PWMU.CO– Presiden Perancis Emmanuel Macron menyulut permusuhan dengan Islam menjelang peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Dia mengatakan, pembuatan kartun Nabi Muhammad merupakan bagian dari kebebasan berekspresi di negerinya.
Macron menyatakan tidak akan melarang penerbitan kartun Nabi Muhammad karena hal itu dijamin kebebasan berpendapat. Bahkan dia mengatakan Islam adalah agama yang bermasalah dan perlu dikontrol.
Lantas dia mengambil keputusan sejumlah LSM Islam dan masjid di negaranya ditutup selama dua pekan. Pernyataannya itu juga memicu kekerasan dan ujaran kebencian terhadap muslim merebak di Perancis.
Macron menganggap Islam sebagai agama dalam krisis sedunia. Ia mengatakan, pemerintah Perancis pada Desember ini akan mengeluarkan aturan memperkuat peraturan yang sudah ada, yang terbit pada 1905, untuk memperketat pengawasan sekolah muslim dan masjid.
Dunia muslim seperti kawasan Arab dan Turki mengecam sikap permusuhan Macron dan memboikot produk Perancis. Warga Timur Tengah merupakan konsumen produk Perancis sehingga seruan boikot punya dampak besar. Macron pun meminta untuk menghentikan boikot ini.
Bermula dari Kartun
Pernyataan Presiden Perancis Macron itu merupakan reaksi dari pembunuhan seorang guru sejarah Samuel Paty (47), Jumat (16/10/2020). Dia mengajar di College du Bois d’Aulne di Kota Conflans-Sainte-Honorine, 30 km dari Paris.
Saat mengajar Paty menampilkan karikatur Nabi Muhammad. Murid di kelasnya multi etnis. Ada yang muslim. Dia menyarankan para murid muslim untuk memalingkan pandangan jika mereka merasa tersinggung. Dia katakan ini bagian dari pelajaran kebebasan berekspresi.
Peragaan itu mendapat protes dari orangtua murid muslim karena menunjukkan gambar telanjang Nabi Muhammad. Dia mengajukan komplain secara formal dan membuat video yang menunjukkan kemarahannya pada tindakan Paty. Dia juga mengundang orang datang ke sekolah untuk protes.
Pada akhirnya seorang pemuda Abdoulakh A (18) mengeksekusi Samuel Paty saat pulang sekolah. Abdoulakh kelahiran Moskow berdarah Chechnya. Ia imigran dengan status pengungsi sejak masih anak-anak. Ia hidup di kota Vreux, Normandy, sekitar 100 km dari College du Bois d’Aulne. Saat penangkapan, Abdoulakh melawan sehingga polisi menembak mati.
Ia mengenali Paty setelah meminta seorang siswa sekolah itu untuk menunjukkan yang mana sosok guru yang dianggap telah menghina Nabi Muhammad. Dia lantas membuntuti Paty yang berjalan kaki pulang ke rumahnya, Jumat sore pukul 17.00. Lantas dia membunuh guru itu dengan pisau di trotoar. Kemudian mengunggah foto korban ke akun Twitternya dengan cacian kepada Presiden Macron.
Presiden Perancis Macron mengatakan serangan itu menunjukkan semua ciri serangan teroris Islamis dan guru itu dibunuh karena ia mengajarkan kebebasan berekspresi. Dia menyebut guru Paty sebagai pahlawan.
Charlie Hebdo
Peristiwa ini masih berkaitan dengan majalah satire Perancis, Charlie Hebdo. Majalah ini secara rutin membuat dan menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad. Seperti pada Selasa (1/9/2020) lalu untuk menandai dimulainya persidangan penyerangan kantor mereka terkait karikatur itu pada 7 Januari 2015.
Saat itu protes kaum muslim Perancis sudah disampaikan tapi polisi tak bertindak dengan alasan kebebasan berekspresi. Karena protes penghinaan agama itu tak mendapat respon ibaratnya menjadi api dalam sekam. Tindakan guru Samuel Paty akhirnya memicu bara dalam sekam itu berkobar.
Majalah Charlie Hebdo memulai publikasi penghinaan terhadap Nabi Muhammad lewat kartun yang diterbitkan pada tahun 2006. Dia mengambil kartun itu dari surat kabar Denmark, Jyllands-Posten yang menerbitkan tahun 2005 dan menimbulkan gelombang protes kaum muslim sedunia.
Protes kaum muslim malah membuat redaksi Charlie Hebdo ketagihan untuk menghina lagi umat Islam. Majalah satir ini memberikan justifikasi atas tindakan provokatifnya sebagai kebebasan berbicara.
Redaksi lantas menerbitkan lebih banyak karikatur Nabi Muhammad. Salah satu karikaturitu bergambar Nabi Muhammad memegang papan bertuliskan Je Suis Charlie atau Saya Charlie tahun 2015.
Sekelompok orang langsung menyerang kantor majalah itu melukai 12 awak redaksi majalah itu. Saat pembunuhan guru Samuel Paty bersamaan dengan dimulainya sidang penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo ini.
Para penyerang beralasan, kebebasan berbicara adalah hak yang disalahgunakan oleh Charlie Hebdo untuk menghina dan pernyataan memusuhi Islam. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto