watak saya. Dan setiap Pak Malik Fadjar mengajak bertemu Jokowi di Solo maupun di Jogja, saya nggak pernah mau. Tapi kalau sekarang diberi amanah, ya.. saya bersyukur,” tutur Muhadjir dalam acara silaturahmi dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, di Surabaya, Sabtu (6/8).
Cerita Prof Muhadjir Effendy dipilih Jokowi menggantikan Anies Baswedan bermula saat Muhadjir mendampingi Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir bertemu Presiden Jokowi. Dalam pertemuan itu hadir pula Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Bendahara Umum PP Muhammadiyah Suyatno, serta Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Bambang Setiaji. Muhadjir mengaku, itulah pertemuan pertama kali dirinya dengan Jokowi.
(Baca juga: Mendikbud Takut jika Direshuffle dari Muhammadiyah dan Mendikbud Muhadjir Effendy: Ujian Nasional Bisa Jadi Tidak Ada)
Dalam pertemuan itu, Jokowi memulai pembicaraan dengan menyampaikan pandangan-pandangannya. Termasuk tentang Muhammadiyah, bagaimana umat Islam, dan bagaimana mendirikan Universitas Islam Internasional. Setelah itu, para tamu, satu persatu diminta menyampaikan pendapatnya.
“Kemudian, semua cerita panjang. Mengajukan usul macam-macam. Hingga akhirnya giliran saya. Pak Jokowi bilang, pak Muhadjir ada saran-saran? Saya memang mencatat waktu beliau menyampaikan. Jadi saya katakan saja, sudah saya catat semua lho Pak Presiden. Ini kan tinggal pelaksanaannya saja. Jadi saya gak punya pendapat,” cerita Muhadjir. Baca sambungan di hal 2 …
Discussion about this post