PWMU.CO– Republik Muhammadiyah ini jauh lebih bagus daripada republik-republik yang lain. Seloroh itu disampaikan Ketua PWM Jatim Dr M Saad Ibrahim MA ketika membuka The Awarding and Closing Ceremony of Muhammadiyah Education Awards 2021 Spesial Edition di Aula Mas Mansur Kantor PWM Jawa Timur, Sabtu (25/12/2021).
Saad Ibrahim mengatakan,”Hemat saya Republik Muhammadiyah ini jauh lebih bagus daripada republik-republik yang lain, maka saya minta penghargaan seperti ini mirip-mirip olimpiade, maka ada medali emas, medali perak, dan medali perunggu.”
Menurut dia, disiapkan logo Muhammadiyah ME Award itu yang terdiri dari emas, perak dan perunggu. Itu lebih abadi daripada selembar kertas seperti yang disampaikan kepada Prof Jaenuri itu.
”Mosok orang sudah berkhidmat selama 20 tahun lebih di Muhammadiyah, seorang profesor, sudah sangat pantas. Bahkan nilainya terlalu kecil,” ujar Saad setelah memberikan piagam penghargaan kepada Prof Dr Achmad Jaenuri MA, Wakil Ketua PWM Jawa Timur.
Saad Ibrahim berharap logo Muhammadiyah yang terdiri dari emas, perak dan perunggu bisa dicontoh oleh PWM-PWM yang lain. ”Kita selalu ingin jadi the first, walaupun tidak selalu menjadi the best,” tandasnya.
Dia mencontohkan sunnah hasanah itu dalam mengirimkan bantuan dampak erupsi Gunung Semeru di Lumajang. ”Seperti kemarin hanya beberapa hari saja kita bisa menghimpun Rp 5,5 miliar untuk mengatasi dampak dari erupsi Gunung Semeru itu. Maka Rp 500 juta juga kita kirimkan ke Indonesia bagian timur yang terdampak berbagai bencana,” tuturnya.
Cara Nabi Musa
Saad Ibrahim melanjutkan, seperti yang sering kita baca dalam ayat al-Quran, fastabiqul khairat, menjadi ayat-ayat terdepan dalam konteks Muhammadiyah.
Menurut dia, hal itu menghendaki kita agar selalu istibaaqul khairat, istibaaqa-yastabiqu-istibaaqan, istabiq-fastabiquu, hendaklah kalian berlomba-lomba untuk kebaikan-kebaikan. Bukan fastabiqul khair tetapi fastabiqul khairaat. Jadi harus banyak capaian-capaian kebaikan itu.
”Atas nama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada capaian-capaian yang telah ditorehkan dan perjuangan dengan berbagai susah payah, menggunakan puncak-puncak kesungguhan. Dan akhirnya memang terwujud. Sesuai dengan ungkapan man jadda wajadaa, insyaallah. Barangsiapa yang sungguh-sungguh maka orang tersebut akan mendapatkan, tentu dengan izin Allah,” tegasnya.
Dia mendapat info bahwa baru 6 persen sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ikut Muhammadiyah Education Award ini. Makanya yang berada pada posisi istibaqul khairaat dalam konteks tersebut hanya 6 persen. ”Ini harus menjadi perhatian,” ujarnya.
Di sisa waktu periode ini yang kurang satu tahun, dia minta perhatian khusus pada kawasan-kawasan yang sekolahnya banyak, tetapi mungkin tidak pernah mendapat penghargaan semacam ini, seperti Pacitan.
”Jadi kalau hari ini ada Prof Jaenuri yang dari Lamongan, hampir pasti yang dari Pacitan tidak ada di sini. Padahal Pacitanpun bisa menghasilkan presiden. SBY itu dari Pacitan. Karena itu saya minta Bu Arbaiyah (Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jatim) dan jajaran supaya total di Pacitan itu,” tandasnya.
Untuk menggerakkan sekolah Muhammadiyah supaya maju, Saad Ibrahim membuat perumpamaan cara Nabi Musa dan Nabi Isa.
Dia mengatakan, sekolah-sekolah di Pacitan pernah dibantu lewat gerakan filantropi. Ketika tidak gerak-gerak, padahal sudah diberikan fasilitas maka gunakan wajah Nabi Musa.
”Jika sekolah lain cukup dengan menggunakan wajah Nabi Isa sudah maju. Yang lain sudah diupayakan seperti itu ndak maju-maju, ya digunakan wajah Nabi Musa. Dalam kisah Nabi Musa itu ada dua orang bertengkar, wajahnya ditempeleng Nabi Musa, meninggal. Ya itu namanya Nabi Musa,” tandasnya disambut tawa hadirin.
”Jadi ini penting, sehingga kita membawa masyarakat Muhammadiyah ke depan, semakin ke depan dan lebih ke depan,” begitu maksud dia dengan sentilan gurauan Republik Muhammadiyah. (*)
Penulis Estu Rahayu Editor Sugeng Purwanto