Pemimpin: Imam, Rais, Amir, atau Khalifah? Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik Ustadz Taufiqulloh menjelaskan secara gamblang.
PWMU.CO – Karakter kepemimpinan seseorang akan menentukan arah dan keberhasilan sebuah organisasi. Hal ini disampaikan oleh Dr Taufiqulloh MPd pada Pengajian Iftitah kegiatan Supervisory Management Program Batch 4, Sabtu (20/2/2021).
Kegiatan yang diinisiasi oleh Sinergi Human Resource and Development Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik ini diikuti sebanyak 138 peserta.
Peserta dari Mugeb School yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan koordinator bidang dari SD Muhammadiyah 1 dan 2 GKB, SMP Muhammadiyah 12 GKB dan SMA Muhamamdiyah 10 GK. Kegiatan tersebut juga dihadiri managemen dari sekolah mitra GKB.
Pada kesempatan itu, Ustadz Taufiqulloh menjelaskan kepemimpinan menunjukan perilaku, model, pandangan, dan cara seorang pemimpin mengelola dan menggerakan organisasi. Sedangkan pemimpin menunjuk kepada profil orang atau pelaku. Taufiqulloh menyebutkan beberapa padanan kata pemimpin dalam bahasa Arab seperti imam, rais, amir, dan khalifah.
Secara terminologi bahasa Arab, definisi pemimpin dimaknai sebagai imam karena seorang pemimpin posisinya di depan, selalu dapat di dengar dan ditauladani. Taufiqullah juga menjelaskan seorang pemimpin disebut pula sebagai rais yang memiliki arti seseorang yang diberikan tugas menentukan arah kehidupan.
Istilah lain yang umum menunjukkan makna pemimpin adalah khalifah yang berasal dari kata khalaf yang berarti di belakang. Dalam hal ini Taufiqullah menerangkan seorang pemimpin dapat memantau dan mengontrol aktivitas organisasi dari belakang.
Sedangkan pemimpin disebut sebagai amir karena memiliki otoritas dan dianggap kompeten menyelesaikan segala urusan organisasi.
Karakter Kepemimpinan
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik itu menegaskan seorang pemimpin selayaknya memiliki karakter-karakter kepemimpinan sehingga dapat memberikan arah bagi anggotanya.
“Seorang pemimpin bila tidak memiliki karakter kepemimpinan, maka tidak ada arah, tidak ada keteladanan dan muncul penyelewengan atau penyimpangan-penyimpangan,” terangnya.
Menurutnya, sama halnya dengan organisasi sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah beserta pengurus struktur organisasinya. Bila setiap pemimpin yang diberikan amanah tidak memiliki karakter kepemimpinan, maka aktivitasnya akan stagnan dan organisasi yang dipimpinnya akan sulit mengalami kemajuan.
“Begitupula dengan perkembangan organisasi Muhammadiyah pada tingkat ranting, cabang, kabupaten dan seterusnya. Bila tidak memiliki karakter kepemimpinan maka akan mandeg, tidak ada ghirah dan tanpa pergerakan/ aktivitas,” tegasnya.
Taufiqulloh juga menyampaikan pentingnya ketaatan anggota kepada pemimpinnya. Ketaatan yang dimaksudkan sebagai wujud menjaga integritas dan kestabilan sebuah organisasi. Menurutnya, ketidaktaatan anggotanya itu menunjukkan gejala krisis kepemimpinan.
“Bila ada kepemimpinan harus ada ketaatan bagi orang yang dipimpinanya, bila tidak ada keadaan organisasi akan menjadi anarki, tidak terkontrol, disintegrasi dan pada akhirnya masyarakat mendambakan pergantingan kepemimpinanya,” jelasnya.
Taufiq menguatkan dengan mengutip potongan surat an-Nisa ayat 59, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul Nya dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlawanan pendapat tentang aeauatu, maka kembalikanlah mereka kepada Allah (al-Quran) dan rasul-Nya (as sunah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Pada konsep kepemimpinan ini, Taufiqulloh memberikan arah bahwa ketaatan umat Islam terhadap Allah dan Rasulullah bersifat mutlak adanya.
Sedangkan ketaatan terhadap pemimpin manusia di bumi termasuk dalam organisasi Muhammadiyah ada kaidah-kaidah yang harus ditaati sebagaimana khittah yang telah digariskan dalam organisasi.
“Dalam organisasi Muhammadiyah menjadi pemimpin tidak bisa mencalonkan, tetapi dipilih,” ucapnya memberikan contoh.
Lima Karekter Pemimpin
Pada konteks ini, Taufiqulloh menyampaikan, secara sunnatullah seorang pemimpin akan terpilih dengan sendirinya bila memiliki lima karakter kepemimpinan berikut ini.
Pertama, rela berkorban. Seorang pemimpin tidak hanya meladeni diri sendiri. Tetapi memiliki kerelaan hati berkorban dengan waktu, tenaga, pikiran dan lainya demi terwujudnya cita-cita dan kebaikan bersama.
Kedua, memiliki jiwa keberanian. Seorang pemimpin pastinya memiliki keberanian terlebih saat mengambil keputusan. “Kadang keberanian yang diambil bisa mengancam bagi diri dan anggotanya. Namun seorang pemimpin akan terus melangkah demi terwujudnya tujuan organisasinya,” terangnya.
Memiliki kesabaran dan kerendahan hati menjadi karakter pemimpin yang ketiga dan keempat. Dia menjelaskan sebuah kesabaran akan menjadi energi positif bagi atmosfer organisasi.
Begitupa kerendahan hati seorang pemimpin, mereka bisa menjadi pendengar yang baik bagi bawahannya. “Apabila anak buahnya memiliki perbedaan pendapat, maka para pemimpin itu menghargai,” jelasnya.
Kelima, fasih berkomunikasi. Seorang pemimpin yang baik pastinya memiliki kemampuan dalam mengkomunikasikan ide, pikiran dan gagasanya
Pada kegiatan yang dilaksankan secara blended dengan sistem online dan offline itu, Taufiqullah memberikan penguatan kepada jajaran pimpinan amal usaha Muhammadiyah khususnya yang diberikan amanah mengelola sekolah Muhammadiyah.
Bahwa seorang pemimpin secara otomatis memiliki lima karakter kepemimpinan dan juga empat karajer utama yang dapat ditauladani dari Rasulullah dan sahabatnya. Yakni shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan i (cerdas). (*)
Penulis Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni