• Redaksi
  • Iklan
  • JarMed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Demokrasi Kambing dan Bebek

Sabtu 9 Januari 2021 | 15:55
in Kolom
0
393
SHARES
401
VIEWS
Demokrasi kambing
Emha Ainun Nadjib

Demokrasi Kambing dan Bebek oleh Emha Ainun Nadjib, budayawan.

PWMU.CO– Kabarnya hampir semua nabi-nabi dulu punya episode hidup di mana mereka menggembalakan kambing. Tidak ada penelitian yang menginformasikan tentang punya siapa kambing-kambing itu.

Punya nabi-nabi itu sendiri, ataukah ada semacam juragannya dan para nabi itu mburuh angon kepadanya. Juga tidak ada informasi tentang jenis kambingnya, apakah kambing pemakan rumput atau rambanan atau daun-daunan. Tetapi bisa kita hampir pastikan di zaman itu mestinya belum ada kambing guling, kambing geprek atau sate kambing.

Andaikan Tuhan juga menurunkan nabi-nabi di Pulau Jawa atau kepulauan nusantara lainnya, mestinya beliau-beliau juga menggembalakan bebek dan menthog. Tapi Allah membatasi teritorial turunnya nabi-nabi hanya di seputar Timur Tengah, dan itu pasti atas pertimbangan alam, antropologi, dan kesejarahan yang matang dari Tuhan.

Sebagian dari bangsa Indonesia ini kabarnya adalah keturunan nabi terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah. Meskipun semua pasti keturunan nabi pertama yakni Mbah Adam. Kalau kebanyakan nabi-nabi itu pernah angon kambing, saya berani memastikan bahwa bangsa Indonesia lebih cenderung merupakan keturunan para nabi, dan mutlak bukan keturunan kambing-kambingnya.

Jadi mestinya secara genealogis bangsa Indonesia mestinya bukan kumpulan manusia yang mentalnya membebek atau mengkambing. Karena nenek moyang bangsa Indonesia adalah para nabi, maka watak utama bangsa Indonesia, apalagi para pemimpinnya, mestinya adalah mental pelopor, perintis, pembaharu, inovator, bahkan inventor.

Baca Juga:  Cak Nun tentang Wayang Indonesia: Indonesia yang Tidak Peduli pada Indonesia

Bahwa faktanya selama hampir satu abad belakangan ini bangsa Indonesia malah mengindikasikan seolah-olah mereka bukan anak turun nabi-nabi melainkan cucu-cicit kambing dan bebek, pasti memang telah terjadi dan mungkin masih tetap berlangsung suatu kesalahan sejarah, kekhilafan prinsip hidup, kekeliruan manajemen dan kengawuran pengelolaan, dari level eksistensi hingga pelaksanaan pembangunan sejarah.

Rumput Politic

Bahwa dalam mendirikan kebersamaan dalam formula negara, cara memilih pemimpin, cara menjalani perilaku kebudayaan, cara menentukan cita-cita dan masa depan, sampai cara berpakaian, cara bernyanyi hingga makan minum dlsb sangat dipenuhi oleh dimensi kambing dan nuansa bebek, pasti karena dulu bapak-bapak merintis kemerdekaan dan pembangunan bangsa dan negara ini kurang berpikir panjang, kurang mempertimbangkan keutuhan, kelengkapan, keseimbangan masa depan.

Sehingga hari ini bangsa Indonesia sudah bukan lagi bangsa Indonesia, kalau berkaca pada sejarahnya, antropologinya, nasab peradabannya, sanad kebudayaannya. Bahkan bangsa Indonesia tergolong bangsa yang bukan hanya mengingkari siapa diri-sejarah mereka, namun juga meremehkan, merendahkan dan memperolok-olok nenek moyang mereka.

Itu semua sangat mudah ditemukan cerminan atau indikatornya di dalam perilaku sehari-hari, dalam habitat politiknya, watak kebudayaannya, serta ketidakpedulian mereka terhadap nilai-nilai keberadabannya.

Baca Juga:  Cak Nun soal Budaya Politik Nasional: Pilih Celana atau Makanan; Korupsi atau Rasa Malu?

Pemerintah Indonesia dari era ke era tidak apresiatif terhadap kepeloporan di bidang ilmu, terhadap keperintisan di bidang kreativitas budaya, terhadap inovasi dan invensi anak-anak bangsa sendiri yang sesungguhnya memiliki banyak fadhilah dan keistimewaan dibanding bangsa-bangsa lain di muka bumi.

Kalau nabi-nabi menggembalakan kambing atau bebek, para kambing dan bebek berjalan di depan, penggembalanya membawa cambuk atau tongkat menguntit di belakangnya. Tetapi fakta politik dan manajemennya tetap para nabi dan penggembalalah yang memimpin perjalanan kambing-kambing dan bebek-bebek itu.

Dengan demokrasi seakan-akan rakyat adalah garda depan derap perjalanan sejarah Indonesia, seolah-olah rakyat adalah pemegang kedaulatan utama.

Tetapi di alam praktik Pemilu, Pilpres, Pilgub, Pilbup hingga Pilkades — rakyat adalah kambing-kambing yang asalkan dikasih sejumput rumput, mereka ngikut mau dicambuk disuruh ke arah mana saja.

Bebek-bebek itu asalkan dikasih sejumput dhedhak, mereka anut grubyug dibawa ke mana saja. Demokrasi Indonesia sampai hari ini masih demokrasi kambing dan bebek. Memang tidak ada money politic dalam demokrasi kambing dan bebek. Yang ada adalah rumput dan dhedhak politic. Bagi rakyat Indonesia, kedaulatan bernegara amat sangat murah.

Binatang Globalisasi

Anak-anak muda yang saya bergabung dalam lingkarannya sejak di Gontor hingga Yogya hari ini, adalah anak-anak bangsa yang menolak jadi kambing dan bebek. Sejak komunitas Dipowinatan hingga KiaiKanjeng dan Maiyah, mereka sangat tekun menanamkan jiwa pelopor, perintis, dan pembaharu. Mereka tidak menjadi ekor dari binatang globalisasi apapun saja.

Baca Juga:  Cak Nun soal Reklamasi: Menyembah Guru Besar dari Utara

Misalnya, apa istimewanya kalau masyarakat teater bikin arisan? Kalau Anak-anak kampung Dipo secara alamiah berkumpul bikin pementasan drama? Kalau Kelompok Karawitan Dinasti bikin aransemen-aransemen musik-puisi? Kalau Gamelan KiaiKanjeng meracik segala macam jenis, negeri dan benua musik dan diminta untuk nonstop 30 tahun berkeliling desa-desa, hutan-hutan, gunung-gunung, pantai-pantai, lapangan-lapangan, gedung-gedung, sampai ke 26 kota-kota dunia?

Manusia sepanjang zaman menjalani hidup dengan dua prinsip: patuh atau kreatif. Ngikut atau bikin sendiri. Menciptakan sendiri atau meniru-niru, menjiplak. Tajdid atau taqlid. Jadi perintis atau mbuntut. Jadi pelopor atau anut grubyug. Bikin kepala sendiri atau mengekor. Baik dalam urusan personal dirinya masing-masing, sampai berkeluarga, sekolah, berjamaah shalat, kumpulan-kumpulan, paguyuban, klub, partai politik, ormas, negara dan inter-negara.

Gunanya sekolah, pendidikan, pengajian, agama dlsb adalah agar manusia, masyarakat dan rakyat memiliki presisi pengetahuan untuk menempatkan kepatuhan dan kemerdekaannya di konteks yang tepat dan jangan sampai terbalik. (*)

Demokrasi Kambing dan Bebek bisa juga dibaca di caknun.com

Editor Sugeng Purwanto

Tags: DemokrasiEmha Ainun NadjibMoney politics
Share157SendTweet98

Related Posts

Partai politik
Kolom

Ancaman Partai Politik bagi Negara

Rabu 13 Januari 2021 | 14:21
357
Surat terbuka
Headline

Surat Terbuka untuk Pemimpin Bangsa

Jumat 1 Januari 2021 | 16:04
14.6k
Zalim
Kolom

Sudah Zalim, Supra Jahiliyah Lagi

Sabtu 26 Desember 2020 | 04:59
4.2k
Jangan ludahi
Kolom

Jangan Ludahi Wajah Manusia

Minggu 13 Desember 2020 | 22:27
236
Cak Nun
Kolom

Cak Nun Sindir Pemerintah dan HRS

Jumat 11 Desember 2020 | 14:12
6.3k
Penghina Nabi
Kolom

Penghina Nabi Alami Nasib seperti Ini

Kamis 29 Oktober 2020 | 12:26
6.8k
Next Post
Karena Tak Ada yang Jualan Waktu di Lapak Online

Karena Tak Ada yang Jualan Waktu di Lapak Online

PPKM

PPKM Jawa Bali Mulai Senin

Pigai, Say No to Racism

Pigai, Say No to Racism

Siswa Spemdalas Ikuti Quran Day Virtual

Siswa Spemdalas Ikuti Quran Day Virtual

Fathu Mekkah

Fathu Mekkah, Ini Pasukan yang Dihadapi Nabi

Discussion about this post

Ngaji Hadist

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu
Ngaji Hadits

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Jumat 15 Januari 2021 | 11:14
628

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu. Syekh Ali Jaber salah satu ulama Indonesia yang telah wafat (Foto detik.com) Wafatnya Ulama,...

Read more
Semua Penyakit Ada Obatnya
Ngaji Hadits

Semua Penyakit Ada Obatnya

Jumat 8 Januari 2021 | 09:43
192

Semua Penyakit Ada Obatnya (ilustras freepik.com) Semua Penyakit Ada Obatnya ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more
Larangan Mencela Waktu
Ngaji Hadits

Larangan Mencela Waktu

Jumat 1 Januari 2021 | 09:43
366

Larangan Mencela Waktu (ilustrasi ilounge.com) Larangan Mencela Waktu ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid...

Read more
Keutamaan Amalan Nabi Daud
Ngaji Hadits

Keutamaan Amalan Nabi Daud

Jumat 25 Desember 2020 | 06:26
448

Keutamaan Amalan Nabi Daud (Ilustrasi freepik.com) Keutamaan Amalan Nabi Daud ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more

Berita Terkini

Kritik Pemerintah, Busyro Muqqodas: Muhammadiyah Jangan Dianggap Musuh

Kritik Pemerintah, Busyro Muqqodas: Muhammadiyah Jangan Dianggap Musuh

Senin 18 Januari 2021 | 16:51
Dua Arus Pemikiran di Muhammadiyah

Dua Arus Pemikiran di Muhammadiyah

Senin 18 Januari 2021 | 15:40
Lomba Resensi E-book Smamsatu, Ini Pemenangnya

Lomba Resensi E-book Smamsatu, Ini Pemenangnya

Senin 18 Januari 2021 | 14:34
Tanggapan Muhammadiyah atas Hasil Investigasi Komnas HAM tentang Tewasnya Anggota FPI

Tanggapan Muhammadiyah atas Hasil Investigasi Komnas HAM tentang Tewasnya Anggota FPI

Senin 18 Januari 2021 | 14:16
Dr Adriani Kadir

Dr Adriani Kadir, Pimpinan Aisyiyah Itu Wafat saat Gempa Mamuju Mengguncang

Senin 18 Januari 2021 | 10:30
Muhammadiyah Kirim Tim Medis ke Mamuju

Muhammadiyah Kirim Tim Medis ke Mamuju

Senin 18 Januari 2021 | 10:29
Risma lagi

Risma Lagi, Gaduh Lagi

Senin 18 Januari 2021 | 08:18
Ramalan dukun

Ramalan Dukun pun Dikriminalisasi

Senin 18 Januari 2021 | 07:31
Muhammadiyah Bantu Banjir Kalimantan Selatan

Muhammadiyah Bantu Banjir Kalimantan Selatan

Minggu 17 Januari 2021 | 19:44
Bantuan Gempa

Bantuan Gempa Mamuju Berdatangan

Minggu 17 Januari 2021 | 16:17

Berita Populer Hari Ini

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    422916 shares
    Share 169166 Tweet 105729
  • Tiga Peristiwa Ini Tunjukkan Siapa Sebenarnya Syekh Ali Jaber

    19506 shares
    Share 7802 Tweet 4877
  • Warganet Tinggalkan WA, Pilih BiP

    8650 shares
    Share 3460 Tweet 2163
  • Bantuan Gempa Mamuju Berdatangan

    3549 shares
    Share 1420 Tweet 887
  • Muhammadiyah Bantu Banjir Kalimantan Selatan

    2868 shares
    Share 1147 Tweet 717
  • Dr Adriani Kadir, Pimpinan Aisyiyah Itu Wafat saat Gempa Mamuju Mengguncang

    2060 shares
    Share 824 Tweet 515
  • Bencana Bertubi-tubi dan Lima Kesadaran Spiritual

    1787 shares
    Share 715 Tweet 447
  • Tanggapan Muhammadiyah atas Hasil Investigasi Komnas HAM tentang Tewasnya Anggota FPI

    1681 shares
    Share 672 Tweet 420
  • Risma Lagi, Gaduh Lagi

    1548 shares
    Share 619 Tweet 387
  • Atasi Pandemi dengan llmu, Ulama Pernah Tulis 20 Buku soal Itu

    1329 shares
    Share 532 Tweet 332
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co Portal Berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama.

Hubungi Kami

WA : 081233867797
Email :pwmujatim@gmail.com

Follow Us

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama