Siswa Berlian School Belajar Jadi Penyiar TV bersama tvMu Jatim Stasiun Mugeb dalam Berlian Got Talent: Talk Show and Anchor News Competition.
PWMU.CO – Pukul 08.00 WIB Berlian School menerima tamu istimewa. Ada empat tamu yang datang. Dua laki-laki, dua perempuan.
Tiga orang datang dengan memakai setelan kemeja hitam berlogo di atas dada kirinya. Sementara seorang lagi yang berpostur jangkung memakai baju casual: kemeja jeans lengan pendek warna biru dengan celana abu-abu.
Keempatnya datang dengan menerapkan protokol kesehatan. Memakai masker dan mencuci tangan sebelum masuk Berlian School.
Ternyata mereka adalah tim dari tvMu Jatim Stasiun Mugeb. Yaitu: Isa Iskandar SSi MPd (direktur) dan Imam Buchori (kameramen/editor). Serta Irma Sonya Suryana SKom dan Iin Kurnia SPd (reporter) yang keduanya memakai kerudung warna hijau telur asin.
Hari itu, Jumat (26/2/2021), siswa kelas I-VI Berlian School sedang mengikuti acara Berlian Got Talent: Talk Show and Anchor News Competition dengan mengundang tvMu Jatim Stasiun Mugeb.
Direktur tvMu Jatim Stasiun Mugeb Isa Iskandar SSi MPd mengawali materi dengan melontarkan pernyataan bahwa sudah umum jika mengajak siswa belajar 5 ditambah 7 sama dengan 12. Begitu pula dengan belajar di kelas dengan menghafal materi.
Tapi kali ini berbeda: tvMu akan mengajak para siswa Berlian School menjadi lebih kreatif dengan belajar menjadi presenter, reporter, dan news anchor TV.
Isa menjelaskan, kegiatan belajar para siswa kali ini juga spesial, karena mendapat liputan tvMu. “Jadi sambil belajar sambil diliput! Nanti dari tim tvMu-nya Pak Isa insyaallah akan mengirim ke Jakarta sehingga menjadi berita tingkat nasional,” terang Isa sambil mengajak anak-anak menyimak dengan serius dan sungguh-sungguh.
Ajak Siswa Mengenal News Anchor
“News anchor ini makanan apa ya? Terbuat dari ketan atau campuran gula merah?” tanya Isa dengan bercanda.
Pertanyaan serius kemudian disampaikan Isa, “Siapa yang pengin keliling Indonesia secara gratis?”
Tak menunggu lama, tampak di layar Zoom Cloud Meeting Siswi kelas 5 Al-Cazar, Amira Ardia Putri Asmarany, bersemangat mengangkat tangan, kemudian diikuti oleh teman-teman lainnya.
Isa kembali melontarkan pertanyaan yang sama, “Siapa yang pengin keliling dunia?”
Dia lalu menjawab pertanyaannya sendiri: “Dengan menjadi seorang news anchor, presenter, atau reporter, bisa keliling dunia.” Untuk memberi gambaran bahagianya menjadi news anchor, Isa mengajak siswa yang hadir untuk membayangkan.
“Jika hari ini seorang presiden atau menteri pendidikan datang ke Bandung di depan Trans Studio lalu menyatakan sayembara, ‘Siapa yang mau meliput saya akan saya beri fasilitas tiket pesawat dan penginapan gratis, pulang dikasih uang saku’ Siapa yang mau?” ujarnya seolah sedang menjadi presiden itu.
Kepada peserta yang hadir, Isa juga menampilkan contoh video news anchor yang biasa tampil di TV. Beberapa detik kemudian, video muncul di layar Zoom. Tampak Reporter SCTV Rebecca Tetha di media Liputan 6 Petang sedang melaporkan kejadian banjir yang merendam ratusan rumah di Rawajati Jakarta.
Kenalkan Tiga Kategori Presenter Berita
Isa yang kini berfokus di bidang pemberitaan dan program TV menguraikan, presenter berita dibagi menjadi tiga kategori.
Pertama, news reader (pembaca berita). Yaitu pembawa acara yang membacakan berita, yang mana beritanya sudah disiapkan tim redaksi. “Tidak perlu risau nanti menyampaikan apa (saat siaran), (karena) sudah ada yang menyiapkan,” ujarnya.
Pada kesempatan ini, Isa mengenalkan prompter kepada para siswa. Tampak layar dengan tampilan terbalik, kemudian dibalik lagi di layar yang lain. Di layar tersebut telah ada sebaris tulisan closing (penutup) segmen yang biasa digunakan tvMU.
Selanjutnya ada istilah news caster yang berarti penyiar berita. Tugasnya tidak hanya menyiarkan, tetapi juga menjadi reporter/jurnalis yang ikut meliput atau memproduksi berita.
“Ia juga aktif melakukan wawancara,” terang founder Digital Village tersebut.
Ketiga, news anchor (jangkar berita). Ialah gabungan dari pembaca dan penyiar berita. Yaitu jurnalis radio/TV yang membawa materi berita dan ikut improvisasi komentar saat siaran langsung.
“Improvisasi itu mengembangkan pertanyaan. Kalau disuruh (mengajukan pertanyaan) satu, ia bisa bertanya dua atau tiga,” jelasnya. Misalnya, perintah pertama cuma bertanya hobi. Tapi karena hobi nara sumber unik, maka news anchor mengembangkan pertanyaannya. Misal, lanjut bertanya bahan apa yang digunakan.
Menurut Isa, inilah yang membuat berita hidup! Dalam istilah pertelevisian yaitu keep rolling (bertanya tanpa henti). Untuk itu, news anchor harus memanfaatkan waktu yang diberikan dengan baik.
Tips Jadi News Anchor
Seorang news anchor tidak cuma mampu membacakan berita, tapi juga mampu berkomunikasi yang baik dengan nara sumber. Ia juga punya kepekaan yang tinggi terhadap suatu kasus dan tertarik dengan berita baru.
“Yang harus pertama tahu dan memberitakan adalah news anchor!” tegasnya
Maka dari itu, news anchor perlu banyak membaca informasi. “Kalau tahunya nomor 5, itu hanya follower, pendengar saja,” terang Isa.
Pria yang pernah menjadi bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Berlian School tahun 2008 ini menyatakan syarat utama menjadi news anchor adalah harus memiliki suara yang bagus.
“Supaya kalau bicara a-i-u-e-o jelas, sehingga audience tidak bingung,” ujarnya.
Lantas ia membagikan tips agar memiliki suara bagus. Misalnya, banyak minum hangat, mengurangi gorengan, tidur yang cukup, latihan sebelum rekaman dan tidak merokok. Sebab, merokok dapat mengubah pita suara.
“Yang tidak suka menyanyi pun bisa (punya suara bagus) kalau berlatih olah vokal suara,” dia memotivasi.
Syarat lainnya yang tak kalah penting, sambungnya, adalah menguasai materi. “SD Berlian kan sekolah literasi, tentu harus banyak membaca, tidak harus dari buku tapi bisa dari IG,” tuturnya.
Isa lantas bercanda, “Materinya kan bukan Ujian Nasional,”
Kemudian ia mencontohkan bagaimana bisa mendapat informasi dari IG BMKG misalnya. “Berdasarkan informasi dari BMKG, ….” Ia lantas menekankan pentingnya berbicara menurut referensi. “Tidak boleh menurut saya, ….”
Syarat yang terakhir adalah menyiapkan teks. “Tidak harus ditulis, bisa dari HP,” ujar bapak dari tiga anak itu.
Yang lebih sulit, menurutnya, adalah saat perlu banyak berlatih. “Latihan, latihan, dan latihan,” tuturnya. Sebab, sehebat apapun news anchor, meski sudah menulis teks tapi jika tidak dibaca, maka akan bingung saat di depan kamera.
“Banyak juga orang yang suaranya hilang di depan kamera karena takut!” ungkapnya.
Setelah itu, Isa memutarkan beberapa video saat news anchor tvMu membacakan berita. Tak disangka, kendala teknis ditemui saat video terakhir hendak diputar.
Tidak hanya Isa dan operator yang bingung. Seluruh panitia di ruangan berusaha menampilkan video tersebut. “Coba yang dari flash disk saya,” ujar Isa. Lantas suara tim tvMu lain terdengar, “Coba buka all type!”
Operator yang menekan tombol lain membuat seisi ruangan kompak mengarahkan, “Lho bukan! Itu-itu tadi di kanan-bawah!” Beberapa saat kemudian video di balik layar tvMu menyiarkan berita dapat dinikmati para siswa.
Sambil Belajar, Sambil Diliput.
Kali Pertama Berinteraksi dengan Siswa SD
Berbagi ilmu kepada siswa Berlian School menjadi tantangan bagi Isa. Sebab, ini merupakan kali pertama dia mengajar siswa SD. Meskipun ia pernah berkecimpung di bidang Litbang SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik pada tahun 2008 silam, tapi baru kali ini ia terjun langsung untuk mengajar.
“Deg-degan bahasanya nanti nyambung nggak ya?” ujarnya sebelum acara dimulai. Mungkin, katanya, istilah unik ada di kepala, tapi ia takut anak-anak tidak memahaminya.
Kemudian dengan tenang, ia membagikan tiga prinsipnya kepada PWMU.CO. Yaitu menguasai materi, mengetahui siapa audience, dan menyampaikan secara aplikatif. Hal ini tampak dari pemaparannya yang menunjukkan banyak contoh video.
“Ibarat pemain sepak bola, pelatih belum tentu bisa bermain dengan baik. Begitupula jadi news anchor, belum tentu bisa 10 persen persen, makanya disetelkan video-video,” ungkapnya.
Saat diwawancarai di akhir acara, Isa menyetujui ketakutannya tidak terbukti. “Alhamdulillah, bahasa saya bisa dipahami anak-anak,” ujarnya lega dengan ujung mata berkerut, tampak ia tersenyum riang di balik maskernya.
Hal ini, menurutnya terbukti dari antuasiasme siswa dalam bertanya. Ada umpan balik positif yang ia terima. “Anak-anak bisa tanya balik.”
Ternyata, ia punya cara lain untuk mengatasi ketakutannya, yaitu memilih bahasa yang semudah mungkin dipahami siswa SD. “Ketika berinteraksi dengan anak-anak, harus menurunkan ego dalam menggunakan istilah,” ungkap lulusan S2 Universitas Negeri Surabaya ini.
Antusiasme Siswa Menjadi News Anchor
Seorang siswa kelas II Al Jamal Agha menekan tombol raise hand sesaat setelah dipersilakan pemandu acara. Ia menanyakan bagaimana bisa reporter SCTV menyiarkan berita tanpa membaca teks dalam tayangan video di sesi sebelumnya.
Sebelum menjawab pertanyaan, Isa tertarik dengan penampilan Agha yang memakai headphone berkelap-kelip sambil duduk di kursi hitam seolah mirip pilot.
“Wah mirip pilot, enak kalo jadi pilot sama news anchor. Turun (pesawat mendarat) di Australia, jadi news anchor di sana,” candanya. Mendengar itu, Agha langsung tertawa malu, kemudian melepas head phone-nya.
Terlepas dari respon Agha, Isa menjelaskan seorang news anchor bisa memanfaatkan telepon genggamnya sebagai tele-prompter dadakan. “Saat diperjalanan menuju lokasi banjir, (teks) persiapannya ditulis di HP,” terangnya.
Jika sudah ahli, bahkan ditulis poinnya saja, karena nanti akan keep rolling (mengajukan pertanyaan pengembangan secara terus-menerus). Saat di lokasi, news anchor bisa menarik orang lain di sekitarnya untuk diwawancarai, sehingga beritanya lebih terasa “hidup”.
Siswi dari kelas IV Mahameru, Azka Ramadhani Juniawan, juga antusias mengangkat tangan. Ia bertanya apakah saat menyiarkan di depan video juga perlu menampilkan ekspresi. Isa—yang awalnya mengira Azka seorang laki-laki kemudian diralat oleh pemandu acara—memuji pertanyaan kritis Azka.
“Menurut Pak Isa ini lebih sulit dari menjawab soal-soal UN,” ujarnya. Kemudian diikuti riuh tepuk-tangan oleh panitia di ruangan.
Bapak kelahiran Gresik ini menjelaskan, ekspresi sangat penting bagi seorang presenter atau news anchor. “Kita sering dilatih senyum kanan-kiri dua centi,” ungkapnya.
Ia kemudian memberi perbandingan ilustrasi bagaimana ekspresi news anchor ketika meliput berita di lokasi kebakaran, di lokasi pertemuan dua orang yang sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu, dan di lokasi anak mendapat hadiah.
“Kelihatan perbedaan ekspresi reporternya kan? Tapi reporternya jangan ikut menangis, ya?” terangnya. Isa juga menjelaskan, dalam mengakhiri siaran, news anchor harus menampilkan ekspresi gembira.
Isa juga membocorkan bahwa jika nanti ada yang menjadi news anchor, akan mendapat berbagai pelatihan. Seperti pelatihan mimik (ekspresi) wajah, senam wajah, dan public speaking (berbicara di depan umum) tentunya.
Kepada para siswa, Koordinator Bidang Kemahiran Hidup Berlian School Fatma Hajar Islamiyah SPd menyampaikan harapannya.
“Anak hebat Berlian School terus belajar dan mengasah kemampuannya membaca berita, dalam kegiatan ini Berlian School mengajak para siswa bertemu langsung dengan pakar berita dari tvMu Jatim Stasiun Mugeb,” harapnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni