Mendemo Mahfud MD ke Rumah Ibunya oleh Ali Murtadlo, jurnalis di Surabaya.
PWMU.CO-Maunya mendemo Mahfud MD, Menko Polhukam. Tapi demonya ke rumah ibundanya di Pamekasan. Pendemonya memang orang Pamekasan. Mungkin mau ke Jakarta terlalu jauh. Akhirnya, mereka hanya bisa berteriak di rumah masa kecil Mahfud. ”Mpud, keluar Pud,” teriak demonstran.
Mahfud MD tentu tak keluar. Memang itu rumahnya. Tapi dia sudah lama tidak tinggal di situ. Sejak menjadi mahasiswa dan sukses berkarier di mana-mana. Dosen, guru besar, pembicara, anggota DPR, Ketua MK, dan menteri beberapa kali. Hanya sesekali saja dia pulang ke Pamekasan.
Akibat dari jabatannya itulah, dia membuat kebijakan yang tak bisa menyenangkan semua orang. Termasuk kekritisannya kepada Habib Rizieq Shihab. Itulah yang membuat beberapa pihak memprotesnya, menyesalkannya, mengkritiknya, mendemonya. Di antaranya, membuat video menuturinya, membuat spanduk yang mengingatkan orang Madura mencintai Habib.
Di antara yang membuat adalah tretan dibik, saudara sesama Madura. Ada yang mengatakan begini: ”Sebagai sesama Madura, dulu saya sangat bangga kepada Anda. Sampai Anda menjadi Ketua MK. Banyak teman-teman yang juga membangga-banggakan Anda. Tapi sekarang begitu Anda menjelek-jelekkan Habib Rizieq, kebanggaan saya hilang.”
”Kami sejak kecil diajari untuk hormat kepada keturunan Nabi. Bahkan sejak lahir pun kami tak pernah memanggil namanya langsung, tapi kami memanggilnya Iyik. Tapi Anda memanggilnya Rizieq,” katanya dalam video itu. Masih ada video lain yang diunggah yang pesannya mirip: hormatilah keturunan Nabi.
Tak hanya video, di beberapa kota di Madura, mulai Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, juga terlihat beberapa spanduk yang isinya: Orang Madura Menghormati Habib.
Anak Kebanggaan
Tapi mendemo Mahfud ke rumah ibundanya? Rasanya salah alamat. Apalagi beliau, Ibu Khadidjah, sudah sangat sepuh, 90 tahun. Tidak elok untuk mendengar anaknya diteriaki begitu oleh banyak orang: Mpud Mahpud, keluar!” Orang tua butuh ketenangan. Kedamaian. Apa pun, Mahfud adalah anak kesayangannya. Kesayangan keluarga. Dan, juga seperti Banser Pamekasan katakan, kebanggaan seluruh warga Madura.
Nah, siapa bilang pejabat itu enak. Menteri itu enak. Dia harus berpihak. Membela rezim. Kali ini, dianggap tak bijak, menyakiti sebagian pihak.
Tapi sikap Mahfud terhadap pendemo rumahnya tergolong bijak. ”Saya tak akan menindak mereka. Itu egois karena menyangkut saya. Yang hanya saya sesalkan mengapa bukan mendemo Mahfud, tapi ibu saya,” katanya.
Semoga semua pihak bisa mengambil pelajarannya. Hikmahnya. Salam!
Editor Sugeng Purwanto