8 Tips Orangtua Jadi Guru di Rumah ini ditulis oleh Munahar Kepala SD Muhammadiyah 6 Gadung Surabaya. Penting dipraktikkan di tengah libur panjang wabah Corona.
PWMU.CO – Puisi—atau lebih tepatnya pantun—dari murid yang lagi belajar di rumah ini menyentak kesadaran kita.
Pantun itu dikutip dari status seorang anak yang telah di-share orangtua di grup WhatsApp. Mari kita baca pantun itu:
Ular sanca tidak berbulu
sudah pasti bukan teman kanguru
wahai Corona cepatlah berlalu
karena mamaku tidak cocok jadi guru.
Libur Corona Ujian Orangtua
Saat ini, orangtua memang sedang diuji cukup berat. Bukan karena wabah Virus Corona saja. Namun oleh ujian lain: anak harus belajar di rumah dengan durasi yang sangat panjang.
Jika tidak mampu mengelola dan menciptakan kelas efektif di rumah, maka orangtua bisa stres. Ujung-ujungnya anak dibiarkan tanpa kontrol, menonton tv, bermain game sangat lama sehingga akan menyebabkan semangat belajar turun saat kembali ke sekolah. Dan persoalan ini dialami sebagian besar orangtua terutama ibu-ibu.
Status anak yang saya kutip di atas menunjukkan bahwa pembelajaran di rumah begitu membosankan. Padahal orangtua sudah pasti berusaha memberikan yang terbaik.
Hal ini biasanya terjadi karena “guru di rumah” banyak tuntutan, sekali ajar anak harus langsung bisa, anak wajib melakukan ini-itu.
Jika tidak sesuai harapanya, anak diomeli, kalau bisa sampai semaput. Meminta tugas dari sekolah—setelah diberi—karena orangtua juga tidak bisa menjawab, maka anak yang dimarahi. “Kamu selama ini belajar apa di sekolah kok mengerjakan gini tidak bisa,” sperti itu gerutu orangtua.
Masih banyak ungkapan-ungkapan lain yang menyebabkan anak merasa tidak nyaman dididik orangtuanya sendiri.
Ini bisa terjadi karena keterbatasan pengetahuan orangtua. Sayangnya kondisi saat ini mewajibkan orangtua mengambil peran itu: menjadi guru di rumah.
8 Tips Orangtua Jadi Guru di Rumah
Sebetulnya ada beberapa cara bagaimana menciptakan kelas produktif di rumah. Agar anak tetap nyaman belajar. Bahkan hubungan orangtua dan anak semakin istimewa. Di antaranya adalah:
Mengubah Persepsi
Pertama, jika mau berfikir positif, maka anak belajar di rumah bisa menjadi berkah tersendiri. Hubungan orangtua dengan anak semakin dekat. Yang biasanya anak lebih suka curhat kepada temannya, bisa digali untuk curhat secara terbuka kepada orangtua.
Dalam kontek belajar, pola pikir yang juga harus diubah adalah, belajar tidak hanya duduk berdiam diri menghadap buku paket atau kumpulan soal-soal.
Namun bisa dengan shalat dan baca al-Quran bersama. Anak perempuan merapikan tempat tidur, membantu memasak. Sementara anak laki-laki bisa ikut menata taman, dan sebagainya. Itu juga belajar. Bahkan pada waktu melakukan bersama-sama, orangtua bisa memasukkan karakter baik. Bukankah ini justru anak telah belajar hidup untuk masa depannya.
Pahami Anak sedang Belajar
Kedua, seringkali yang diharapkan orangtua adalah anak sekali belajar harus langsung bisa. Ini ibarat anak kecil yang belum pernah memengang sepeda. Lalu orangtuanya membelikannya. Harapanya sekali naik langsung lancar. Tentu saja tidak bisa.
Maka yang harus dipahami, belajar itu membutuhkan proses yang sangat panjang. Mula-mula memegang sepeda. Dituntun sambil orangtua memegangi. Mulai dinaiki dengan dibantu roda tambahan.
Sudah mulai lancar mengayuh, satu roda pembatu diambil. Lancar lagi. Roda bantu kedua diambil. Dalam tahapan ini anak terkadang jatuh, menangis. Kita pun menyemangati, “Kamu pasti bisa, Nak!” Sampai kemudian betul-betul bisa.
Demikian juga dalam hal belajar matematika, sains, life skill, atau lainnya. Terkadang anak lupa atau bahkan tidak bisa. Jangan dimarahi. Namun terus diulang dan disemangati. Maka itu yang bagus.
Oleh sebab itu, manakala kita faham bahwa anak sedang belajar, Insyaallah akan hadir kesabaran pada diri untuk mendidik anak-anak tercinta kita di rumah.
Membuat Jadwal Bersama
Ketiga, biasanya anak tidak bisa didekte. Dalam hal ini upayakan jadwal dibuat bersama. Izinkan anak untuk mengusulkan atau menyusun jadwal selama satu hari. Orangtua bisa memberikan arahan dan masukan yang terbaik.
Contoh jadwal
04.00-04.20 Bangun Tidur/Berwudhu
04.20-04.45 Shalat Subuh Berjamaah
04.45-05.15 Tadarus/Murajaah al-Quran
05.15-06.00 Istirahat/Bebas
06.00-07.00 Bersih diri
07.00-08.00 Membantu Orangtua
08.00-09.00 Belajar
09.00-09.30 Istirahat/Menonton
09.30-11.30 Belajar
11.30-12.30 Ishoma
12.30- Dan seterusnya.
Yang harus divariasikan adalah belajar materi pelajaran. Orangtua bisa memberikan pertanyaan, membuat karya. Untuk menambah referensi bisa browsing apa yang akan atau perlu diajarkan.
Catatan pentingnya, semakin banyak anak menyumbangkan ide dalam penyusunan jadwal dan dengan kesadarannya sendiri, maka semakin baik.
Ciptakan Suasana Menarik
Keempat, lingkungan belajar ikut menentukan kesuksesan ‘sekolah’ di rumah. Suasana dan lingkungan yang menarik, kreatif, dan pencahayaan ruangan yang baik akan membuat nyaman dan kerasan anak untuk belajar.
Maka yang perlu dilakukan adalah desain ruang. Jika ruangan hanya digunakan untuk sementara, maka tidak harus mengubah warna cat dinding namun cukup dihias dengan tempelan.
Yang ditempel bisa materi yang akan dibahas. Misalnya akan membahas tentang tata surya, maka bisa ditempel gambar-gambar planet atau mungkin justru karya anak yang di tempel di ruangan itu. Sehingga anak akan menjumpai dindinganya berbicara dan jendela berbisik. Intinya ruangan diciptakan menjadi pusat informasi bagi anak.
Dan ada saat-saat tertentu di halaman rumah dipasang tenda untuk menciptakan suasana camping.
Jika hal ini mampu diwujudkan, maka waktu lama akan terasa pendek dan menyenangkan.
Komunikasi Aktif dengan Guru
Kelima, pembelajaran di rumah selama pandemik Virus Corona sesungguhnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan di rumah. Model pembelajaran ini adalah daring 9dalam jarngan). Artinya guru tetap memantau, memberikan arahan, dan penugasan kepada siswa di rumah.
Oleh karena itu komunikasi antara orangtua dengan guru sangat penting. Aebab selama pembelajaran di rumah, orangtualah yang berfungsi sebagai guru.
Orangtua Menentukan Kualitas Belajar
Keenam, orangtua hebat adalah orang yang terus mau belajar. Semakin kreatif semakin nyaman anak belajar bersama orangtua. Cara instan menjadi kreatif adalah dengan ATM (amati, tiru, dan Modifikasi) menyangkut apapun yang bisa dijadikan bahan belajar.
Dampingi, Batasi, dan Arahkan
Adakalanya anak mengalami jenuh dalam proses belajar selama di rumah. Ingin keluar bermain, khawatir dengan wabah virus. Maka beri kesempatan untuk mengusulkan kegiatan di luar jadwal. Misalnya ingin menonton TV. Maka izinkan.
Dalam proses menonton TV bisa juga menjadi pembelajaran yang sangat baik manakala ada pendampingan dari orangtua. Pada kesempatan semacam ini orangtua bisa memberikan atau memasukan nilai karakter pada anak. Ini baik yang boleh ditiru dan ini tidak baik, tidak boleh ditiru.
Dalam pembelajaran menonton TV yang berbahaya adalah saat tidak adanya pendampingan dari orangtua sehingga adegan apapun bisa ditiru.
Hal yang penting juga adalah batasan waktu untuk menonton. Batasan dan pendampingan ini berlaku juga pada bermain game.
Lakukan Refleksi Usai Belajar
Kedelapan, kegiatan ini sangat penting dilakukan. Setidaknya ada penguatan pada materi atau karakter yang telah ditanamkan. Dalam refleksi ini juga bisa ditanyakan bagaimana sehari belajar bersama ayah atau bunda. Apa yang menurut ananda kurang baik, usulan untuk kegiatan besok: apa, dan lain sebagainya.
Yang terpenting adalah orangtua harus bisa menerima masukan apapun dari anak. Jika hal ini bisa dilakukan dengan baik, maka akan meningkatkan kenyamanan, keterbukaan, dan kedekatan anak kepada orangtua.
Selamat menjadi orangtua sekaligus guru yang hebat. Bismillah, semoga 8 tips orangtua jadi guru ini bermanfaat! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.