Tiga Oke Puasa, Tips Sehat Ramadhan oleh dr Tjatur Prijambodo MKes, Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo.
PWMU.CO– Puasa atau dalam bahasa Arab disebut shaum atau shiyam. Artinya, menahan diri dari sesuatu. Secara istilah, shiyam adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual suami-istri dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah.
Puasa Ramadhan memiliki keutamaan yang berbeda dengan puasa lainnya, baik yang dilakukan muslim maupun non muslim. Puasa Ramadhan diperintahkan Allah swt dalam surat al-Baqarah ayat 183. ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Melaksanakan puasa Ramadhan ada syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi, termasuk reward (pahala) dan punishment (dosa) bagi mereka yang melaksanakan dan meninggalkannya.
Dalam konteks medis, rewardnya berupa kesehatan yang optimal, punishmentnya berupa sakit. Untuk mendapatkan manfaat kesehatan, ada Tiga Oke Puasa yang harus dilakukan.
Oke Niat
Ketika kita memandang sebuah pengalaman dengan sikap tertentu, maka otak pun akan bekerja mengeluarkan perintah untuk mengatur ritme tubuh harian. Pusatnya ada di hipotalamus. Dialah bagian otak yang mengatur pengeluaran hormon untuk mengendalikan keseimbangan sistem tubuh.
Hipotalamus menjadi dirigen bagi orkestra organ tubuh dengan segala fungsinya. Kalau dirigennya kacau, maka kacaulah seluruh irama tubuh. Sebaliknya jika dirigennya berfungsi baik maka harmonislah irama kehidupan.
Hipotalamus sangat peka dengan kondisi kejiwaan. Apa yang dipikirkan bakal memicu fungsinya, sehingga ia memerintahkan seluruh tubuh untuk merespon melalui mekanisme hormonal. Hasilnya, irama tubuh akan menjadi kacau atau harmonis. Termasuk terkait dengan sikap terhadap ibadah puasa.
Jika menyikapi ibadah puasa ini dengan positif, maka secara sederhana, hipotalamus akan memerintahkan bagian otak lainnya untuk memproduksi hormon positif yang bersumber dari hipofise.
Orang ikhlas berpuasa, tubuh terasa nyaman, pikiran tenang, jiwa pun bahagia. Hormon serotonin, endorfin, dan dopamin menjadi penyebab semua perasaan itu terjadi. Bukan hanya perasaan atau pikiran, melainkan juga ritme tubuh menjadi teratur dan menyehatkan.
Hipotalamus bekerja terkait dengan niat berpuasa. Ketika kita mulai meniatkan puasa, maka hipotalamus menangkap ‘perasaan’ yang ada di balik niat itu. Apakah kita ‘terpaksa’ melakukan puasa, ataukah ‘ikhlas’ menjalankannya. Atau, bahkan sangat ‘senang’ dan ‘ingin’ melakukannya. Seketika itu, hipotalamus akan merespon dengan mengeluarkan perintah ke seluruh bagian otak untuk mengatur irama tubuh.
Maka, jangan main-main dengan niat dan sikap hati. Karena semua itu langsung direspon oleh otak kita sendiri, dan akan menghasilkan proses lanjutan terkait dengan homeostasis alias keseimbangan hormonal dalam tubuh kita. Kemudian berdampak pada kualitas kesehatan tubuh maupun kualitas jiwa kita sendiri.
Niatkan puasa kita hanya untuk mendapat ridho Allah semata. Hadits riwayat Ummul Mukminin Hafshah ra menceritakan, Nabi SAW bersabda, ”Barangsiapa tidak berniat puasa di malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya.”
Oke Sahur
Makan saat dini hari memang tidak mudah. Apalagi saat awal puasa. Tapi Rasulullah saw menganjurkan makan sahur karena sahur juga masuk sebagai bagian dari ibadah puasa. Rasulullah tidak pernah melewatkan sahur.
Sebuah hadits dari Abdullah bin Al Harits dari seorang sahabat Rasulullah, ”Aku masuk menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika dia makan sahur, beliau berkata, ”Sesungguhnya makan sahur adalah barokah yang Allah berikan pada kalian maka janganlah kalian tinggalkan.” (HR An-Nasa`i dan Ahmad).
Sahur yang Menyehatkan
a. Sahur di akhir waktu.
Anas ra meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra, kami makan sahur bersama Rasulullah, kemudian beliau shalat, aku tanyakan (kata Anas): Berapa lama jarak antara adzan dan sahur? Rasulullah menjawab, ”Kira-kira 50 ayat membaca al-Quran.” (HR Bukhari Muslim).
Rasulullah saw sahur di akhir waktu atau menjelang waktu Subuh. Dengan demikian perut akan merasa kenyang lebih lama jika dibandingkan makan sahur ketika tengah malam.
b. Makan dan minum secukupnya.
Jika berpikir makan banyak saat sahur dengan harapan agar bisa kenyang saat berpuasa, ini cara yang salah. Agar mendapat keberkahan, Rasulullah mengajurkan untuk makan dan minum sahur secukupnya dan tidak berlebihan.
Bukannya kenyang lebih lama, terlalu banyak makan malah membuat sistem pencernaan terganggu. Lagipula, apapun yang berlebihan tentu dibenci Allah SWT. ”Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf: 31).
Disebut berlebihan jika tidak sesuai dengan hadits: Rasulullah saw bersabda, ”Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas.”(HR Tirmidzi). Teknisnya, dengan berhenti makan sebelum kenyang.
c. Jangan tidur setelah sahur.
Banyak orang merasa mengantuk usai bersantap sahur. Apalagi sahur dini hari. Tertidur waktu menunggu Subuh. Tidur setelah makan sahur tidak dianjurkan Rasulullah. Daripada tidur lebih baik membaca al-Quran.
Tidur setelah makan mengganggu kesehatan. Tidur setelah sahur membuat lebih cepat lapar di siang hari. Lebih parah menyebabkan kadar asam lambung meningkat karena terjadi proses fermentasi karena ada makanan yang tidak dicerna dengan baik.
Oke Berbuka
Cara makan yang baik ketika buka puasa masih banyak diabaikan. Tidak memperhatikan porsi dan nutrisi makanan. Makan semuanya sampai kenyang tanpa memikirkan kesehatan. Cara makan yang baik ketika buka puasa berperan sangat signifikan dalam menjaga kesehatan selama berpuasa.
Berbuka Puasa yang Menyehatkan
a. Segera berbuka.
Saat waktu buka puasa telah tiba, dianjurkan langsung membatalkan puasa. Segera berbuka. Begitu mendengar adzan Maghrib bacalah bismillah. Minum air dan makan 3, 5, atau 7 kurma dianjurkan dalam jumlah ganjil.
Setelah itu ucapkan doa: Dzahabazh-zhomaa’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaallah. Artinya, rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insyaallah. (HR Abu Daud no 2357, Ad Daruquthni no 2/401).
b. Setelah makan kurma, stop makan apapun.
Lambung yang ber-istirahat selama ± 11 jam, butuh masa transisi untuk aktif mencerna kembali. Kurma, tergolong makanan yang susunannya monosakarida, senyawa karbohidrat dalam bentuk gula yang paling sederhana. Gugus fungsi yang menyusun monosakarida adalah satu unit aldehid atau keton. Ibaratnya kurma sebagai makanan pembuka, sampai lambung siap menerima makanan lain yang susunannya lebih kompleks (polisakarida), semacam ote-ote, lemper, pisang goreng, dan sejenisnya. Beberapa teori mengatakan, butuh waktu 30-45 menit.
c. Segera shalat Maghrib.
Masa transisi 30 menit, jika dikaitkan dengan shalat Maghrib berjamaah, serasa klop. Jarak antara adzan hingga shalat sunah bakdiyah Maghrib berkisar 30 menit.
d. Konsumsi karbohidrat dan protein.
Setelah 30-45 menit, silakan konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, seperti gandum, kentang dan beras merah, maka sumber energi lebih stabil dan mendapatkan efek secara berkelanjutan. Makanan yang mengandung protein dibutuhkan oleh tubuh untuk membangun massa otot dan mempertahankannya. Daging sapi, ikan, ayam, serta telur dapat menjadi pilihan sebagai sumber protein yang baik.
e. Jangan Berlebihan dan Jangan Terburu-buru saat Makan.
Makan berlebihan dan terburu-buru saat berbuka puasa menyebabkan masalah pada sistem pencernaan karena menyebabkan kadar asam lambung meningkat dan terjadi proses fermentasi karena ada makanan yang tidak dicerna dengan baik. Hasil akhir dari proses itu adalah asam dan gas yang akan mengiritasi (menggores) mukosa lambung.
Demikianlah tips sehat Ramadhan agar puasa kita punya manfaat kesehatan. Wallahu a’lam bishshowab.
Editor Sugeng Purwanto