Perang Ideologi AS-China Berlanjut di Indonesia oleh Prof Dr Ahmad Jainuri, guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya.
PWMU.CO-Postingan seorang teman dari London Sabtu (24/10/2020) pagi dan berita dari sebuah media nasional dalam rubrik internasional kemarin menguatkan asumsi bahwa persaingan Amerika Serikat (AS) dan China dalam memperebutkan pengaruhnya di Indonesia terus berlanjut.
Persaingan yang tampak seakan memperebutkan lahan bisnis, namun sesungguhnya itu adalah perebutan lahan ideologis. Intensitas persaingan ini dilakukan dengan pertama, pembatasan media dari kedua belah pihak, AS dan China.
Departemen Luar Negeri AS menyebut enam media yang berbasis di China menjadi misi asing yang menyebarkan propaganda komunis di AS. Enam media itu yakni Yicai Global, Jiefang Daily, Xinmin Evening News, Social Sciences in China Press, Beijing Review, dan Economic Daily.
Sebagai balasan, China mengusir 20 koresponden AS dari media New York Times, Wall Street Journal News Corp, dan Washington Post dari tugas liputan di China.
Kedua, kunjungan yang dilakukan oleh pejabat Indonesia, Menteri Pertahanan Prabowo Subiyanto ke AS pekan lalu dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Indonesia pekan depan menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara AS dan Indonesia itu harus dilakukan.
Meskipun kunjungan yang sama juga akan dilakukan ke India, Sri Langka, dan Maladewa. Kunjungan Pompeo ke beberapa negara ini diharapkan bisa bekerja sama untuk menghindari ancaman yang ditimbulkan oleh Partai Komunis China.
Bicara dengan Kalangan Islam
Ketiga, nuansa persaingan ideologis antara AS dan China tampak kuat apabila melihat agenda Pompeo di Indonesia nanti. Karena di Jakarta, Pompeo direncanakan bertemu dengan kalangan Islam, masyarakat madani dan pemuda Ansor. Kelompok muslim ini dianggap penting, karena mereka inilah yang dalam peristiwa 1965 memiliki peran utama dalam menghilangkan pengaruh komunis dari bumi Indonesia.
Kelima, diangkatnya Duta Besar AS untuk Indonesia yang baru, Sung Yong Kim, merupakan indikasi betapa misi ideologis yang diembannya menjadi sangat penting. Siapakah ia? Figur Kim membuat kelompok kiri merah waswas.
Kim adalah warga AS keturunan Korea. Ia seorang diplomat intelijen, seorang ahli tentang komunis, menguasai seluk beluk perkembangan dan pemerintah komunis saat ini di dunia. Kehadirannya di Indonesia, salah satunya, adalah menyukseskan misi memenangkan pengaruh ideologis seperti yang disebutkan di atas.
Jika perebutan pengaruh antara AS dan China di Indonesia mencapai eskalasi yang tinggi, bukan tidak mungkin akibat yang menghancurkan akan menimpa rakyat dan bumi Indonesia. Waspadalah!
Kota Lumpur, 24/10/2020
Editor Sugeng Purwanto