Puasa saat Wabah Bukan Kali Ini Saja dilaporkan oleh Bilal Fahrur Rozie, mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Fakultas Syariah Islamic University of Medinah.
Dia juga Ketua Mejelis Pengkaderan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Arab Saudi dan anggota (PPMI) Cabang Madinah.
PWMU.CO – Puasa saat wabah bukan kali ini saja. Demikian salah satu pendapat yang mengemuka dalam webinar yang digelar PCIM dan PPMI Arab Saudi, Rabu (22/4/2020).
Dalam seminar onlien itu Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Arab Saudi yang bekerja sama dengan Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Arab Saudi menhadirkan empat nara sumber dengan berbagai latara belakang.
Meskipun masing-masing memimpin ma’had, madrasah, atau organisasi, dengan warna yang berbeda, tetapi mereka bisa berdiskusi bersama menjalin persahabatan di atas jalan ilmu.
Mereka menyampaikan pesan persatuan dan keteladanan untuk saling menguatkan, khususnya bagi para perantau di bulan Ramadhan—di tengah wabah Covid-19.
Sebagai host, Ketua Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional PCIM Arab Saudi Ustadz Andi Subhan Husain membuka webinar dengan mengutup syair Imam Syafi’i.
“Merantaulah, engkau akan menemukan pengganti orang-orang yang engkau tinggalkan. Berpeluhlah engkau dalam usaha dan upaya, karena lezatnya kehidupan baru terasa setelah engkau merasakan payah dan peluh dalam bekerja dan berusaha,” ungkapnye menerjemahkan secara bebas syair Imam Syafi’i.
Wabah saat Ramadhan di Masa Lalu
Mudir Ma’had Al Ittihad Al Islami Sampang Madura Ustadz Achmad Junaidi menyampaikan di masa lampau juga pernah terjadi wabah bertemu dengan bulan Ramadhan.
“Pernah ada tha’un al-Jarif sekitar tahun 60 H di zaman Abdullah Ibnu Zubair menjadi pemimpin di Hijaz,” terangnya.
Dia melanjutkan, ada juga tha’un yang dikenal dengan nama Muslim Ibnu Qutaibah yang disinyalir terjadi pada bulan Ramadhan. Lalu tha’un yang ada di Mesir disebutkan oleh Ibnu Hajar bertemu dengan bulan Ramadhan.
“Cuman memang tentang rinciannya seperti apa, beliau juga belum mendapatkan info yang lebih detail. Khususnya bagaimana para ulama salaf dulu melewati bulan Ramadhan dalan kondisi wabah,” kata dia.
Pentingnya Menunut Ilmu di Perantauan
Mudir Ma’had ‘Aly Zawiyah Jakarta Ustadz Dr KH Mohammad Adnan mengatakan, merantau sudah menjadi tradisi para ulama terdahulu. “Meskipun hanya untuk klarifikasi keshahihan sebuah hadits. para ulama dulu rela nyamperin (ualama lain) meskipun harus menempuh perjalanan jauh,” ujarnya.
Ustadz asli Betawi itu lalu menyampaikan pengalaman perantauannya dalam menuntut ilmu di Mesir, Pakistan, dan Arab Saudi, khususnya dalam konteks perbandingan mazhab.
Pentingnya rihlah (merantau) untuk menuntut ilmu juga disampaikan Ketua STIBA Makassar Ustadz Dr Akhmad Hanafi. Dia mengatakan, jika kelak anaknya meminta nasihat tentang menuntut ilmu maka dia akan menasihati pentingnya melakukan rihlah.
“Dengan merantau bisa mendapatkan ilmu, pengalaman, dan yang tidak kalah penting bisa menemukan banyak teman atau sahabat,” ungkapnya.
Menurut dia berpindah dari satu guru ke guru yang lain, satu majelis ke majelis yang lain akan mengantarkan pada cita rasa yang berbeda. “Dengannya kita bisa belajar banyak adab dan ilmu,” ujarnya.
Nara sumber terakhir adalah Ketua PCIM Arab Saudi periode pertama tahun 2017-2019 Ustadz Dr Hakimuddin Salim.
Dia menyampaikan tentang profil ‘alumni’ Ramadhan. Dengan mengutip firman Allah surah al-Baqarah ayat 183 dia bertanya seperti apa profil takwa seorang mukmin yang keluar dari bulan Ramadhan.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”.
Menurut doktor muda ini di antara kesempurnaan takwa itu adalah bertakwa dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan ramai.
“Ramadhan di masa wabah ini adalah untuk menguji kesejatian dan kesempurnaan takwa kita. Apakah kita termasuk orang yang tetap bersemangat beribadah saat bersama manusia ataukah dalam keadaan sendiri?” ujarnya.
“Apakah kita termasuk orang-orang yang takut kepada Allah ketika sedang di masjid ataukah sedang sendiri di kamar?” tambahnya.
Untuk menyimak materi webinar secara lengkap pembaca bisa mengunjungi Youtube PCIM Arab Saudi atau langsung klik link ini
https://youtu.be/5OyjhqNuLWk. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.