PWMU.CO – Sekolah Unggul Ciptakan Enam Hal Ini. Drs Muhammad Musaini menerangkaannya ketika melakukan Pembinaan Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik yang diselenggarakan Divisi Pengembangan, Peningkatan Mutu, dan Pengawas Pendidikan Majelis Dikdasmen PCM GKB, Rabu (9/6/21) siang.
Musa menyatakan, sejak awal membangun Berlian School, sudah menggagasnya sebagai sekolah unggul. “Kita menekankan sekolah unggul itu selamanya akan terjadi,” ucapnya pada pembinaan bertema Strategi dan Arah Pengembangan Sekolah Unggul itu.
Hanya saja, kalau Berlian School mau bertahan jadi sekolah unggul, menurutnya perlu tetap mengupayakan banyak hal. Salah satunya berawal dari menyamakan persepsi terhadap sekolah yang unggul.
“Kalau kita sudah meletakkan sekolah kita sebagai sekolah unggulan, maka seluruh guru karyawan—elemen penyelenggara sekolah—harus punya persepsi yang sama dalam segala hal,” tegasnya.
Efektif di Segala Aspek
Musa menerangkan, sekolah unggulan sama dengan sekolah efektif. Rumusan keunggulannya bisa meliputi segala aspek; di ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB itu mengimbau agar Berlian School alias SD Muhammadiyah 2 GKB mengembangkan keunggulan di ranah afektif. “Setelah mengajari wudhu, guru perlu melihat implementasinya, bagaimana anak melakukannya sendiri,” jelasnya.
Dia juga menyebutkan terjemahan keunggulan lainnya yang bisa Berlian School wujudkan sebagai sekolah Muhammadiyah yang Islami. Misal, dengan gurunya santun-santun, siswanya punya adab yang Islami, dan lingkungan sekolahnya kondusif.
Musa menekankan pada ketepatan waktu masuk sekolah. “Kalau anak-anak harus masuk jam 6.30, ya tepat waktu itu masuknya,” tuturnya.
Lantas dia bertanya, “Gurunya 6.30 juga masuknya? Tidak bagus jika murid dan guru masuk di waktu yang sama.” Sebab, dengan guru masuk lebih dulu, maka memberi peluang adanya perhatian kepada anak-anak yang datang sebelum jam masuk sekolah.
Melayani dengan efektif, menurutnya juga dimulai sejak sebelum jam masuk sekolah. Misal, dengan memberikan pelayanan khusus kepada siswa yang datang lebih awal. “Kemarin dapat PR apa? Kalau kamu masih belum bisa, mari kita pecahkan bersama-sama,” ucapnya memeragakan guru.
Cara ini menurutnya bisa menjadi magnet wali siswa memotivasi anaknya datang ke sekolah tepat waktu, bahkan lebih pagi. “Anggapan orang tua ‘Oh, jam 6.30 sudah masuk?’ Akhirnya mereka berbondong-bondong datang lebih awal,” jelasnya.
Terobosan Layanan ke Siswa
Belajar dari pengalaman kunjungannya ke salah satu SMP di Solo, Musa menerangkan rahasia agar menjadi sekolah unggul. Yaitu perlu berani melakukan terobosan-terobosan inovatif dan kreatif untuk diberikan ke siswa.
Maka, dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada orangtua dan siswa, dia mengharuskan guru dan karyawan Berlian School all out melakukan terobosan baru. “Itulah bagian kreativitas dan inovasi kita membentuk sekolah unggul,” ujar anggota Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik bidang Kurikulum itu.
Pria kelahiran Gresik itu menyimpulkan, sekolah unggul adalah sekolah yang mampu memberikan layanan kepada siswa dengan kualitas mutu yang terjamin baik, efisien, mengena, tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat pengetahuan.
Enam Dampak Sekolah Unggul
“Sekolah unggulan mampu menciptakan apa?” Pertanyaan retoris itu Musa lontarkan kepada 51 guru dan karyawan Berlian School yang hadir secara virtual melalui Zoom Cloud Meeting.
Dari 11 hal yang ia baca, ia rangkum menjadi 6 dampak utama dari sekolah unggul. Berikut pemaparannya:
Layani Berbagai Bakat dan Minat
Pertama, memberikan layanan optimal kepada seluruh siswa dengan berbagai perbedaan bakat, minat, dan kebutuhan belajar.
Misal, ketika tahu siswa minat dan berbakat di bidang musik, maka musik itulah yang dikembangkan dan diperdalam menjadi keunggulannya. Tapi bukan berarti meninggalkan pelajaran yang memang menjadi tuntutan, seperti Matematika.
“Cari pelatih yang menginspirasi anak-anak, sehingga dia merasa ketika sekolah di sini bakatnya juga dikembangkan,” imbaunya.
Tingkatkan Kapabilitas Siswa
Kedua, meningkatkan secara signifikan kapabilitas siswa menjadi aktualisasi diri yang memberikan kebanggaan. Sebagai contoh, memberikan ‘panggung’ kepada anak yang memiliki keterampilan khusus sebagai pembawa acara.
Bahkan, hal ini bisa diimplementasikan dalam kegiatan sinergi. Misal, ketika ada kegiatan di SD Mugeb (SD Muhammadiyah 1 GKB) atau Spemdalas (SMP Muhammadiyah 12 GKB), maka siswa Berlian School tersebut bisa ‘mendapat panggung’ juga di sana.
Bangun Karakter Kuat
Ketiga, membangun karakter kepribadian yang kuat pada siswa. Dengan menanamkan karakter yang kuat, Musa membuktikan siswa konsisten mempertahankannya saat di jenjang sekolah lanjutan. “Kalau ‘ya’ ya dilakukan, kalau ‘tidak’ (sesuai prinsipnya) ya tidak dilakukan,” tegasnya.
Dia yakin, sambungnya, karakter yang kuat ini bisa bertahan kalau dari kelas I-VI guru mendoktrin siswa dengan agama yang kuat.
Berdayakan SDM Optimal dan Efektif
Keempat, memberdayakan sumber daya yang ada secara optimal dan efektif. “Optimal berarti segalanya kita maksimalkan untuk kegiatan pendukung. Sedangkan, efektif berarti segala yang kita rencanakan bersama menjadi tujuan bersama,” jelas Musa.
Sesuai kebijakan majelis, pemberlakuan jam pelajaran yang diampu tidak terikat sebatas 24 atau 30 jam pelajaran saja. Dengan begitu, harapannya, semua guru merasakan ruh kegiatan di sekolah, berbeda dengan di sekolah lainnya. “Kalau di sekolah lain ada jam kosong,” terang bapak tiga anak itu.
Kembangkan Networking
Kelima, mengembangkan networking yang luas kepada stakeholder. “Ini sudah kita kembangkan, punya networking dengan sekolah-sekolah Muhammadiyah, atau sekolah binaan,” ujarnya.
Bahkan, sambungnya, tidak hanya di internal sekolah Muhammadiyah, tapi juga sekolah lain baik di dalam dan di luar negeri. “Networking tidak hanya membuat MoU, dengan berkunjung ke sekolah mencari keunggulan juga networking,” jelasnya.
Musa menekankan, kegiatan sister school juga bisa dilakukan, bukan sebagai gaya-gayaan, tapi memang mewujudkan tuntutan di situasi sekarang
Maka, membekali dengan bahasa pengantar memang perlu dilakukan. Yang lebih penting menurut Musa adalah melakukan aksi sebagai tindak lanjut dari membangun MoU itu. Sebab inilah menurutnya bisa mendongkrak menjadi sekolah unggul.
Responsif pada Perubahan
Keenam, responsif terhadap perubahan. Kini, mengutip perkataan Ketua Majelis Dikdasmen PCM GKB Nanang Sutedja SE MM, Musa mengingatkan agar peka terhadap perubahan situasi. Termasuk hal-hal menyangkut pandemi.
Misal, ketika sudah merencanakan melakukan pembelajaran tatap muka, tapi jika Dinas Pendidikan melarangnya, maka Musa menyarankan agar sekolah taat, menyesuaikan rencananya. “Memang harus kita ikuti,” tuturnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni