PWMU.CO – Juara Lomba Penelitian Belia (LPB) 2021 tingkat Provinsi Jawa Timur, dua siswa SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya membagikan tips.
Kepastian Dwi Rahma Kurniasari dan Jamilatus Syafiqoh menyabet juara I yang diumumkan melalui website cys.or.id, Selasa (12/11/21).
Dwi Rahma Kurniasari mengaku senang sekali dan sempat tidak menyangka. Siswa asal Jember ini mengatakan kolaborasi dengan rekannya ternyata mampu menghasilkan riset yang baik dan solutif. Tidak sekadar mengantarkan mereka menuju gelar juara.
“Padahal ini kolaborasi pertama kami, tapi kami bersyukur bahwa kami bisa kompak,” tegasnya siswa kelas XII MIPA 11 ini, Kamis (25/11/21).
Riset dengan Semaksimal
Jamilah, sapaan akrabnya, yang tidak lain adalah adik kelas Dwi, membocorkan rahasia bagaimana mereka bisa melakukan riset dengan semaksimal mungkin. Kuncinya adalah komunikasi, mental, dan komitmen.
“Pertama, saya bersama Mbak Dwi selalu komunikasi yang intens. Kita berkenalan satu sama lain, sebelum akhirnya membagi tugas. Kedua, mental nothing to lose,” jelas siswa kelas XI MIPA 4 ini.
Di mana, sambungnya, kami berpikir bahwa kami tidak berpikir menang atau kalah terlebih dahulu, tapi mendahulukan bagaimana menyajikan hasil riset yang terbaik.
Terkait dengan komitmen, Jamilah menambahkan dengan Dwi berusaha untuk menepati jadwal pekerjaan yang mereka sudah sepakati.
“Misalnya, kami menetapkan batas pengambilan data tanggal sekian, maka kami berdua bersama-sama berkomitmen mematuhi tanggal tersebut,” tambahnya.
Peka terhadap Isu
Hal senada juga disampaikan Dwi Rahma Kurniasari. Dia menambahkan dari tiga kunci yang disampaikan rekannya. Kunci keempat adalah kita harus punya kepekaan terhadap isu di sekitar kita
“Perlu diketahui Lomba Penelitian Belia ini diadakan atas kerjasama pemerintah dengan CYS. Dalam edisi kali ini, masalah yang diangkat adalah isu terkait efek pertumbuhan kota terhadap perubahan pola interaksi masyarakat,” ungkapnya.
Dia memaparkan metode yang digunakan adalah analisis korelasi dengan membandingkan apa yang terjadi di Surabaya dengan yang ada di Jember.
“Angka korelasinya adalah -0.9. Artinya sangat memiliki hubungan, namun arahnya terbalik. Artinya, semakin tumbuh suatu daerah, maka semakin renggang pula hubungan sosial masyarakatnya,” tambahnya.
Dwi Rahma Kurniasari dan Jamilah mendedikasikan prestasi yang telah diraih untuk pengalaman kita masing-masing.
“Kedua, kepada orangtua kami. Terakhir, untuk sekolah, khususnya untuk Pak Muhammad Zarkasi dan Bu Eka Haris Prastiwi selaku pelatih dan pembina ekskul KIR yang menjadi pembimbing kami dalam melakukan riset ini,” tandas Jamilah. (*)
Penulis Muhammad Zarkasi. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.