PWMU.CO-Bekam menarik perhatian Dr Wahyudi Widada SKp MKed, dosen D-3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember. Dia mengangkat pengobatan bekam menjadi penelitian disertasi doktor Program Studi Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Disertasi berjudul Mekanisme Penurunan Kolesterol Ldl (Low Density Lipoprotein) akibat Terapi Bekam Basah pada Penderita Hiperkolesterolemia dipresentasikan dengan baik di hadapan penguji pada Kamis (4/6/2020).
”Saya tertarik meneliti bekam karena ingin menghubungkan ilmu kedokteran dengan ilmu agama. Banyak ayat al-Quran yang berhubungan dengan ilmu kedokteran. Apalagi bekam adalah sunnah yang dianjurkan Nabi Muhammad saw,” kata Wahyudi.
Dia mendalami bekam tahun 2010 ketika mertuanya divonis tumor paru-paru yang diharuskan operasi. Tapi seorang rekannya menyarankan untuk terapi bekam. ”Alhamdulillah mertua saya membaik setelah beberapa kali dibekam. Bisa naik haji dan sehat sampai sekarang,” cerita dia.
Sejak saat itu ketika masih kuliah S2, Wahyudi mulai meneliti mekanisme bekam dengan fokus penyakit kolesterol, jantung, dan asam urat. ”Mekanisme bekam yang masih jarang dibahas, bagaimana penjelasannya kalau orang dibekam itu kolesterolnya bisa turun,” jelasnya.
Menurut dia, orang yang mengidap kolesterol, kombinasi pengobatan obat dan bekam akan lebih baik untuk menekan efek samping obat yang menimbulkan kerusakan organ tubuh dalam jangka panjang.
Dia mengumpulkan relawan dari rekan-rekannya untuk dijadikan responden penelitiannya. ”Saat itu saya mencari perokok berat dengan rentang umur 35-50 tahun yang belum pernah dibekam.” ungkap Wahyudi.
Dilihat dari hasil tes fungsi paru, orang yang merokok dan tidak merokok memiliki perbedaan yang cukup jauh. Terdapat 15 persen kerusakan di dalam aliran darahnya. Setelah rutin dibekam, responden mengaku kesehatannya membaik. Para relawan ini malah nagih ingin dibekam lagi.
Penyakit dalam Tinjauan Spiritual
Setelah itu, Wahyudi juga mengenalkan pengobatan bekam kepada aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di UM Jember.
”Pernah waktu itu saya kunjungan pengajian Ahad pagi ke Banyuwangi. Pengunjung yang ingin dibekam membeludak,” tuturnya. Ia dibantu oleh 15 mahasiswa bimbingannya menangani 500 pasien.
Saat ini Wahyudi telah menulis lima buku dan tujuh HKI seputar bekam. Ia juga aktif mengelola organisasi PBI (Perkumpulan Bekam Indonesia) bertindak sebagai pembina tingkat nasional dan aktif di organisasi IIMF (Internasional Islamic Medical Forum). Selain mengajar di UM Jember, dia juga kerap mengisi pengajian, seminar, dan kuliah pakar.
Pria yang dikenal sebagai dengan kajian yang membahas seputar nutrisi dan keislaman tersebut menjelaskan, ketika orang berobat, jangan hanya melihat soal fisiknya. ”Kita menyebut menderita kolesterol karena makanan berlemak itu dilihat dari fisiknya,” ungkapnya.
Diterangkan, dalam pengobatan Islam memandang manusia terdiri atas jasad, nafs, ruh, maka ketika manusia diberi ujian penyakit oleh Allah SWT hendaknya musahabah terhadap kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuatnya.
Contoh ketika mengidap kolesterol sebenarnya ada hak orang lain sebesar 2,5 persen yang harus disedekahkan. ”Jangan rakus dalam memakan rezeki karena sebagai umat Islam kita diwajibkan mengeluarkan zakat untuk orang yang lebih membutuhkan,” terangnya.
Potonglah porsi makan dan sebagiannya untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan, sambungnya. Dalam al-Quran surat Al-A’raf: 31 dijelaskan, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.
Dosen yang beralamat di Perum Tegalbesar Jember itu berpesan jagalah imun dan iman. ”Sia-sia apabila imun atau kesehatan kita prima tapi tidak mempunyai iman. Begitu pun sebaliknya. Ketika iman kita terjaga, kita bisa mengetahui mana perintah dan larangan dari Allah yang tidak boleh dilakukan sehingga imunitas bisa terjaga,” tuturnya. (*)
Penulis Disa Yulistian Editor Sugeng Purwanto