PWMU.CO — Dai Berperan Menjaga Kehidupan Damai Masyarakat Majemuk. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (Menko PMK) Prof Dr Muhadjir Effendy MAP menyampaikan hal itu dalam acara Peluncuran 1000 Dai Agen Perdamaian yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Sabtu (4/9/21).
Dia mengatakan, acara ini sangat mencerahkan. “Kegiatan yang cukup inovatif, adaptif sekaligus dalam upaya proaktif terhadap perubahan yang telah terjadi dan menjadi ranah dari dakwah amar makruf nahi mungkar Muhammadiyah, terutama dalam kontek dakwah yang berpesan perdamaian,’’ ujarnya.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh PWM Jatim melalui LDK ini tidak lepas dari visi dan misi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam amar makruf nahi mungkar. Yang mengedepankan kepada posisi Islam sebagai rahmatan lil alamin.
“Islam yang hadir tidak hanya sebagai cinta kasih untuk Islam namun bentuk kasih sayang kepada alam raya yang hidup di dunia ini apa pun agamanya, jenis etnisnya, serta jenis orientasi ideologinya dan lain sebagainya,’’ jelasnya.
Tentu saja, lanjutnya, ketika kita bicara tentang perdamaian artinya kita sedang menghadapi suasana konfliktual, karena yang kita upayakan terciptanya suasana perdamaian itu ada dua. “Yaitu mempertahankan suasana perdamaian yang sudah berlangsung dan memulihkan suatu keadaan dimana suatu tempat yang menjadi sasaran dakwah itu telah terjadi konflik,’’ jelasnya.
Dia menerangkan konflik yang terjadi bisa dari berbagai macam kemungkinan, bisa karena alasan etnis, ideologi, alasan keyakinan konflik sosial dan lain sebagainya. “Harapan saya materi yang akan diterima bisa dijadikan sebagai bekal yang baik dan memadai untuk terjun ke medan dalam rangka menciptkan perdamaian itu,’’ harapnya.
Menurut Muhajir, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi, maka medan dakwah termasuk dalam bidang perdamaian ini semakin komplek dan rumit. “Medannya semakin terjal, tentu saja banyak sekali piranti-piranti atau bekal yang diperlukan kalau memang betul-betul kita berniat untuk melakukan dakwah dalam visi perdamaian ini,’’ tegasnya.
Dai Harus Menguasai IT
Muhajir Effendi menjelaskan salah satu yang harus dikuasai oleh seorang dai attua mubaligh era sekarang adalah penguasaan dalam bidang information tecnology (IT). “Medan yang sekarang tidak kalah rumitnya sedang dihadapi para dai adalah medan virtual atau dunia maya,’’ ungkapnya.
Menurutnya, sekarang untuk berkonflik bukan lagi menghitung kekuatan-kekuatan yang bersifat fisikal tetapi justru kekuatan yang berbasis pengetahuan dań teknologi. “Terutama teknologi informasi, penguasaan terhadap IT dengan fenomena industri 4.0 dan semua itu harus dikuasai oleh dai-dai Muhammadiyah,’’ ujarnya.
Dia menegaskan, dai harus paham tentang virtual reality dan dapat mengoperasikan internet of thing, memproduksi konten-konten di media sosial dan media online. “Karena hal tersebut maka tentunya kita akan berhadapan dengan pihak-pihak yang kontra perdamaian, yaitu pihak-pihak yang berupaya ingin menciptakan koflik yang bisa menjurus pada kekerasan fisik, perlakuan yang simbolik, ujaran kebencian, pembunuhan karakter dan seterusnya,’’ jelasnya.
Menurutnya itulah hal-hal yang mendasar yang harus kita kuasai bagaimana cara untuk menjinakkan dan menaklukkan. “Dan ini tentu saja harus dimiliki oleh dai Muhammadiayah yang akan terjun pada perdamaian ini,’’ tegasnya.
Dai Harus Rendah Hati
Muhajir menyitir al-Quran surat al-Furqon ayat 63 yang artinya ‘’Hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang yang bodoh mengejek, mereka menjawab dengan salam.’’
Dari ayat tersebut dia menjelaskan seorang dai harus mempunyai sifat merunduk, rendah hati, tidak menyombongkan diri dalam sikap dan tindakan. “Apabila ada orang jahil dengan mencaci maki, dia harus menjawabnya dengan ucapan salamah, yaitu ucapan yang baik,’’ jelasnya.
“Kenyangi perut dulu baru berpikir, kenyangi dulu perutmu baru berdakwah. Jangan sampai berdakwah dalam keadaan lapar. Karena orang yang lapar isi dakwahnya akan penuh dengan kemarahan.”
Menurutnya, inilah akhlak yang diajarkan oleh al-Auran bagi para dai jika nanti di lapangan ditemui perlakuan-perlakuan jahil. Dia lalu mengutip al-Furqan ayat 64 yang artinya ‘’Dan mereka orang-orang yang menghabiskan waktu malam harinya dengan bersujud dan beribadah kepada Tuhan mereka.’’
Dari ayat ini Muhajir menjelaskan orang-orang yang menghabiskan waktu untuk shalat malam adalah termasuk mereka yang dikasihi Allah. ‘’Maka perlu dai Muhammadiyah secara istikamah melakukan ibadah di malam hari yaitu sholat malam,’’ tuturnya.
Menurutnya, shalat malam adalah tanda dekat dengan Allah, “Karena saat kita melakukan shalat malam, kita sedang berkunjung kepada Allah namun akan kembali. Tapo jika kematian itu kita datang kepada Allah namun tidak kembali,’’ tuturnya.
Dai Kuat Ekonominya
Muhajir kemudian menerangkan al-Furqan ayat 67 yang artinya, ‘’Dan mereka yang apabila membelanjakan harta, maka tidak berlebihan dan tidak pula kikir. Dan sesungguhnya pembelanjaan yang benar adalah yang di tengah-tengah antara yang demikian.’’
Dai perdamaian harus kuat ekonominya setidaknya untuk kebutuhan dirinya dan keluarganya. Bersyukur jika ada kelebihan kemudian diinfakkan dengan cara yang seimbang, tidak pelit dan tidak boros. “Maka dai Muhammadiyah harus mengurus atau memikirkan ekonominya terlebih dahulu, karena jika tidak, nanti akan membahayakan dirinya,’’ pesannya.
“Harapan saya dai Muhammadiyah harus menguasai berbagai macam bisnis. “Jadilah para dai Muhammadiyah yang memiliki usaha-usaha mandiri yang sekarang sudah berkembang agar bisa digunakan sebagai sumber kekuatan ekonomi dai Muhammadiyah itu sendiri,’’ harapnya.
Di akhir paparannya, dia menyampaikan pepatah Yunani, “Primum manducare, diende philosophari”. Artinya kenyangi perut dulu baru berpikir, kenyangi dulu perutmu baru berdakwah. “Jangan sampai berdakwah dalam keadaan lapar. Karena orang yang lapar isi dakwahnya akan penuh dengan kemarahan,’’ pesannya. (*)
Penulis Musyrifah Editor Mohammad Nurfatoni