JK, Olok-Olok Chaplin yang Menyakitkan, ditulis oleh Ady Amar, pemerhati masalah sosial.
PWMU.CO – Tentu bisa kita bayangkan, bagaimana perasaan keluarga Pak Jusuf Kalla (JK), yang melihat orang yang disayang dan dihormati itu diolok-olok diserupakan dengan Chaplin, dan sebar fitnah di ruang publik.
Ferdinand Hutahaean dan Rudi S. Kamri, dua orang yang diprotesnya, yang lalu dilaporkan ke Bareskrim pada 2 Desember 2020.
Adalah putri ketiga JK, Muswira JK, mendatangi Bareskrim. Membuat laporan atas pengunggahan tulisan dua orang itu di media sosial, yang dinilai menyinggung Jusuf Kalla.
Ferdinand dan Rudi memang keterlaluan, memposisikan diri seolah kebal hukum. Boleh berkata apa saja bahkan sampai ke tingkat fitnah sekalipun. Kali ini yang disasar JK, mantan Wakil Presiden. Terlalu nekat bahkan masuk kategori goblok. Nekat dan goblok bagi influencer macam mereka memang bedanya cuma seiris.
JK itu bukan Anies Baswedan atau HRS, yang saban waktu bisa dijuliti, bahkan dengan bukan bahasa manusia sekalipun. JK itu bukan milik keluarganya semata, tapi juga ditahbis khususnya sebagai kepala suku Indonesia bagian Timur.
Kerja Ferdinand selaku influencer tampak kebablasan, tidak memikirkan dampak unggahannya. Justru itu tidak menguntungkan pihak yang mengupahnya.
Ferdinand tampak ingin menonjol di antara influencer yang datang lebih awal. Ia lalu ingin berbalapan dengan para influencer yang sudah lama mapan. Maka yang terjadi adalah sikap kurang hati-hati.
Mengusik JK, itu sama dengan mengusik banyak orang. Hal-hal psikologis demikian tidak dipahami dengan baik oleh dua orang ini. Ferdinand dan Rudi S. Kamri, ini cuma modal nekad saja.
Tidak tahu persis kenapa kenekadan itu sampai lalu harus memfitnah dan mengolok-olok JK demikian. Apa selama ini merasa aman-aman saja, karena yang biasa disasar itu Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, dan itu hal biasa karena Anies tidak pernah mempermasalahkan kritikan-kritikan para influencer itu, bahkan kritikan dengan bahasa tidak patut sekalipun.
Karenanya, Ferdinand mencoba lebih nekad lagi, melepaskan busur anak panah berharap tiga orang sekaligus bisa terkapar; Pak JK, HRS dan Anies Baswedan. Maka kali ini tampaknya ia kena batunya.
Chaplin yang Diserupakan
Charlie Chaplin, bintang film lawas, saat film masih hitam putih dan tanpa suara alias film bisu. Tapi Chaplin bisa memerankan adegan lucu yang bisa membuat siapa saja yang menontonnya terbahak. Dan itu cuma dilakukan dengan tingkah polanya.
Chaplin identik dengan kumis yang cuma sedikit dan itu ada di tengah saja. Mirip kumis Hitler. Tidak persis tahu siapa dari keduanya yang memulai, dan lalu mengilhami pemakaian kumis model itu.
Pak JK tidak persis sama kumis yang dipakainya dengan Chaplin. Kumis JK khas, hanya tipis saja di atas bibir dan memang ada di posisi tengah. Lalu dipelesetkan seolah itu kumis Chaplin.
Ferdinand lalu mengumbarnya dengan ocehan olok-olok dan penuh fitnah di Twitternya. Begini yang diunggahnya:
Hebat juga si Caplin, bawa duit sekoper ke Arab, bayar ini itu beres semua. Agenda politik 2022 menuju 2024 sdh dipanasi lebih awal.
Tampaknya Presiden akan sangat disibukkan oleh kegaduhan rekayasa Caplin demi anak emasnya si asu pemilik bus edan.
Unggahan kasar dan jauh dari kesantunan. Meski dia tidak mengaku kalau yang dimaksud Caplin (tulisan yang benar Chaplin) itu bukanlah Pak JK. Tapi dia tidak bisa memberikan klarifikasi siapa CHaplin yang dimaksudkannya itu. Ferdinand cuma bisa omong tapi tidak mampu mempertanggungjawabkan omongannya.
Membawa uang sekoper ke Arab, itu tafsirannya tidak lepas dari menyelesaikan persoalan hukum HRS di sana dengan membayar apa yang seharusnya dibayar, dan itu agar HRS bisa balik ke tanah air. Itu ilusi khas mereka yang belum siuman meski zaman sudah berganti.
Sedang anak emas dari Chaplin/JK yang disebutnya dengan si asu pemilik bus edan, tentulah itu yang dimaksud adalah Anies Baswedan.
Asu itu bahasa jawa untuk sebutan anjing. Sedang bus edan, itu pelesetan dari nama marga/fam Baswedan. Dimana dari marga Baswedan ada yang lalu mendapat gelar Pahlawan Nasional. Beliau adalah Abdurrahman Baswedan, atau biasa dipanggil Pak AR Baswedan. Tidak lain adalah kakek dari Anies Baswedan.
Jika yang disasar itu Anies sampai harus dipersamakan dengan anjing, dan lalu marganya dipelesetkan dengan bus edan, pastilah Anies tidak hiraukan. Anies membiarkan saja segala ujaran yang keluar dari mulut kotor mereka. Tidak ambil pusing.
Tapi kali ini “Pak Chaplin” lewat anak perempuannya yang tidak tinggal diam, dan di hadapan juru warta yang mengerubutinya, itu di depan kantor Bareskrim, setelah ia melaporkan dua influencer nakal itu. Katanya:
“Saya atas nama anak Jusuf Kalla melaporkan Ferdinand Hutahaean dan Rudi S Kamri atas tulisan-tulisan yang mereka buat. Tulisan tersebut mengganggu martabat kami, saya dan keluarga .
Kami menggunakan hak kami sebagai warga negara untuk mendapat perlindungan hukum atas dugaan pencemaran nama baik kepada ayah kami,” tutur Muswira dengan mimik gemas tapi tetap santun.
Maka “pasar taruhan” akan ramai, memilih antara dua influencer nakal ini diproses, atau justru dibiarkan saja, karena dianggap olok-oloknya itu hal biasa, jika harus diperbandingkan dengan Ustad Maheer ath-Thuwailibi yang menghina dengan mengunggah di Twitternya foto Habib Lutfi bin Yahya, yang mengenakan sorban putih panjang, dan diberi keterangan, “Iya tambah cantik pakai jilbab, kayak kyainya banser ini ya.”
Kita lihat saja nanti, bagaimana perkembangan kasus “Pak Chaplin” ini, lanjut atau berhenti lalu menguap begitu saja. Kali ini, tentu banyak pihak yang mempersaksikannya. Maka risiko membiarkan kasus ini, akan jadi sekam yang bisa meledak di nun jauh di sana. Wallahu a’lam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.