PWMU.CO – Pak Kadar-Bu Uswah Wafat dalam Sepekan, In Detik-Detik Terakhirnya. Hal itu mengemuka dalam Takjiah Virtual dan Dzikrul Maut Mengenang Uswatun Hasanah.
Acara yang digelar oleh Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur dengan Zoom Cloud Meeting, Selasa (6/7/2021), itu untuk mengenang Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik Dra Uswatun Hasanah, atau yang akrab disapa Bu Uswah, yang meninggal dunia pada Senin (5/7/2021) pagi.
Sebelumnya, sang suami tercinta: Kadar Raharto, juga wafat pada hari Rabu (30/6/2021) pukul 14.45 WIB. Keduanya— yang merupakan Guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik itu—sempat dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik (RSMG).
Dalam takziah virtual itu beberapa nara sumber ikut memberikan terstimoni, termasuk dari kelauga almarhumah. Pada sesi sambutan keluarga Zukhrotun Nisa’—kakak kandung Uswatun Hasanah—atas nama keluarga menyampaikan permohonan maaf yang tulus bila ada kesalahan dan kekhilafan dari almarhumah.
Bu Nisa’, demikian panggilan akrabnya, juga mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh rekan perjuangan yang selalu men-support adiknya dalam berjuang di Aisyiyah.
“Semoga amal ibadah adik saya diterima oleh Allah SWT.” ucapnya.
Mama Belum Tahu Ayah Wafat
Nadya Rufaidah Hartland (29), anak pertama Bu Uswah, yang juga diberi kesempaan berbicara menyampaikan permohonan maaf apabila ada kesalahan dan kekhilafan mamanya.
“Ini memang cobaan bagi saya dan Najma (adik). Tapi saya akhirnya menyadari bahwa ini adalah yang terbaik dari Allah SWT, karena Mama tanpa Bapak tidak bisa. Begitu juga Bapak tanpa Mama juga tidak bisa hidup bahagia,” ucapnya.
Namun yang menyedihkan, lanjutnya, Mama sampai meninggal tidak tahu kalau bapak sudah meninggal terlebih dahulu. “Semoga bapak dan mama husnul khatimah dan dipertemukan oleh Allah SWT di surga dengan bahagia,” doanya.
Najmah Roseola Hartland (22), anak kedua juga menyampaikan pernyataan. “Kami menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada seluruh kolega dan teman-teman mama di Aisyiyah apabila Mama ada kesalahan atau menyinggung Bapak-ibu semua. karena Mama itu orangnya strength, tegas. Jadi sekali lagi mohon maaf bila Mama ada salah,” ucapnya.
Jema, begitu panggilan akrabnya yang sedang magang selama dua bulan di salah satu perusahaan di Jakarta menceritakan bagaimana mendampingi kedua orangtuanya sampai akhir hayatnya.
“Saat Bapak dan Mama dibawa ke RSMG, saya posisi masih di Jakarta. Bapak meminta saya untuk pulang. ‘Nak, kamu pulango!‘. Saya agak dongkol, disuruh pulang, karena saya magang seharusnya tiga bulan, dan sekarang di suruh pulang,” dia mengisahkan.
“Saat bercakap dengan Mama melalui HP, Mama hanya bilang, ‘Maafkan Bapak, maafkan Bapak!’,” ceritanya.
Dan, sambungnya, setelah mendengar kabar dari Om Ubaid (Hasan Ubaidillah adik Bu Uswah), Bapak positif setelah menjalani swab antigen, dan Mama juga sakit, saya disuruh Om Ubaid segera pulang.
“Mama sakit hanya tidur di atas dipan (kasur). Makan juga tidak mau, mual dan muntah. Saya langsung bel RSMG, mohon bantuan untuk segera jemput Mama dan Mapak di rumah,” ungkap Jema.
Menunggu Sendiri Mamanya
Dia menjelaskan, saat perjalanan pulang selama sekitar 10 jam di kereta api, dia tidak berhenti menangis, memikirkan kedua orangtuanya.
“Setelah sampai di Gresik, saya pulang ke rumah dulu bersih-bersih rumah dan mandi kemudian langsung ke RSMG. Sampai di rumah sakit Bapak sudah dalam perawatan di ICU,” kisahnya.
Jema lalu mendengar kabar kalau mamanya juga positif Covid-19. “Saat ditanya oleh perawat, ‘Siapa yang merawat Mama atau diserahkan ke perawat RS’, saya langsung bilang, ‘Saya yang akan mendampingi Mama’. Saat itu Mama masih dirawat diruang isolasi biasa,” ungkap dia.
“Ucapan mama saat melihat saya, ‘Lho Jema, Jema, Mama kok ngerepotin orang-orang ya?’,” tambahnya.
Jema menjelaskan, sebenarnya dia disuruh merahasiakan ke mamanya soal status positif Covid-19 itu. “Tapi saya tidak bisa kalau tidak jujur sama Mama. Jadi saya menyampaikan, ‘Ma, maaf Mama hasil swabnya positif. Gk papa ya Ma tenang, nanti sama Jema, Jema di samping Mama terus. Jema janji akan merawat Mama.’,” ungkapnya.
Selama di ICU, dia mengisahkan, saya yang menuntun Mama shalat. “Semula Mama dibantu alat pernafasan 100 persen sampai berangsur membaik menjadi 65 persen 35 persen dari Mama sendiri. Mama inginnya ngomong tapi tidak bisa karena ada alat di mulutnya jadi hanya umik-umik (bsik-bisik),” cerita dia.
“Saya mencoba berkomunikasi dengan Mama dengan hati. Tangan kanan saya, saya letakkan di dada Mama. Tangan kiri saya letakkan di dada saya. Mama bilang capek, sakit, saya berucap sabar-sabar sambil terus berdzikir,” ungkap dia.
“Hari Ahad (4/7/2021), Mama yang tidak tahu kalau Bapak sudah pergi, tangannya menunjuk-nunjuk kamar sebelah yang dikira ada Bapak di situ. Saya bilang, ‘Iya sudah, Bapak sudah baikan sekarang. Sudah sembuh di tempat yang enak nyaman’,” lanjutnya.
“Pada sekitar pukul 23.30, Mama saturasinya terus menurun. Senin sekitar pukul 03.00 dini hari, saya pegang tangan Mama. Mama memeluk saya seakan bicara pada saya: ‘Gak kuat-gak kuat’. Saya baru kali ini mendampingi seseorang yang mau sakaratul maut, sungguh luar biasa-luar biasa. Saya tidak tega sama sekali,” dia menceritakan.
“Saya disuruh menalkin oleh para perawat. Sambil saya berucap, ‘Mama tidak papa Ma, Mama-Bapak semua milik Allah. Ambil-ambil saja ya Allah, kasihi Mama ya Allah,” ucapnya
Sekitar pukul lima pagi, mamanya berpulang ke Rahmatullah. “Yang saya ucapkan saat itu, ‘Alhamdulillah. Mama mukanya cantik sekali seperti menahan senyum. Innalilahi wainna ilaihi rajiun. Insyaallah husnul khatimah,” tutur Jema
Menyimak kisah dua anak Bu Uswah itu, ruang chat Zoom di takjiah virtual penuh dengan ucapan duka. Tapi juga ada kebahagiaan.
“Bahagia karena melihat bukti bahwa kedua orangtuanya telah berhasil mendidik kedua putrinya menjadi anak shalehah. Berani, punya keimanan yang kuat, ikhlas melepaskan kepergian kedua orangtuanya,” ucap Asmawati, Sekretaris Majelis Tabligh PWA Jatim, moderator acara ini.
“Tentunya menjadi hikmah bagi kita semua di balik musibah kematian saudara kita ini, kematian adalah nasihat tanpa kata. Mengingatkan kembali bahwa kita juga akan mati,” ujarnya sambil menyampaikan terima kasih kepada keluarga besar Bu Uswah yang sudah hadir dalam acara virtual ini.
Pak Kadar-Bu Uswah wafat meninggalkan dua anak, satu menantu, dan satu cucu. Anak pertama Nadhya Rufaidah Hartland (29), lulusan Psikologi UMM sudah menikah dengan Rizky Anugrah Partama dan mempunyai anak Khayra Shaqueena Mahreen. Anak kedua Najmah Roseola Hartland (22) sedang mengerjakn skripsi di Ilmu Komunkasi UMM. (*)
Penulis Lilik Isnawati Editor Mohammad Nurfatoni