PWMU.CO – Tim Matching Fund UMG lolos pendanaan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) saat mengangkat Pembinaan Kewirausahaan WNI di Taiwan, Sabtu (10/7/21).
Tim Matching Fund Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta (Kedaireka) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) berhasil lolos setelah pelaksanaan finalisasi anggaran dengan tim reviewer.
Supra Wimbarti, reviewer dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan tim UMG yang mengajukan program kegiatan Workshop Online Peningkatan Kualitas Pengetahuan Kewirausahaan WNI di Taiwan mendapat tanggapan positif dari para reviewer yang berasal dari UGM dan Universitas Hasanudin.
“Program yang diajukan ini baru pertama kali dalam matching fund. Ini dapat menjadi step stone dan dapat dilakukan di tempat lain yakni Hongkong dan Timur Tengah yang lebih banyak pekerja Indonesia,’’ ujarnya.
Dia memaparkan program yang direncanakan selama lima bulan ini merupakan program pembinaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berada di Taiwan dengan kerja sama antara UMG dan Community Learning Center (CLC) Bhakti Jaya Indonesia (BJI) sebuah lembaga satuan pendidikan nonformal di Taiwan.
Beri Manfaat bagi Pekerja
Ketua CLC BJI, Bambang Nurfauzi menjelaskan dengan lolosnya program ini dapat memberikan manfaat bagi pekerja Indonesia yang ada di Taiwan. Apalagi saat ini ada sekitar 200 ribu PMI yang mengadu nasib di Taiwan.
“Mereka pada umumnya belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi wirausaha yang mandiri sepulang dari Taiwan. Padahal gaji mereka cukup tinggi untuk dapat dijadikan modal usaha,” jelasnya.
Dengan adanya program kegiatan ini, lanjutnya, maka diharapkan mereka dapat memanfaatkan penghasilannya pada bidang yang produktif.
Selama ini, sambungnya, pendapatanya digunakan untuk membeli barang elektronik berupa telepon genggam dan kamera yang hanya sebagai beban biaya, bukan sumber pendapatan.
“Pembinaan peningkatan kapasitas dan kapabilitas telah dilakukan melalui program pendidikan kesetaraan paket A hingga paket C dan program peningkatan ketrampilan lainnya. Namun dengan adanya pembinaan kewirausahaan, maka dapat memecahkan masalah setelah PMI kembali ke tanah air,” katanya.
Penting Saat Pandemi
Ketua Pengusul Program Matching Fund, Beni Dwi Komara mengatakan program ini sangat penting mengingat kondisi pandemi yang saat ini dihadapi.
“Karena ketidakpastian bisnis menjadi lebih nyata. Maka, para pekerja migran harus siap dengan berbagai skenario dan mitigasi risiko taktis untuk merespon perubahan dengan cepat,” ujarnya.
Hal ini, katanya, menjadi hal yang dapat dilakukan dengan melakukan kolaborasi antara dunia usaha dan akademisi dari pendidikan tinggi. Ini juga mendukung Program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka.
‘’Kegiatan ini bukan hanya dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pekerja migran, namun juga berdampak positif bagi mahasiswa,’’ tandas dosen Program Studi (Prodi) Kewirausahaan ini. (*)
Penulis Aries Kurniawan. Editor Ichwan Arif.