PWMU.CO – Trik Hadapi Pertanyaan Basa-basi agar Tak Berujung Baper di Hati. Ada ragam respon unik selama wawancara “13 Pertanyaan Basa-basi yang Bikin Baper Situasi Silaturahmi“, Sabtu (15/5/21). Respon ini muncul dari proses wawancara singkat bersama 19 pria dan wanita berusia 12-55 tahun.
Ada yang berakhir dengan tertawa prihatin berjamaah, di mana saya selalu jadi ‘makmum’-nya. Kami heran menghadapi kenyataan, masih ada saja ungkapan demikian di zaman yang konon katanya tumbuh peradaban manusia berkemajuan.
Bukan Basa-basi Biasa
Ada yang berujung menangis haru bersama, sebab dari basa-basinya berujung bisa membantu meringankan beban ‘si korban sasaran basa-basi’. Di sini, basa-basi menjadi pintu masuk ke pembicaraan yang lebih serius, syukurlah.
“Jika (bertemu) di jalan atau tempat umum, mungkin sekilas basa-basi. Jika duduk agak lama, sudah mengarah serius menanyakan kabar tentang apapun, bahkan sebagai tema obrolan. Saya nggak nyaman jika tidak tahu kabar yang saya ajak ngobrol,” ungkap Indah, nama samaran seorang guru.
Jika teman, lanjutnya, maka saya memperlakukan sebagai teman; jika murid maka selalu ada kalimat-kalimat nasihat. “Ujung-ujungnya curhat yang tidak tersampaikan, tapi solusi sudah dia rasakan. Walau tidak bertanya, jawaban sudah di depan mata, mengalir saja ngobrolnya,” kata dia.
Jurus Hadapi Basa-basi Baperin Hati
Banyak pula yang mampu membagikan kisahnya dengan tanpa muatan baper sama sekali. Mereka sudah tahu cara ampuh menghadapi serangan ungkapan itu (jika ada lagi yang melontarkan serangan serupa).
“Jurus jawabnya cuma satu: berikan senyum terbaik, sangat baik, dengan durasi lebih lama. Tanpa perlu jawaban atau pembelaan sepatah kata pun,” tuturnya yang berbangga Lebaran tahun ini tidak ada yang “menyerangnya” lagi. Terbukti ampuh.
Selanjutnya, dia yakin, tidak perlu membela diri saat menghadapi komentar kejam orang lain, sebab orang lain juga tidak perlu jawaban pembelaannya
Kalau kata Albert Einstein, “Orang cerdas mengabaikan.” Jadi tidak perlu membuang energi untuk hal kurang penting. Senyum, maafkan, dan abaikan; Insyallah naik level!
Menurut Raihani, nama samaran, yang mengaku sangat sulit baperan, cara menghadap pertanyaan basa-basi yaitu membangun mindset khusus. “Kalau ada orang yang berkata kurang sedap didengar telinga, maka saya menganggap dia belum bisa berkomunikasi dengan baik dan saya berusaha memaklumi,” ujarnya sambil tersenyum.
Baper Berjamaah
Nah, seringnya, proses wawancara ditutup dengan baper (bawa perasaan) berjamaah. Saya terbawa arus empati menyimak alasan-alasan di balik kebaperan mereka menghadapi pertanyaan yang dianggap sekadar basa-basi (bahkan candaan) oleh sebagian masyarakat.
Menyampaikannya sih kadang sambil tertawa, tapi untuk si korban… Merespon nyengir saja butuh usaha! (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post