PWMU.CO – Pandemi Covid-19, Ujian atau Adzab? Itulah salah satu materi Pondok Ramadhan daring Matsmunam, Banyutengah, Panceng, Gresik pada Jumat (1/5/2020).
Pondok Ramadhan yang digelar MTs Muhammadiyah 06 (Matsmunam) Banyutengah mulai Jumat (24/4/2020) hingga Jumat (1/5/2020) merupakan bagian dari kebijakan WFH (Work from Home) dan LFH (Learn from Home).
Para siswa bekerja dan belajar (meresume materi) dari rumah. Pun demikian para guru menyampaikan materi pembelajaran juga dari rumah.
Kali ini Anshori SThI menyampaikan materi pondok Ramadhan daring (dalam jaringan) dengan mengangkat tema Kilasan Pandemi di Dunia.
“Apakah pandemi Virus Corona saat ini merupakan ujian, peringatan, atau adzab (siksaan)? Semoga wabah ini bukan adzab. Jika adzab maka itu artinya sudah sebegitu rusak perilaku manusia di muka bumi ini,” ungkapnya mengawali kajian, Jumat (1/5/2020).
“Seperti layaknya wabah nyamuk yang ditimpahkan Allah SWT kepada Namrud, atau wabah katak, belalang, bahkan darah kepada Firaun bersama pengikutnya,” jelasnya.
Dia lalu mengutip firman Allah dalam al-Quran surat at-Thalaq 8:
وَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِۦ فَحَاسَبْنَٰهَا حِسَابًا شَدِيدًا وَعَذَّبْنَٰهَا عَذَابًا نُّكْرًا
“Artinya dan betapa banyak penduduk negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya, maka Kami buat perhitungan terhadap penduduk negeri itu dengan perhitungan yang ketat, dan Kami azab mereka dengan adzab yang mengerikan di akhirat.”
Wabah Dunia dari Tahun ke Tahun
Menurut Anshori pandemi yang terjadi di dunia sejatinya tidak hanya kali ini. Dalam kurun waktu 100 tahun ke belakang secara berurutan telah terjadi pandemi.
“Tahun 1920-an terjadi wabah flu yang menelan korban meninggal lebih dari 20 juta jiwa. Tahun 1820-an wabah kolera dengan korban meninggal 30.000 jiwa. Tahun 1720-an terjadi wabah Marseille yang menelan korban meninggal 100.000 jiwa,” ujarnya mengutip berita liputan6.com.
Jauh sebelumnya, di akhir tahun 1400-an, terjadi wabah cacar yang menelan korban meninggal 20 juta jiwa. Di pertengahan 1300-an, terjadi wabah pes yang menewaskan 25 juta jiwa. Di abad ke-6 masa kerajaan Bizantium, terjadi wabah yang sama menewaskan 50 juta jiwa. “Tahun 430 BC (sebelum masehi) selama perang Pelopponesia pun sudah terjadi pandemi,” jelasnya mengutip kompas.com.
Dulu pun, sambungnya, di waktu yang sama seperti saat ini (bulan Ramadhan), di tahun 60 H pernah terjadi wabah (tha’un) pada masa Abdullah ibnu Zubair saat kepemimpinannya di Hijaz juga wabah-wabah lainnya.
Dengan demikian, ujarnya, perjalanan kehidupan manusia di bumi ini sudah sering mengalami pandemi. “Begitu juga yang terjadi saat ini dimana pandemi Covid-19 sudah menewaskan lebih 800 jiwa di Indonesia dan mendekati 250.000 jiwa seluruh dunia. Tentu jumlah ini belum berhenti bahkan akan bertambah,” jelasnya.
Agama Tidak Bertentangan dengan Ilmu
Anshori menjelaskan, agama tidaklah bertentangan dengan ilmu pengetahuan, demikian juga sebaliknya. Keduanya beriringan, saling mengisi dan melengkapi hingga terjalin perpaduan yang serasi.
“Bilamana wabah Covid-19 ini berupa ujian maka Allah SWT juga memberi solusi atau cara mengatasi atas ujian tersebut,” ujarnya.
Dia lalu menyitir al-Quran surat al-Baqarah 155 bahwa Allah SWT akan menguji manusia dengan rasa takut, lapar, berkurangnya harta kekayaan, kehilangan nyawa (kematian) serta buah-buahan.
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Di akhir ayat, ujarnya, Allah SWT memberi penjelasan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar.
“Di sinilah bertemunya ajaran agama dan ilmu pengetahuan. Ketika Allah SWT memberikan solusi dengan bersabar. Maka ilmu pengetahuan memaknai kesabaran dengan konteks saat ini adalah lockdown, isolasi, atau bahkan protokol yang ditentukan dalam mengatasi wabah saat ini,” terangnya.
Bersabar saat Pandemi Covid-19
Anshori menegaskan, kalimat berilah kabar gembira bagi orang yang sabar maknanya adalah keberuntungan bagi yang sabar menjalankan lockdown atau isolasi pembatasan diri.
“Bersabar menjaga jarak (fisik maupun sosial), menghindari kerumunan, bersabar memakai masker dan senantiasa bersabar mencuci tangan, menjaga kebersihan dan daya tahan tubuh,” sambungnya.
Upaya-upaya itu, lanjutnya, bisa menahan laju penyebaran virus dan menjadikan grafik melandai turun. Sehingga wabah Virus Corona bisa dihentikan dan menghilang dari muka bumi.
Mengutip surat al-Baqarah 156: Anshori menjelaskan orang sabar adalah mereka yang yakin bahwa dirinya adalah milik Allah SWT dan pasti kembali pada-Nya.
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
“Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,” tuturnya.
Kontributor Anshori. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post