Inspirasi Al-Insyirah: Anti Pengangguran. Surat ke-94 al-Quran itu, di antaranya, memacu kita untuk bekerja dan berkarya, tanpa henti. Tak ada ruang untuk menganggur.
PWMU.CO – Ada pepatah populer: gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Dan manusia mati meninggalkan nama.
Dalam Islam, manusia mati meninggalkan amal. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW, “Jika keturunan Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal. Yaitu sedakah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak shaleh yang mendoakan orangtua.” (HR Muslim)
Al-Quran memberi motivasi yang kuat bagaimana agar manusia mendedikasikan dirinya untuk beramal atau berkarya.
Perintah beriman, seringkali dilanjutkan dengan perintah beramal; amanu wa amilu shalihah!
Jadi, nilai keimanan itu belum sempurna tanpa diwujudkan dengan amal atau karya (shaleh). Maka, amal adalah keniscayaan hidup manusia.
Empat Daya Manusia
Amal adalah bagian dari jati diri manusia, terutama karena, Allah telah memberi kita empat daya pokok—mengutip M. Quraish Shihab. Pertama, daya fisik yang menghasilkan kegiatan fisik dan keterampilan.
Kedua, daya pikir yang mendorong pemiliknya berpikir dan menghasilkan ilmu pengetahuan.
Ketiga, daya kalbu yang menjadikan manusia mampu berkhayal, mengekspresikan keindahan, dan merasa.
Keempat, daya hidup yang menghasilkan semangat juang, kemampuan menghadapi tantangan dan menanggulangi kesulitan. Penggunaan salah satu dari daya-daya tersebut, betapapun sederhananya, akan menghasilkan amal (karya).
Pekerja menggunakan daya fisik, ilmuan menggunakan daya pikir, seniman atau satrawan menggunakan daya kalbu, dan pejuang menggunakan daya hidup.
Usai Bekerja, Berkarya Lagi
Allah memotivasi sangat kuat agar kita bersungguh-sungguh dalam berkarya. Artinya tidak memberi peluang untuk menganggur. Allah berfirman dalam al-Insyirah 7: faidza faraghta fanshab.
Dalam tafsirnya, M. Quraish Shihab menjelakan faragh berarti “kosong setelah sebelumnya penuh”. Sedangkan fanshab berarti “berat atau letih”.
Makna bebas ayat itu: “Apabila engkau telah berada di dalam keluangan (setelah tadinya engkau sibuk) maka (bersungguh-sungguhlah bekerja) sampai engkau letih, atau tegakkanlah (persoalan baru) sehingga menjadi nyata.”
Jadi, Islam mengajarkan bekerja—juga belajar—dengan keras. Belajar dan bekerja keras akan menghasilkan karya nyata.
Dalam Islam, karya tidak boleh berhenti sebagai karya nyata, melainkan harus dilanjutkan sebagai karya yang “mengabadi”. Yaitu karya yang memiliki manfaat jauh ke depan, yang melampaui zamannya. Bahkan nilainya (pahalanya) terbawa sampai mati.
Makna Membaca Basmalah
Secara spiritual, Islam mengajari agar karya (amal) shaleh kita “mengabadi”, yaitu memulai mengerjakannya dengan basmalah.
Apa maknannya? Secara harfiah, kalimat ini berarti belajarlah atau bekerjalah disertai dengan nama Allah.
Lazimnya ungkapan Arab, mengaitkan satu pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka muliakan, maka bacaan basmalah berarti: pertama, agar pekerjaan itu mendapat “berkah” Allah.
Kedua, menunjukkan bahwa pekerjaan itu dilakukan semata-mata demi “Dia”, Allah.
Ketiga, agar pekerjaan itu mendapat “bekas” dari sifat atau keadaan dari nama yang diambil itu, yakni Allah Yang Maha Abadi (kekal).
Itu sejalan dengan sabda Nabi Muhammad SAW bahwa setiap pekerjaan yang tidak bertolak dari basmalah maka pekerjaan tersebut menjadi aqtha, yang bermakna terputus, tidak berkesinambungan, atau tidak abadi.
Jadi, berkaryalah! Maka engkau akan abadi. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.