New Normal saat Sekolah Dibuka tulisan opini Shofan Hariyanto, guru SD Muhammadiyah Manyar Gresik mengulas protokol kesehatan di sekolah.
PWMU.CO– Wabah Covid-19 menciptakan fase new normal. Artinya, perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan virus Corona.
Di Wuhan, China, asal mula wabah merebak yang kini sudah dinyatakan aman kehidupan new normal mulai diterapkan. Misalnya di sekolah. Semua guru dan siswa memakai masker, cuci tangan, cek suhu tubuh, antar bangku berjarak satu meter, semuanya menjalani tes virus sebelum masuk sekolah, dan lokasi rutin dibersihkan dengan disinfektan.
Di Indonesia, jika nanti sekolah dibuka akan menerapkan new normal seperti itu. Tapi belum jelas kapan sekolah dibuka karena jumlah pasien terinfeksi Covid-19 masih tinggi. Di atas 100 orang per hari.
Setidaknya sekarang pemerintah dan pengelola sekolah harus menyiapkan sehingga begitu sekolah dibuka tidak tergagap-gagap. Ini butuh anggaran lagi selain biaya operasional rutin sebelumnya.
Kebiasaan Baru
Sederhananya dapat dibayangkan new normal yang disiapkan sebelum, saat, dan setelah pembelajaran adalah pertama, warga sekolah wajib memakai masker dan cuci tangan.
Kedua, wajib menjaga jarak sosial saat belajar di kelas atau di jalan. Ketiga, wajib cek suhu tubuh dan cuci tangan. Keempat, aktivitas bermain di kantin, perpustakaan, wajib menerapkan jarak sosial dan memakai masker
Kelima, pembelajaran menggunakan media berbasis teknologi informasi untuk menekan penggunaan media belajar yang sifatnya dipakai bergantian.
Keenam, penjelasan materi pelajaran disampaikan di sekolah, evaluasi kegiatan pembelajaran dapat menggunakan media teknologi informasi.
Ketujuh, mempercepat durasi belajar tatap muka di sekolah. Bisa pengurangan jam belajar, atau pengurangan hari efektif selama pandemi masih berlangsung.
Peralatan Kesehatan
Menuju new normal dunia pendidikan membutuhkan sarana dan prasarana baru yang bersifat klinis demi menunjang protokol kesehatan agar aman selama di sekolah.
Peralatan yang harus tersedia seperti termo gun atau sejenisnya untuk mengontol suhu. Jumlah siswa dalam kelas disesuaikan luas ruang untuk jaga jarak agar tidak berkerumun.
Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker harus tersedia. Fasilitas wastafel dan sabun antiseptik untuk cuci tangan harus tersedia di banyak tempat.
Setiap kelas disediakan hand sanitizer. Penyemprotan disinfektan dilakukan tiap hari. Jaringan internet yang memadai, serta ruang belajar online yang mudah diakses siswa.
Guru harus memperbanyak infografis untuk kampanye Pola Hidup Sehat. Memperkuat pengawasan warga sekolah dengan menggunakan CCTV misalnya. Menyiapkan ruang UKS untuk kedaruratan.
Karena kebutuhan new normal itu harus ada penyesuaian standar pendidikan di Indonesia yang memuat delapan kriteria. Yaitu isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian.
Kini kriteria sarana prasarana harus memasukkan protokol kesehatan mencegah penularan Covid-19. Peralatannya seperti tersebut di atas. Sekolah yang belum bisa memenuhi standar protokol kesehatan ini harus dibantu pemerintah atau organisasi sosial agar sekolah seluruhnya bisa dibuka.
Bersyukurlah sekolah Muhammadiyah karena pimpinannya sudah membentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) dan mengeluarkan Maklumat Tuntunan Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid-19.
Relawan MCCC di seluruh daerah sangat membantu sterilisasi sekolah dan pelaksanaan protokol kesehatan. Maklumat Fatwa Tarjih menjadi pedoman pelaksanaan ibadah.
New normal untuk guru dan siswa harus menyesuaikan diri tak boleh gagap teknologi alias gaptek. Guru-guru sepuh harus belajar keras mengoperasikan Google classroom dan Zoom. Menyiapkan materi pembelajaran, presentasi dan mengevaluasi hasil belajar secara daring. Pembelajaran full sentuhan teknologi informasi.
Tren kasus infeksi Covid-19 tiap hari masih tinggi sekitar 100 orang. Kepatuhan masyarakat terhadap PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) rendah. Ini seiring dengan pemerintah yang tak konsisten antara aturan, ucapan, dan tindakan.
Seburuk apa pun kondisinya, kita selalu berharap wabah ini segera berakhir. Kehidupan normal baru mulai diterapkan agar terhindar dari ancaman wabah Corona yang belum ditemukan antivaksinnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto