PWMU.CO— Takziah Virtual Bu Uswah: Ikhlas Menerima Takdir Kematian. Hal ini disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Dra Siti Dalilah Candrawati MAg saat acara Takziah Virtual Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik swatun Hasanah, Selasa (6/7/21).
Bu Dalilah—panggilan akrabnya—menyampaikan bela sungkawa atas wafatnya Uswatun Hasanah dan suaminya Kadar Raharto, di depan peserta yang terdiri dari anggota PWA Jawa Timur, anggota PDA Gresik, anggota Pimpinan Cabang Aisyiyah dan Ranting se-Kabupaten Gresik, serta perwakilan keluarga.
Pada kesempatan itu juga Bu Dalilah menyampaikan duka atas wafatnya Joko Purnomo suami Sri Hartini, anggota Majelis Kesehatan PWA Jatim. Juga kepada seluruh keluarga besar persyarikatan yang wafat yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Dia menyampaikan, pada Juni-Juli ini banyak berita duka dari saudara-saudara tercinta, teman seperjuangan, keluarga, para tokoh, dokter, dan masih banyak lagi.
Dengan menyitir surat al-Araf ayat 34, “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak bisa meminta penundaan atau percepatan sesaat pun”, Bu Dalilah menegaskan takdir itu tidak bisa ditunda. Itu menggambarkan bahwa takdir Allah tidak bisa diminta untuk maju dan tidak bisa untuk mundur.
‘’Mudah-mudahan Allah akan mengganti dengan kader-kader yang lebih baik dan diampuni segala salah dan dosa-dosa mereka. Diterima semua amal-amalnya, mereka telah menjadi bagian dari syuhada yang dijanjikan Allah jannah bersama para Nabi dan bersama orang-orang yang membela kebenaran,’’ harapnya.
Bu Dalilah menambahkan, banyaknya berita duka itu membuat miris mendengarnya, walaupun itu takdir Allah. “Bahkan di antara teman-teman ada rasa takut membuka WhatsApp karena setiap membuka, selalu ada berita kesedihan baik itu berita sakit atau berita kematian,’’ jelasnya.
Menurutnya, hal Ini sangat berpengaruh pada kesiapan mental. “Namun demikian kita harus kembali kepada Allah, kalau sudah kehendak Allah manusia tidak bisa merubah, hanya ada satu kata yang kita sampaikan kepada keluarga yaitu, keikhlasan,’’ ungkapnya.
Pergi dengan Keikhlasan
Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini mengatakan saat musibah menimpa, keikhlasan itulah yang paling kita utamakan.
“Ikhlas, ikhlas, dan ikhlas. Ini jadi penting manakala keikhlasan yang kita berikan dan kita sampaikan kepada orang-orang yang pergi menghadap Allah, insyaallah mereka dengan perjalanan yang tenang dan sejuk,” tutur dia dengan menyitir al-Quran Surat al-Fajr ayat 28, yang artinya: “Kembalilah engkau kepada Allah Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai.”
Kepergian Bu Uswah—panggilan akrab almarhumah Uswaun Hasanah—sambungnya, yang tidak jauh dari wafatnya suaminya—membuat semua yang ditinggalkan bersedih, terlebih keluarganya.
“Karena kita tahu bagaimana Bu Uswah adalah penggerak persyarikatan di Kabupaten Gresik yang sangat andal dan luar biasa. Namun dengan keluarga tetap menjadi utama sebagai ibu dan istri yang sangat bertanggung jawab,” ungkapnya.
“Insyaallah, Bu Uswah dan Pak Kadar pergi dengan tenang. Mari kita doakan dan kita kenang kebaikan-kebaikannya melalui takziah virtual ini, insyaallah Pak Kadar dan Bu Uswah sudah bertemu di sana berada di surga, insyaallah,’’ tuturnya.
Tidak Ingin Jadi Penonton
Bu Dalilah menyampaikan kemampuan Bu Uswah tidak diragukan lagi sebagai penggerak Aisyiyah yang luar biasa, khususnya di Kabupaten Gresik. “Selalu menjadi penyemangat kepada siapapun baik di tingkat daerah, c sampai ke tingkat Ranting,” ujarnya.
Bahkan suatu saat ada acara namun kondisi kurang enak badan, namun semangatnya luar biasa, almarhumah tetap berangkat. “Saya harus berangkat, jika tidak, saya hanya akan jadi penonton,’’ kata Bu Dalilah menirukan.
“Namun saya tetap mengingatkan, bahwa kesehatan juga sangat penting, karena tubuh kita mempunyai hak untuk istirahat,” kisahnya.
Tetap Menatap Masa Depan
Bu Candra mengatakan, adalah sebuah kesedihan yang sangat luar biasa ditinggal sekaligus oleh kedua orang tua dalam waktu yang bersamaan. “Saya tidak bisa membayangkan bagaimana putri-putri almarhumah yang masih belia menghadapi cobaan yang begitu berat, namun mereka tetap tegar,” ujar wanita kelahiran Gresik ini.
Maka dia pun menyampaikan pesan kepada kedua putri almarhumah: Nadhya Rufaidah Hartland dan Najma Roseola Hartland untuk menjadi kader penerus ibunya di persyarikatan. “Tetaplah semangat menatap masa depan, Saya berdoa semoga kalian akan memiliki masa depan yang cerah,” pesannya
Saya yakin, lanjutnya, dia adalah anak-anak yang tegar dan kuat. Segala jerih payahnya dan tidak takut risiko saat mendampingi almarhumah di akhir hayatnya. “Semoga Allah memberi masa depan yang membahagiakan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga,” harapnya.
Di akhir sambutannya, Bu Dalilah menyampaikan terima kepada keluarga atas perjuangan almarhumah selama ini di persyarikatan.
“Kami semua ikhlas, dan Bu Uswah adalah orang baik, insyaallah tidak ada kesalahan. Semoga Bu Uswah dan Pak Kadar husnul khatimah, amin.” ucapnya. (*)
Penulis Musyrifah Editor Mohammad Nurfatoni