PWMU.CO– Dosen UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) Rahmad Pulung Sudibyo MP meninggal dunia Rabu (1/7/2020) pukul 03.00.
Dia dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Peternakan. Hari itu flyer duka cita menyebar dari Instagram UMM menyebar ke semua rekan-rekannya. Rahmad Pulung juga menjabat kepala Bagian Hukum dan Kepegawaian UMM dan direktur UMM Farm yang menangani laboratorium pertanian terpadu fakultas.
Sebelumnya Pulung yang berperawakan gemuk ini membuat video pendek 31 detik ketika pagi itu, Senin, 22 Juni 2020, akan periksa swab test ke RS UMM. Dia perlu tes untuk memastikan kena covid-19 atau tidak.
”Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, teman-teman, saudara, dan sahabat-sahabatku, pagi ini saya akan berangkat ke IGD apakah saya kena covid atau tidak. Untuk semuanya, saya mohon maaf lahir dan batin atas kesalahan-kesalahan yang selama ini ada dalam diriku.”
Ketika mengucapkan akhir kalimat ini, suaranya agak tersendat karena menahan haru. Setelah itu dia juga menyampaikan pesan kepada anak-anaknya.
”Anak-anakku, maafkan Bapak. Jangan lupakan shalat. Ingat, jangan pernah tinggalkan shalat. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
Video ini beredar bersamaan dengan kabar duka. Teman-temannya pun terharu mendengarkan pesan terakhirnya itu. Sebelumnya dia ada gangguan jantung dan liver. Tak dinyana sepuluh hari setelah membuat video itu menjadi kenangan terakhirnya.
Kembangkan Hidroponik
Yunan Syaifullah, dosen Fakultas Ekonomi Bisnis yang menjadi teman dekatnya terkesan dengan kesederhanaannya. ”Mas Pulung itu sebagai ahli pertanian orangnya sederhana. Kalau omong tidak suka banyak berteori tapi langsung praktik,” katanya.
Dia menceritakan, di rumahnya terdapat terdapat pipa pvc yang disusun menjadi media tanam hidroponik. Dia tanam sawi, selada, dan sayuran lainnya. Di halamannya juga ada tanaman obat keluarga (Toga).
Kegiatan pertanian hidroponik di rumah itu menarik perhatian tetangganya di kampung Gadang Gang 2 Kota Malang. Maka semua tetangganya diajari cara tanam media air ini.
Akhirnya kampung ini terkenal dengan kampung hidroponik. Kegiatan ini bisa menjadi program ketahanan pangan keluarga. Kebutuhan sayur mayor dapat dipenuhi sendiri.
Di kampusnya dia juga sering menerima tamu yang ingin melihat cara bertanam hidroponik. Kunjungan dari pelajar, kelompok masyarakat, para pensiunan di bawanya melihat pertanian hidroponik milik fakultas sekaligus menjelaskan cara tanamnya.
Menurut Yunan, bagi Pulung sesuatu yang dipikirkan dan dijalani bisa jadi itu sederhana dan remeh tapi dia mampu mengelolanya menjadi sangat bermanfaat bagi orang lain. Seperti pertanian hidroponik itu yang tekun dia kerjakan sehingga banyak manfaat bagi semua orang kampung dan kampusnya.
Kata Yunan, temannya itu suka mengutip kata bijak seperti sebaik–baiknya orang adalah selalu gelisah. Karena dari kegelisahan itu muncul pertanyaan untuk menemukan jalan keluar.
” Bisa jadi, kalimat itu yang menjadi kekuatan dalam membelokkan pilihan–pilihan aktivitas Pulung terhadap ketertarikan di dunia intelektualisme dengan cara dirinya,” ujarnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto