PWMU.CO – Yayasan Taawun Indonesia mengadakan dialog ketiga dengan mengundang pemateri Muhammad Riki Hidayat SKed, dokter muda dan aktivis sosial, Sabtu (28/8/2021).
Yayasan Taawun Indonesia merupakan gerakan kemanusiaan yang dikelola aktivis muda Muhammadiyah dengan memiliki tiga arah gerak yaitu keagamaan, sosial, dan pendidikan.
Dipandu oleh Yusran Nur Muwafiq (Yayasan Taawun Indonesia Wilayah Jawa Barat) acara dialog ketiga tersebut mengambil tema Taawun untuk Negeri: Kemerdekaan ialah Hak Segala Bangsa, Perspektif Sosial Kemanusiaan.
Pada dialog tersebut, Muhammad Riki Hidayat menyampaikan, masalah yang ada di Indonesia adalah masalah yang kompleks dan bukan merupakan masalah yang sederhana.
“Salah satu masalah yang kompleks adalah tingginya angka kemiskinan yang ada di Indonesia. Hal ini karena banyaknya faktor yang ada di dalam kehidupan kita. Contohnya, faktor ekonomi, faktor kesehatan, faktor sosial, faktor budaya, dan sebagainya yang bisa kita rasakan di sekitar kita,” ujarnya.
Dokter muda asal Bandung tersebut menanyakan, lantas bagaimanakah sikap kita sebagai aktivis muda menghadapi problematika ini?
Menurutnya, untuk bisa menyelesaikan problematika tersebut, tidak bisa dikerjakan dalam aspek satu bidang saja.
“Salah satunya cara untuk menyelesaikan problematika di masyarakat adalah dengan memberikan edukasi kepada mereka. Itulah salah satu contoh bahwa kita bisa memberikan kontribusi, walaupun sekecil apapun,” katanya.
Dia mengatakan, terkadang kita bisa melakukan segala sesuatu untuk membantu orang-orang di sekitar kita sesuai dengan kemampuan kita.
“Tapi sebenarnya lingkungan di sekitar kita itu pastinya tidak mungkin hanya ada satu masalah. Mungkin ada masalah lebih dari satu, dan dalam satu masalah itu tidak mungkin hanya satu orang yang menderita,” tuturnya.
Lakukan secara Berjamaah
Sehingga, menurutnya, poin penting dalam melakukan aktivitas sosial itu tidak bisa dilakukan sendiri. Tapi lebih baik dilakukan secara bersama-sama.
“Kalau kita melakukan aktivitas dengan banyak orang, maka akan memberikan dampak yang lebih besar di lingkungan masyarakat, begitu pula sebaliknya,” ucapnya.
Lantas bagaimana caranya agar kita bisa memberikan dampak bisa lebih besar?
“Kita harus terjun ke lapangan dan bertemu dengan masyarakat yang mempunyai visi yang sama dengan kita, untuk menyelesaikan permasalahan sekitar, problematika sekitar agar memberikan dampak yang lebih besar,” tandasnya.
Riki mengatakan, salah satu solusi untuk menyelesaikan problematika masyarakat adalah dengan membentuk komunitas yang bertujuan untuk memberikan dampak dan membantu menyelesaikan problematika di masyarakat. Contohnya terjun ke panti asuhan, anak yatim, dan sebagainya.
“Kita sebagai manusia mempunyai tahapan-tahapan untuk bisa membantu orang lain dan belum bisa membantu secara merata. Tetapi setidaknya apa yang kita berikan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. Dan kita bisa mengambil banyak hikmah mengenai apa yang telah kita lakukan tersebut, walaupun membantu hanya sedikit orang,” katanya.
Dia menuturkan, tantangan terbesar ketika terjun ke lapangan itu sebenarnya tidak ada. Semua bergantung pada niat dan diri di kita sendiri.
“Kalau kita sudah meniatkan untuk memberikan bantuan untuk orang lain dan membantu menyelesaikan problematika di lingkungan sekitar, maka ketika kita terjun ke lapangan akan terasa mudah,” tegasnya.
Maka menurutnya, membantu orang lain adalah kebutuhan diri kita sendiri, karena kita sebagai manusia datang di dunia ini tujuannya untuk beribadah dan untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
“Tapi jangan lupa bahwa manusia itu tidak luput dari dosa. Maka, cara yang harus kita lakukan untuk menghilangkan dosa-dosa tersebut adalah kita harus berada di lingkungan yang baik (sholeh) dan sering-sering membantu kebutuhan masyarakat-masyarakat,” ujarnya. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni