PWMU.CO – Peran dan Tantangan Guru di Tengah Perubahan Mutakhir. Sinergi Pengembangan Pendidikan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik menggelar Webinar Educational Sharing Session secara online, Sabtu (13/3/2021).
Dalam kegiatan ini, Dr Martadi MSn, dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa), bertindak sebagai nara sumber. Ia menyampaikan peran guru yang sebenarnya dalam pembelajaran di kelas. “Guru merupakan pengajar, pengelola kelas, fasilitator, dan juga evaluator,” terang Dr Martadi MSn.
Namun, seiring perkembangan dan tantangan di masa pandemi seperti ini, peran guru sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. “Untuk menghadapi tantangan di masa pandemi ada tiga macam. Yaitu adaptasi, inovasi, dan kolaborasi,” ungkapnya.
Artinya seluruh sivitas yang terlibat di lingkungan sekolah harus bisa beradaptasi dengan keadaan ini sehingga bisa menciptakan inovasi pembelajaran yang baik dan saling berkolaborasi antarsatu sekolah dan yang lain di masa pandemi ini.
Paradigma Pendidikan yang Berubah
Teori belajar sudah berubah dari waktu ke waktu. Awalnya, teori belajar yang biasa dipakai adalah behaviorism, cognitivism, ataupun constructivism. Seiring berjalannya waktu, orientasi belajar berubah lagi dari teacher centered ke student centered. Hingga di tahun 2021, perubahan teori belajar menjadi merdeka belajar.
“Di tahun 2021, pendidikan Indonesia berubah mulai dari fokus pembelajaran, sumber belajar, orientasi kurikulum hingga orientasi assessment. Semua hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi di era seperti ini,” terang Martadi.
Oleh karena itu, pergeseran konsep pembelajaran di abad 21 ini ditandai dengan tiga kata kunci yang menjadi core subject yang harus dipahami dengan benar.
“Mereka adalah, learning and innovation skill terkait dengan 4C (critical thinking, creativity, communication, dan collaboration). Yang kedua adalah life and career skills (kemampuan fleksibilitas, inisiatif, kepemimpinan, kemampuan sosial, produktivitas, dan akuntabilitas). Serta yang ketiga adalah digital literacy (kemampuan literasi secara digital),” ungkap dosen Unesa ini.
Dari ketiga core subject tersebut, rencana perubahan konsep kurikulum pun mulai bergaung. “Konsep kurikulum yang rencananya akan di-sounding pada 2021 ini berfokus pada tiga aspek yaitu kompetensi, strategi PBM, dan penilaian,” jelas Martadi.
Kompetensi ini berfokus pada kemampuan literasi-numerasi siswa, karakter, soft skill, dan juga high order thinking skill.
Sedang strategi PBM yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis Problem dan Peoject base learning, STEAM-R dan juga blended learning.
Sehingga dari aspek kompetensi dan strategi tersebut dapat dihasilkan penilaian yang berbasis soal HOTS, assessment autentik dan juga e-assassment seperti e-raport, e-portofolio, ataupun e-test.
Strategi Pembelajaran Berorientasi HOTS
Hal ini merupakan kegiatan pembelajaran guru dan siswa yang memiliki pola tertentu atau sintak yang terencana untuk mencapi tujuan pembelajaran.
Yang pertama, problem based learning (PBL). “Filosofinya adalah, dari hidup kita belajar, dengan belajar kita bisa hidup,” Kepala Bidang Pengembanan Profesi Pendidik LP3M Unesa ini
Analoginya, strategi belajar menggunakan PBL ini dilihat dari prosesnya karena PBL bukan kontekstual. Oleh karena itu, PBL bukan hanya bisa digunakan untuk mengukur kemampuan akademik saja, namun soft skill pula.
Yang kedua, project based learning (PjBL). Dalam strategi ini, yang dimonitor adalah aktivitas siswa selama penyelesaian proyek, dan kemampuan yang ditunjukkan siswa dalam pengerjaan proyek serta refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek.
Ketiga, STEAM-R (gabungan dari science, technology, engineer, art, math, and religion). “Hasil akhirnya adalah siswa terlibat dalam pengalaman pemecahan masalah, kolaborasi dan bekerja melalui proses kreatif,” jelasnya.
Keempat, blended learning. Ia merupakan gabungan dari tatap muka dan tatap maya. “Dari blended learning ini, siswa bisa mengikuti pembelajaran tatap muka, belajar mandiri dan belajar kolaborasi, sehingga dalam strategi ini akan ada aktivitas yang berbeda serta instructional assessment yang berbeda yakni test, presentasi ataupun proyek,” terang dia.
Dan yang terakhir, flipped class. “Dalam flipped class ini ada in class dan ada yang out class. Artinya siswa berada di rumah namun ada yang di sekolah,” ujarnya. Karena new normal nanti, tidak mungkin siswa seluruhnya masuk sekolah. “Sehingga ada aktivitas yang berbeda saat siswa di rumah dan di sekolah,” tambahnya.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
Di menejelaskan, AKM yang direncanakan akan digelar pada 2021 ini mengukur keterampilan dasar literasi dan numerasi serta karakter. Respondennya merupakan seluruh elemen sekolah. Mulai dari siswa, guru dan kepala sekolah dengan ketentuan Siswa representatif tersebut berada di kelas XI untuk SMA, kelas VIII untuk SMP, dan kelas V untuk SD.
“Untuk siswa, komponen AKM ini berisi literasi bacaan dan literasi numerik, survei karakter, serta survei lingkungan belajar. Sedangkan guru dan kepala sekolah hanya survei lingkungan belajar. Sehingga dari literasi dan numerasi tersebut akan ditemukan informasi mengenai hasil belajar kognitif siswa, sedang survei karakter untuk mengetahui hasil belajar sosial emosional,” urainya.
Bentuk soal dalam AKM pun beragam, seperti pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, benar salah hingga esai.
“Oleh karena itu, guru harus mulai belajar dan membiasakan diri untuk membuat soal baik itu penilaian harian atau penilaian yang lain dengan berbasis bentuk soal AKM. Supaya siswa terbiasa dan akan mudah faham dengan bentuk soal seperti itu sehingga hasilnya pun sesuai dengan keinginan yang diharapkan bersama,” terang Martadi. (*)
Peran dan Tantangan Guru di Tengah Perubahan Mutakhir: Penulis Novania Wulandari Editor Mohammad Nurfatoni