PWMU.CO– Teologi Al Insyirah mulai dikembangkan oleh Muhammadiyah untuk membangun sikap optimisme menyelesaikan berbagai masalah yang muncul.
Demikian disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti dalam resepsi milad Muhammadiyah ke 109 di Gedung PDM Kota Surabaya, Jumat (26/11/2021) malam.
”Biasanya yang berkembang Teologi al-Maun, sekarang Pak Ketua Haedar Nashir memperkenalkan teologi al Insyirah dari surat Alam Nasyrah,” kata Abdul Mu’ti dalam acara yang juga ditayangkan online lewat Zoom dan Youtube.
Di surat itu, sambung dia, ada ajaran penting yaitu fa innama’al usri yusron inna ma’al usri yusro. Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.
”Kita yakin kesulitan itu sangat terbatas. Kalau memakai pendekatan lughoh, pendekatan bahasa al-usr dalam bentuk isim makrifat itu artinya definite article, tertentu. Tapi yusro, kemudahan, bentuk nakirah, indefinite article, tak terbatas. Artinya kesulitan itu tidak banyak tapi jalan keluar mengatasi kesulitan luar biasa terbuka,” tandas dosen UIN Syarif Hidayatullah ini.
Menurut Abdul Mu’ti, di Muhammadiyah kreativitas menyelesaikan bermacam masalah pandemi luar biasa terbuka. Misalnya, ada dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto kuliah di Universitas Nottingham Inggris menjadi peneliti pengembangan vaksin Covid untuk mengatasi masalah internasional ini.
Dijelaskan, optimisme di tengah musibah itu menjadi pembeda hamba Allah muttaqin, hamba Allah mukminin dengan manusia kafirin. Ciri orang beriman itu tidak putus asa. Dia mengutip ujung surat Yusuf: 87
إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.
Dikatakan, Covid ini bagaimana keimanan diuji. Sebab ada orang yang merasa tak ada harapan lagi di masa pandemi lalu bunuh diri. ”Muhammadiyah tunjukkan punya stamina spiritual, stamina intelektual, dan menunjukkan posisi Muhammadiyah berada,” tuturnya.
Dia menyebutkan parameter iman, penguasaan ilmu, soliditas organisasi sangat penting. Muhammadiyah selama pandemi memiliki soliditas dan solidaritas yang luar biasa.
”Keadaan seperti ini bukanlah datang tiba-tiba. Kultur ini, tradisi pelayanan, keikhlasan ini yang mendorong Muhammadiyah memiliki energi, stamina,” tandasnya.
Kata Abdul Mu’ti, inilah gagasan teologi Al Insyirah, gagasan di balik kesulitan ada kemudahan. Muhammadiyah telah tampil menunjukkan bahwa Islam bukan hanya gerakan yang bersifat spiritual. Karena selama ini ada kritik gerakan keagamaan ketika ada musibah sekadar melaksanakan doa-doa, hanya spiritualitas tapi Muhammadiyah menunjukkan betapa gerakan Islam itu bukan hanya berdiri memberikan doa-doa tapi gerakan yang memberikan jawaban nyata dengan kekuatan ilmu, kekuatan ekonomi dan kekuatan jaringan yang luar biasa.
”Tanpa disadari kita telah menjawab kritik yang ditujukan kepada Islam dan organisasi kegamaan bahwa agama hadir bukan hanya memberikan ketenangan spiritual tapi juga harapan kita semua untuk bangkit,” tegasnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto