Opini oleh Uzlifah, aktivis Aisyiyah Kota Malang, Sekretaris The HQ Center, dan peserta ABI III 212
PWMU.CO [Media Muhammadiyah Jatim] – “Produk Sari Roti tersebut adalah produk yang dibeli oleh salah seorang Konsumen melalui salah satu Agen yang berlokasi di Jakarta. Pihak Pembeli meminta agar produk tersebut dapat diantarkan ke area pintu masuk Monas dan dipasangkan tulisan “gratis” tanpa pengetahuan dan perijinan dari pihak PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.
Demikian informasi ini kami sampaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman diberbagai pihak. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. berkomitmen untuk selalu menjaga Nasionalisme, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika, serta tidak terlibat dalam semua aktivitas kegiatan politik.”
(Baca: Inilah Alasan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Serukan Boikot Sari Roti)
Paragraf terakhir dari pernyataan PT. Nippon Indosari Corpindo tbk di atas yang viral di media sosial mengundang banyak persepsi dan reaksi masyarakat. Kalimat “agar tidak terjadi kesalah pahaman di berbagai pihak” sebagai pernyataan pertama memberikan persepsi bahwa Aksi Bela Islam (ABI) III 2 Desember 2106 adalah aktifitas negatif. Atau dalam ilmu komunikasi disebut negative propaganda.
(Baca juga: Inilah 3 Paragraf Pengumuman Resmi Sari Roti tentang Aksi 212 yang Picu Aksi Boikot)
Dengan kata lain pihak Sari Roti telah menjustifikasi kegiatan tersebut akan memberikan kesalahpahaman atau pemahaman yang salah yang seharusnya tidak dilakukan. Kalimat kedua yang berbunyi “berkomitmen untuk selalu menjaga Nasionalisme, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika, serta tidak terlibat dalam semua aktivitas kegiatan politik”, mengandung makna tuduhan bahwa agenda ABI III 212 itu antinasionalisme, tidak pro Bhineka Tunggal Ika, sekaligus memvonis bahwa itu kegiatan politik.
(Baca juga: Dok! SD Teladan Nasional Ini Resmi Hentikan Pasokan Produk Sari Roti)
Keberpihakan politik Sari Roti terpampang dengan jelas bahwa dia berposisi asimetris dengan umat Islam. Sikap Sari Roti tersebut, tentu tidak saja telah melanggar etika bisnis tapi juga telah menunjukkan pada publik akan keberpihakan para pemilik modal dalam konteks politik.
Memang, dunia bisnis secara global tidak bisa dilepaskan dengan politik. Walau demikian, sangatlah tidak pas apa yang dilakukan oleh Sari Roti terhadap konsumennya. Ucapan terima kasih dan sikap simpatik seharusnya dikedepankan. Tapi itu tidak dilakukan karena sudah terkontaminasi dengan politik, yang membuatnya berbeda pandangan terhadap ABI III 212, aksi yang fenomenal dengan hadirnya jutaan umat Islam.
(Baca juga: Sari Roti Hapus Pengumuman Resmi tentang Aksi 212 dari Situs Resminya)
Padahal umat Islam yang berbondong-bondong memenuhi setiap sudut Monumen Nasional dan sekitarnya adalah untuk meneguhkan sikap pembelaan pada Alquran dengan niat menggapai ridha Allah. Niatan yang kuat itu diwujudkannya sebagai sebuah jihad fi sabiliiah. Ketika seseorang berazam untuk jihad, maka tidak ada kompromi bahkan totalitas untuk tujuan tersebut, termasuk melakukan apapun guna bisa berperan pada agenda terpenting itu. Bersambung ke halaman 2 …