PWMU.CO – Bertepatan dengan resepsi milad ke-101 Majalah Suara Muhammadiyah, Wakil Ketua Pimpinan Aisyiyah (PWA) Jawa Timur, Hj Rukmini Amar menerima Award sebagai salah satu penggerak dakwah. Dia terpilih sebagai salah satu dari 4 peraih award, dengan mengeliminasi 136 kandidat lainnya. Penghargaan diterima di Hartono Mall Yogjakarta, (24/10).
“Saya sebenarnya sangat kaget ketika dapat undangan untuk menerima penghargaan itu,” jelas Rukmini kepada PWMU. Tapi, tambahnya, dia juga tidak menyangkal kalau saat ini sangat bahagia atas penghargaan tersebut. “Saya hanya terkejut ketika tahu bahwa Suara Muhammadiyah ternyata telah mencatat semua kiprah saya selama ini.”
Dalam pergerakan Muhammadiyah, terutama Aisyiyah, nama Rukmini memang sudah demikian melegenda. Lahir dan dibesarkan di Lenteng, Sumenep, Madura, kiprahnya dalam berdakwah sudah muncul sejak kecil. Dalam usia belasan tahun, dia sudah terlibat dalam aksi menolak PKI pada tahun 1965-an. “Saya menjadi pemimpin rombongan untuk 100-an anak-anak seusia saya untuk menyelenggarakan dakwah di kampung,” ceritanya tentang masa kecilnya.
(Baca juga: Rukmini: Istri akan Aman jika Ikut Aisyiyah dan Bekal Membentuk Keluarga Sakinah)
Pada masa itu, tambahnya, mengadakan kegiatan bukanlah sesuatu yang mudah seperti sekarang. “Saya harus keluar masuk kantor polisi hanya untuk mendapatkan selembar kertas sebagai bukti bahwa kegiatannya telah diizinkan oleh aparat,” jelasnya. Tapi kondisi yang serba berat pada zaman itu justru semakin menempa gairah perjuangannya.
Aktivitasnya berdakwah terus tersalurkan saat memasuki sekolah PGAN di Sumenep, dengan membentuk kajian Sabtu Malam . Saat itu kesempatan dakwah melalui media massa juga sudah dilakukanlah melalui siaran RRI. “Kebetulan saya juga bisa qiraah, bahkan pernah menjuarai MTQ se-kabupaten Sumenep Madura,” jelasnya lagi.
Rukmini yang sejak kecil sudah bergulat dengan persoalan dakwah membuatnya langsung aktif di dunia pergerakan saat masuk bangku kuliah. Pilihan pun dijatuhkan pada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dalam periode ini, dia terlibat dalam pembinaan penghuni lokalisasi Tlekung.
(Baca juga: Arina Hayati, Perempuan yang Hibahkan Tanahnya 1,5 Hektare untuk Muhammadiyah dan Datangi Aisyiyah, Persatuan Waria Surabaya Minta Pendampingan Ekonomi)
Hingga akhirnya, Rukmini menikah dengan H Fadlan. Di Ranting Merjosari yang sekarang semakin berkembang, Rukmini tercatat sebagai salah satu pelopornya. Bersama Dewanti Rumpoko (istri Walikota Batu Edy Rumpoko), dia juga menggagas berdirinya Pengajian al-Hidayah.
Semangat juangnya yang tinggi seakan tidak ada kesulitan sama sekali dalam melaksanakan amanah Aisyiyah. Mulai dari ranting hingga daerah. Dua periode memgemban amanah sebagai ketua PD Aisyiyah Kota Malang, 2005-2010 dan 2010 – 2015 telah banyak memberikan konstribusi untuk perkembangan PDA kota Malang. Ide-ide cerdasnya menginspirasi gerakan Aisyiyah: Klinik Keluar Sakinah , Pesantren Lansia ,Sekolah Ibu, pendirian Islamic Collage ‘Aisyiyah dan masih banyak lagi.
(Baca juga: Siti Walidah, Lebih dari Seorang Kartini dan Cara Nyai Ahmad Dahlan Mendidik Anak)
Ketua Majelis Tabligh PW aisyiyah Jatim 2010-2015 ini juga mempelopori gerakan dakwah komunitas jauh sebelum ada ketetapan hasil muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tahun 2015 kemarin. Dengan banyaknya komunitas yang selalu menjalin komunikasi dengannya, Rukmini seakan tidak mau kehilangan kesempatan untuk bisa menarik mereka aktif di Aisyiyah.
Nah, perjalanan dakwah itulah yang direkam oleh Suara Muhammadiyah yang akhirnya Rukmini masuk 140 nominator, yang kemudian disaring menjadi 14 nominator. Jumlah ini diperas lagi dan dipilih 4 orang sebagai pemenang, yang salah satunya adalah Rukmini. Penghargaan itu telah diterimanya bertepatan dengan milad majalah yang baru saja mendapat penghargaan MURI sebagai Majalah tertua dan eksis. Selamat, Bu! (Uzlifah).