Seleksi tingkat Jatim berhasil dilalui dengan baik atlet Tapak Suci Smamda Sidoarjo. Dia berhasil meraih perak di Grand Final Pimwil Jatim.
PWMU.CO – Kuda-kuda rendah, tegak kukuh awas bak mata elang. Pukulan, sapuan, sabetan, bantingan, guntingan, semua serba tiba-tiba. Menderu, merangsek tak kenal ampun. Bahkan harus bergulung menjauhi lawan.
Itulah penampilan Reza Akni Arifia Zidan, siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) dalam Grand Final Tapak Suci Selection Pimpinan Wilayah (Pimwil) Tapak Suci Jawa Timur, yang berlangsung di Sampang, Madura, Ahad (28/2/21). Lomba digelar tanpa penonton. Semua atlet dites rapit antigen sebelum bertanding.
Reza, panggilannya, mewakili Pimpinan Daerah (Pimda) Sidoarjo setelah sebelumnya lolos dalam seleksi di zona dua.
Pelatih Pimda 059 Sidoarjo Kanda Iwanta mengatakan, ada lima atlet yang yang dibawanya untuk bertanding. “Ada tiga atlet tanding dan dua yang ikut seni ganda,” ungkap Kanda, sapaan guru olahraga Smamda Sidoarjo tersebut.
Untuk Reza, lanjut dia, berpasangan dengan M Bintang Ramadhan dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo. “Keduanya merupakan atlet seni Pimda Sidoarjo yang sudah yang lolos dalam seleksi zona dua,” tambah kader Tapak Suci ini.
Penampilan kedua atlet yang turun dalam seni ganda itu memukau dewan juri. Menurut Kanda, kualitas teknik serang bela, kekayaan teknik serangan, termasuk keterampilan, dan kreativitas teknik semuanya saling melengkapi.
“Baik saat memberikan serangan maupun saat mempertahankan diri, mereka bisa menggunakan logika pelaksanaan serangan teknik-serang bela dengan sangat baik. Jadi mereka melakukan serangan dan pertahanan dengan tepat,” papar Kanda.
Selain itu, tambah dia, penampilan Reza dan Bintang tidak hanya dengan tangan kosong. Mereka juga menggunakan senjata berupa tongkat (toya) dan celurit. “Penggunaan senjata ini juga perlu teknik serang bela yang sangat baik. Apalagi saat menggunakan celurit, lengah sedikit saja pertahanannya bisa bobol,” tuturnya.
Kekuatan Serangan
Selain medali perak yang didapatkan Reza dan Bintang dari nomor seni ganda, medali lainnya didapatkan dari kelas B Putri. Kepala Smamda Sidoarjo Wigatiningsih menilai, kelemahan atlet dari Sidoarjo karena kalah kekuatan dalam serangan. “Istilahnya adalah pendekar priyayi. Yakni, dalam teknik sudah sangat baik, tapi dalam hal kekuatan serangan masih kalah,” jelas Wigati.
Pendekar Tapak Suci asal Sidoarjo ini juga menjelaskan, atlet yang menang dalam nomor tanding biasanya dari beberapa daerah, seperti Jember, Probolinggo, dan Lamongan. Kebiasaan sehari-hari dari para atlet yang bergelut di bidang pertanian itulah yang menunjang kekuatan mereka. “Jadi kekuatannya sudah ‘oka bawes-oka bawes’ (otot kawat balung wesi) semua,” ungkap bendahara Pimwil Tapak Suci Jatim tersebut. (*)