PWMU.CO-Diskusi online digelar Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah, Kamis (9/4/2020). Diskusi bertajuk Covid Talk ini sudah memasuki sesi ketiga. Kali ini mengangkat tema Membangun Ketahanan Pangan di Masa Pandemi.
Diskusi online menampilkan pembicara Ketua Lazismu Pusat Prof Hilman Latief MA dan Deputi Sistem dan Strategi BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Ir Bernadus Wisnu Widjaya.
Diskusi yang digelar secara daring melalui aplikasi telekonferensi tersebut berlangsung sejak pukul 13.00-14.30 dipandu oleh Koordinator Lingkungan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana PP Aisyiyah Hening Parlan. Diskusi terlaksana dari Kantor PP Muhammadiyah Cik Di Tiro, Yogyakarta.
Mengawali diskusi, Hilman Latief menyampaikan, krisis wabah Covid-19 saat ini dirasakan hampir semua masyarakat Indonesia. ”Ini menjadi tantangan bagi lembaga filantropi yang berafiliasi dengan agama maupun bukan,” katanya.
Hilman mengatakan, dalam ketahanan pangan, lembaga filantropi harus mencermati kelompok terdampak yang paling utama. Sebab hampir semua sektor terdampak wabah Covid-19. Sektor formal maupun informal. ”Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kelompok rentan seperti lansia, anak-anak dan bayi mereka harus mendapat perhatian khusus,” ujarnya.
Rencana Kontigensi Jangka Pendek
Merespon wabah Covid-19, dia menyarankan, rencana kontingensi jangka pendek. Pertama, lembaga-lembaga masyarakat harus melakukan relokasi dana dan redesain program. Kedua, yang sudah banyak dilakukan, yaitu tindakan kuratif dan preventif seperti penyemprotan serta penyiapan APD.
Ketiga, tanggap urusan pangan dengan mengadakan subsidi pangan baik oleh pemerintah maupun lembaga masyarakat non pemerintah.
Untuk menghadapi wabah Covid-19 yang belum dapat ditebak masa berakhirnya, Hilman menekankan lembaga filantropi tidak hanya berpikir sekadar memberi. Tapi harus membangun ketahanan pangan dari hulu ke hilir.
”Masyarakat sipil harus memikirkan efek jangka panjang wabah ini dengan memikirkan juga bagian hulu pengadaan pangan ini karena kemampuan memberi masyarakat ada batasnya,” sambungnya.
Satu Komando
Sementara B. Wisnu Widjaya menguraikan, strategi penanggulangan Covid-19 yang dilaksanakan BNPB ibarat perang semesta. Artinya, perang perkotaan satu lawan satu yang mana setiap orang tidak bisa mengandalkan orang lain.
”Yang kita perlukan harus satu komando, jangan kita kehilangan fokus dan kesatuan sehingga hilang energi kita pada perdebatan,” katanya.
Wisnu mengakui fakta masyarakat tidak bisa disiplin misalnya melaksanakan pembatasan jarak. Memaksakan kedisiplinan juga tidak bisa dilakukan. Semuanya membutuhkan proses panjang. Apalagi edukasi masih rendah, ekonomi kurang baik dan cakupan fasilitas kesehatan masih rendah.
”Bencana ini adalah urusan bersama maka dihadapi bersama, itu yang menurut kami powerfull,” tambah Wisnu.
Menurutnya, Indonesia punya modal sosial yang besar dengan adanya struktur birokrasi sampai tingkat RT. Hal ini menjadi pembeda dengan negara lain.
Wisnu menegaskan, stok pangan masih aman setidaknya hingga tiga bulan ke depan. Namun demikian, semua pihak tetap harus menyiapkan ketahanan pangan dengan baik karena banyak orang menghentikan kegiatannya. (*)
Penulis Isnatul Chasanah Editor Sugeng Purwanto