PWMU.CO – Kauman terjaga sebagai kampung religi sampai saat ini. Di mana nilai-nilai ajaran Islam ada dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut disampaikan Widyastuti SS MHum, Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah dalam Gerakan Subuh Mengaji yang digelar oleh Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Barat, Ahad (8/8/2021).
Dipandu Ketua Lembaga Kebudayaan PWA Jawa Barat Tuti Kusmiati, Widyastuti mengatakan, kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai tertentu, yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut.
“Maka, kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. Hal itu juga dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku,” tuturnya.
Widyastuti mengatakan, kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat, karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat pendukung.
“Dan munculnya tokoh, akan sangat mempengaruhi lingkungannya dalam pola pikir dan pola tindak. Karena nilai-nilai budaya yang telah terbangun kuat dalam tradisi lingkungannya akan memengaruhi perilaku siapapun yang hidup di dalamnya,” ungkap Widyastuti.
Kauman Kampung Keagamaan
Ketika menyinggung kampung Kauman Yogyakarta, Cicit Kyai Ahmad Dahlan tersebut mengatakan, dengan budaya yang sudah terbentuk lama, kampung Kauman memiliki pengaruh kuat dalam membentuk karakter manusia yang ada di dalamnya.
“Masyarakat Kauman sebagian besar memiliki tugas khusus untuk memelihara kemakmuran masjid. Dan mempunyai posisi sebagai abdi dalem Keraton yang bertugas memelihara dan memakmurkan masjid Gedhe,” kata Widyastuti.
Menurut Widyastuti, berdirinya kampung Kauman tidak lepas dari berdirinya Kota Yogyakarta pada 1756 dan dibangunnya Masjid Gedhe Kasultanan Yogyakarta pada Tahun 1773 Masehi.
“Dan jejak berdirinya Muhammadiyah pada Tahun 1912 Masehi di Kauman, masih sangat terlihat jelas di Langgar Kyai Ahmad Dahlan, nDalem Pengulon, Mushola Aisyiyah, Langgar Dhuwur, dan Langgar Ar-Rosyad,” paparnya.
Dijelaskannya, Kauman yang berasal dari kata kaum adalah sebuah kampung yang didirikan untuk mendukung fungsi keagamaan Kasultanan Yogyakarta dan keberlangsungan Masjid Gedhe sebagai masjid jami’ kerajaan serta mendukung fungsi keagamaan Kasultanan Yogyakarta (*)
Penulis Affan Safani Adham Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni