Nabi saw terkepung dalam Perang Uhud. Barisan pertahanan muslim membentuk perisai bagi Rasulullah untuk menyelamatkan nyawanya.
PWMU.CO-Babak kedua Perang Uhud situasi menjadi terbalik. Posisi pasukan muslim terdesak mundur ke garis pertahanan ketika pasukan Mekkah pimpinan Khalid bin Walid menyerang balik. Segelintir anak panah dari sisa pasukan pemanah di atas Jabal Rumat tak mampu membendung derap kuda pasukan Khalid menerobos pertahanan.
Kitab Sirah Nabawi Ibnu Hisyam menceritakan, situasi ini membuat posisi Nabi saw dalam bahaya. Terkepung oleh pasukan Mekkah. Beberapa orang kafir berhasil menyelinap masuk ke tempat Rasulullah. Seorang musuh Utbah bin Abu Waqqash melemparkan batu hingga mengenai gigi, melukai wajah dan bibir Rasulullah.
Kemudian Abdullah bin Syihab az-Zuhri mencederai kening Rasulullah. Ganti Ibnu Qami’ah menyerang dengan pukulan ke pipi Rasulullah hingga ada kawat perisai menusuk ke dalam pipi atas Nabi. Saat menghindari serangan, kaki Rasulullah terperosok ke dalam lubang. Ali segera mengangkatnya.
Melihat kondisi bahaya itu Ziyad bin As-Sakan berdiri bersama lima orang dari kaum anshar melindungi Rasulullah dari serangan pedang musuh. Mereka bertempur melindungi Rasulullah hingga satu persatu syahid. Ziyad menjadi perisai Rasulullah karena melindunginya dari terjangan panah dengan punggungnya. Banyak panah menancap di tubuhnya.
Kemudian Mush’ab bin Umair yang memegang panji perang ganti melindungi Rasulullah. Dia bertempur hingga tubuhnya penuh luka. Sekelebat kemudian Ibnu Qami’ah al-Laitsi berhasil menusukkan pedangnya ke tubuh Mush’ab. Pemuda gagah berani itu gugur.
Ibnu Qami’ah menyangka telah membunuh Rasulullah. Karena Mush’ab dan Rasulullah sama-sama memakai baju zirah dan topi besi sehingga dia tak bisa membedakan seseorang. Dia kembali ke teman-temannya sambil berteriak,”Aku membunuh Muhammad…aku membunuh Muhammad..”
Ketika Mush’ab gugur, Ali bin Abu Thalib mengambil panji perang, kemudian Ali bin Abu Thalib bertempur bersama beberapa orang dari kaum Muslimin. Dalam kondisi kritis itu, datang satu kelompok muslimin menyingkirkan orang-orang musyrik yang menyerang Rasulullah. Sa’ad bin Abu Waqqash balik menyerang dengan panah menumbangkan orang-orang kafir.
Perang Berhenti
Di arena perang, teriakan Ibnu Qami’ah yang katanya berhasil membunuh Nabi Muhammad saw menghentikan pertempuran. Orang-orang kafir bersorak senang. Sebaliknya pasukan muslim tersentak kaget.
Di seberang bukit, paman Anas bin Malik bernama Anas bin An-Nadhr tiba di tempat Umar bin Khaththab dan Thalhah bin Ubaidillah serta beberapa orang dari kaum muhajirin dan anshar yang berhenti bertempur. Anas bin An-Nadhr berkata,”Kenapa kalian berhenti perang dan duduk?”
Mereka menjawab, ”Rasulullah telah gugur.”
Anas dengan marah berkata,”Jika demikian, apa yang akan bisa kita lakukan dengan kehidupan ini setelah Rasulullah meninggal? Meninggallah kalian seperti meninggalnya Rasulullah.” Usai mengatakan itu, Anas bin an-Nadhr menerjang musuh dan bertempur sengit hingga gugur sebagai syahid.
Mendengar teriakan Rasulullah sudah meninggal, beberapa sahabat segera mencari keberadaannya. Mereka naik ke lereng Gunung Uhud. Di sebuah celah bukit tampak beberapa korban perang bergelimpangan.
Ka’ab bin Malik meneliti satu per satu jenazah dan orang yang terluka. Kemudian dia menemukan tubuh Rasulullah. Dia mendapati kedua mata Rasulullah mengkilat dari balik tutup kepalanya. Saking girangnya dia berteriak lantang. ”Wahai kaum muslimin, bergembiralah kalian. Inilah Rasulullah.” Namun Rasulullah memberi isyarat kepadanya agar dia diam mencegah musuh datang.
Tatkala kaum muslimin mengetahui Rasulullah masih hidup, para sahabat beranjak bangkit mendekatinya. Tubuh Nabi terluka. Abu Ubaidah bin Al-Jarrah mencabut salah satu kawat besi dari wajah Rasulullah hingga gigi bagian depannya tanggal. Kemudian mencabut besi satunya lagi hingga satu gigi depannya juga tanggal.
Beberapa sahabat juga terluka. Bibir Abdurrahman bin Auf pecah berdarah. Gigi depannya juga patah. Tubuhnya terluka sebanyak dua puluh atau lebih. Sebagian luka itu ada pada kakinya hingga membuatnya pincang.
Perlawanan Terakhir
Kemudian Nabi berjalan mencari tempat aman melewati lereng Gunung Uhud dikawal Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair, Al-Harits bin Ash-Shammah, dan sejumlah sahabat lainnya.
Pada saat Rasulullah berjalan lalu berjumpa dengan seorang kafir Ubay bin Khalaf naik kuda. Rasulullah maju menuju Ubay bin Khalaf langsung menikam lehernya sehingga membuat Ubay tersungkur beberapa kali dari kudanya.
Rombongan meneruskan perjalanan. Pada saat sampai di lorong jalan menuju Gunung Uhud, Ali bin Abu Thalib keluar untuk mengisi tempat airnya di sumur al-Mihras lalu membawanya kepada Rasulullah.
Rasulullah mencium bau air itu tidak sedap sehingga tidak meminumnya. Air itu dipakai membersihkan sisa darah dari wajahnya dan menyiramkan air itu ke kepalanya sambil berkata, ”Allah sangat murka kepada orang yang melukai wajah nabiNya.”
Rombongan berjalan lagi sampai berada di suatu tempat di lereng bukit. Tiba-tiba pasukan berkuda Quraisy mendaki gunung. Di antara pasukan berkuda adalah Khalid bin Walid. Rasulullah memerintahkan melawan. Umar bin Khaththab bersama sahabat lainnya menghadapi musuh yang datang ini hingga Khalid dan teman-temannya terjungkal dan mundur.
Setelah perang benar-benar berakhir, Rasulullah memerintahkan mengubur jenazah para syahid di lokasi perang lembah Gunung Uhud. Di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib. Rasulullah sangat sedih mendapati tubuh pamannya yang dirobek musuhnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto