PWMU.CO-Hisab Muhammadiyah menentukan Idul Fitri berbeda dengan pemerintah bukan terjadi di zaman sekarang ini saja. Di masa KH Ahmad Dahlan perbedaan hisab juga terjadi dengan perhitungan Kerajaan Yogyakarta.
Hal itu diceritakan Abdul Munir Mulkhan dalam bukunya Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah.
Perbedaan itu dikhawatirkan memicu konflik masyarakat karena di Yogya juga ada perayaan Gerebeg Syawal Kraton yang menurut perhitungan kalender Jawa jatuh satu hari sesudah Idul Fitri hasil hisab Muhammadiyah. Inilah kali pertama terjadi perayaan Idul Fitri berbeda tanggal dengan Gerebeg Kraton.
Sebagai khatib amin penghulu kraton yang juga ahli ilmu falakh KH Ahmad Dahlan perlu meminta menghadap Sultan Yogya Hamengku Buwono VIII untuk menyampaikan usulan perlu memajukan acara Gerebeg Syawal.
Sultan memberi izin tapi diterima di tengah malam dengan diantar Kanjeng Kiai Penghulu Muhammad Kamaludiningrat alias KH Sangidu. Pertemuan menghadap Sultan Yogya ini terasa aneh karena memasuki bangsal raja suasananya gelap. Tanpa ada lampu.
Namun Sultan sudah duduk di singgasananya dan meminta Kiai Dahlan langsung menyampaikan maksudnya. Kiai Dahlan menyarankan acara gerebeg Syawal dimajukan sehari sesuai hasil hisab yang dilakukan agar sesuai dengan perayaan Idul Fitri.
Kejutan saat Lampu Dinyalakan
Setelah saran selesai disampaikan Sultan Yogya kemudian berkata, acara gerebeg dilaksanakan sesuai tradisi Jawa dan KH Ahmad Dahlan dipersilakan mengadakan shalat Idul Fitri di alun-alun atau Masjid Gede sesuai perhitungan hisabnya.
Selesai menyampaikan keputusannya, lampu bangsal raja dinyalakan. Betapa terkejutnya KH Ahmad Dahlan ternyata di belakang Sultan berjajar para pangeran dan pejabat kerajaan.
Melihat Kiai Dahlan terkejut melihat hadirnya para pembesar dalam pertemuan itu, Sultan berkata, pemadaman lampu sengaja dilakukan agar KH Ahmad Dahlan tidak merasa kikuk menyampaikan pandangan dan usulannya kepada raja.
Sebaliknya para pembesar istana juga bisa mendengar langsung usulan dan alasannya secara langsung dari orangnya agar tidak terjadi salah paham.
Akhirnya di tahun itu shalat Idul Fitri berlangsung lebih dulu sesuai hisab Muhammadiyah. Esok harinya baru dilaksanakan Gerebek Syawal di tempat yang sama. Semuanya berlangsung aman-aman saja tanpa ada perdebatan panas. (*)
Editor Sugeng Purwanto