Gaya Jenaka Slengekan Pak AR oleh Nurbani Yusuf, Komunitas Padhang Makhsyar
PWMU.CO– Kenapa cara beragama kita mendadak kaku, formal, dan penuh dengan regulasi? Betapa susahnya mendapati ulama kita tertawa.
Dalam sebuah forum resmi Muhammadiyah, Buya Syafi’i Maarif pernah bertanya kepada Kiai Haji Abdul Razaq Fachruddin yang populer dengan timbalan Pak AR.
”Pak AR kenapa banyak merokok? “
Pak AR menjawab jenaka,”Tidak banyak. Saya merokok satu-satu.”
Dari sekian Ketua PP Muhammadiyah, Pak AR terbilang paling sederhana, gaya jenaka, dan banyak akal layaknya Abu Nawas. Dia menjadi ketua dengan periode terpanjang dengan banyak kreasi dan banyak amal usaha berdiri.
Pak AR adalah sosok model Muhammadiyah kultural. Dengan gaya Yogyakarta yang medhok. Pada periodenya Muhammadiyah berkembang pesat dan menjadi rujukan.
Pak AR dikenal sebagai piyantun zuhud dan wara’. Tak punya rumah sendiri. Rumah yang ditempati di Jl. Cik di Tiro 19A Yogya milik Persyarikatan. Sekarang rumah ini menjadi Kantor PP Muhammadiyah.
Mencari tambahan penghasilan dengan jualan bensin eceran di depan rumahnya. Saat mengaji di daerah-daerah, biasa tidur di masjid atau di rumah pimpinan Muhammadiyah setempat. Tak pernah milih tidur di hotel waktu ceramah di daerah.
Ulama sederhana ini pernah membuat Sri Paus Paulus Johanes II respek dan menaruh hati. Ihwalnya Pak AR menulis surat dengan bahasa kromo inggil tentang gerakan kristenisasi di Indonesia.
Mengenang Pak AR adalah mengenang soal kesederhanaan, kebajikan, dan kejenakaan seorang ulama yang lahir dan besar dari tradisi Yogya. Berdakwah tak banyak gaduh dan tidak merepotkan umat. Dengan hasil nyata yang luar biasa. Sosok teduh yang menentramkan.
Pak AR menjawab ’boleh’ ketika ditanya soal baca ushali sebelum shalat. ”Makan dulu sebelum shalat juga boleh. Kan ushali dibaca sebelum shalat,” jawabnya pendek. Ini contoh hal-hal yang berat bisa dijawab dengan jenaka.
Gaya Komunikasi
Prof Mitsuo Nakamura, peneliti senior Jepang punya pengalaman menarik saat pertama kali berkunjung ke kantor PP Muhammadiyah di Kauman Yogya. Nakamura terheran. Ketua ormas modern terbesar di Indonesia itu mengantarnya ke kantor dengan berboncengan sepeda motor Yamaha butut tahun 1970.
Tidak hanya itu. Pak AR juga dikenal sebagai seorang mubaligh yang ulung dan solutif. Tidak pernah menyinggung perasaan agama lain dengan cara yang kurang patut. Setiap ayat al-Quran disampaikan dengan hikmah. Dengan bahasa yang mudah dimengerti. Juga seorang yang rendah hati dan suka minta maaf.
Dijelaskan, ayat-ayat al-Quran memang benar, sebab berasal dari firman Allah. Tapi cara kita menyampaikan belum tentu benar. Karena itu selalu minta maaf bila cara-cara yang dilakukan keliru. Insyaallah ayat al-Quran tidak mungkin terhapus dengan permintaan maaf. Karena cara dakwah yang menyinggung.
Pak AR juga berkawan akrab dengan para pendeta, pastur, dan pemuka agama lainnya. Salah satunya dengan Romo Mangunwijaya, penggagas penataan kampung Kali Code. Di situ Pak AR menghambat kristenisasi di Kali Code dengan cara jenaka. Permen yang diberikan kepada anak-anak, Pak AR juga memberikan permen. Nyanyian yang diajarkan kepada Pak AR juga mengajarkan nyanyi.
Gus Dur pernah mengatakan, Pak AR pernah membuat ratusan warga NU menjadi Muhammadiyah dalam semalam karena kecendekiaan dan kejenakaan lewat shalat tarwih delapan rakaat.
Kader Muhammadiyah butuh sentuhan seni, tidak anti budaya, kata Ustadz Haedar Nashir, Ketua PP. Mungkin mulai merasakan ketegangan dan keseriusan dalam memahami cara kita beragama.
Ada baiknya kita dengarkan lagu Beethoven atau Mozart atau syair shalawat Nabi saw untuk menghilangkan penat setelah seharian serius mengurus umat. (*)
Editor Sugeng Purwanto