Lamongan’s Ethic Spirit Muhammadiyah oleh Nurbani Yusuf, pengasuh Komunitas Padhang Makhsyar Kota Batu.
PWMU.CO– Max Weber menulis bagus dalam Die Protestantische Ethik und der Geist des Kapitalismus. Sampai pada sebuah tesisnya tentang puritanisme Protestan, cikal bakal lahirnya peradaban etos kerja kapitalisme Eropa modern. Karena kerja keras, produktif, dinamis, terbuka, hemat, kompetitif, suka memberi atau dermawan.
Prof Haedar Nashir pernah bertutur manis tentang Lamongan. ”Saya sampai ’bosan’ ke Lamongan. Bosan maksudnya bukan tidak mau bertemu dengan warga Muhammadiyah, tapi bosan karena setiap ke Lamongan, pasti meresmikan amal usaha.”
Lamongan’s Ethic mungkin ini kata yang tepat untuk mengilustrasikan ghirah dan etos kerja warga Muhammadiyah Lamongan yang menawan penuh semangat.
Muhammadiyah Lamongan sudah teruji prestasinya, bahkan sampai ke luar negeri, semisal Malaysia, kata Prof Haedar Nashir dalam Tabligh Akbar Milad ke-107 Muhammadiyah yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan di Alun-alun Kota Lamongan, Ahad (15/12/2020).
Bersyukur bisa berdiskusi dan ngopi. Dalam sebulan ada saja tiga hingga lima rombongan aktivis muda Persyarikatan dari Lamongan berkunjung ke Masjid Padhang Makhsyar Kota Batu. Membincang banyak hal tentang masa depan Persyarikatan di kalangan milenial. Sebuah kelaziman yang patut saya banggakan untuk membangun tradisi pergerakan di masa depan.
Rotasi pergerakannya begitu dinamis, mobil dan kepo. Satu hal yang amat saya suka dari anak-anak muda dengan keingintahuan yang berkualitas. Bukan menafikan di lain tempat: Hanya Lamongan memang sangat berbeda, khas banget.
Terinspirasi Max Weber, saya menyebutnya Lamongan’s Ethics sebuah cara pandang, cara berpikir, cara bergerak me-landing-kan pikiran maju Kiai Dahlan dalam satu kemasan. Pikiran maju Kiai Dahlan menjadi etos pergerakan pada sebagian besar warga Persyarikatan di Lamongan. Hal yang bagi saya sangat menarik dijadikan model bermuhammadiyah setelah Kota Gedhe.
Saya berpikir Lamongan adalah jantung pergerakan. Sebuah spirit yang terjaga dengan gerakan terukur. Saya menjumpai banyak pemisalan dan padanan beragam dengan berbagai corak dan paduan pemikiran modernitas dan purifikasi sekaligus.
Apa yang dicita-citakan Kiai Dahlan di awal berdiri ada di Lamongan. Ini bukti autentik bahwa keunggulan Muhammadiyah ada dan hidup sebagai etos pergerakan.
Semangat inilah yang harus tetap dijaga dan dirawat sebagaimana harapan Prof Haedar Nashir merawat keunggulan Muhammadiyah. Meski saya juga tak yakin semua aktivis pergerakan paham dan mengerti apa itu keunggulan Muhammadiyah. (*)
Editor Sugeng Purwanto