PWMU.CO– Baitul Arqam PCM Lakarsantri Surabaya dibuka dengan kisah sejarah gerakan Muhammadiyah di wilayah Surabaya Barat ini.
Baitul Arqam PCM Lakarsantri diadakan di Aula MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan, Sabtu (8/1/2022). Kegiatan ini diikuti oleh anggota PCM, PRM, PCA, takmir masjid, guru MIM 28 dan TK ABA 59.
Ketua PCM Lakarsantri Siswanto dalam sambutan pembukaan menceritakan, namanya gerakan itu tidak boleh diam dan berhenti. Sebab kalau berhenti tidak bakal berdiri PCM Lakarsantri. ”Awalnya hanya ada PRM (Pimpinan Ranting Muhammadiyah) Lidah Kulon yang tahun 1980 dibentuk ikut PCM Karangpilang,” katanya. ”Saya mengajak jamaah Mushala al-Qohar membentuk Ranting Muhammadiyah.”
Dengan terbentuknya PRM Lidah Kulon, ujar dia, dakwah Muhammadiyah bergerak terus lewat pengajian di masyarakat. ”Sejak terbentuknya PRM itu nama Muhammadiyah mulai dikenal masyarakat Lidah dengan aktivitas pengajian dan shalat Jumat di Mushala al-Qohar,” kata Siswanto yang pernah ikut Kursus Mubaligh Muhammadiyah tahun 1980, 1982, dan 1983.
”Seiring Kecamatan Karangpilang dipecah menjadi Kecamatan Wiyung maka aktivis PCM Karangpilang yang tinggal di Wiyung ingin mendirikan PCM,” tuturnya.
Karena baru punya dua PRM yaitu Jajartunggal dan Wiyung, sambung dia, maka PRM Lidah Kulon diminta bergabung supaya PCM Wiyung bisa berdiri. Karena syarat pendirian PCM minimal tiga PRM. Tahun 1985 PCM Wiyung terbentuk. ”Kitapun akhirnya ikut PCM Wiyung. Saya menjadi wakil ketua PCM bidang tabligh di PCM Wiyung. Gerakan dakwah terus berjalan lewat pengajian,” ujarnya.
Nasib PRM Lidah Kulon, tutur Siswanto, bergerak terus setelah muncul kecamatan baru yaitu Sambikerep, pecahan dari Kecamatan Lakarsantri.
Orang-orang Sambikerep ingin mendirikan PCM sendiri. Saat itu statusnya PRM Sambikerep ikut PCM Karangpilang juga. Karena hanya punya dua PRM yang siap maka PRM Lidah Kulon diminta bergabung di PCM Sambikerep dengan lepas dari PCM Wiyung supaya memenuhi syarat menjadi tiga PRM yaitu Sambikerep, Candi Lontar, dan Lidah Kulon.
Tahun 2004 terbentuk PCM Sambikerep diketuai M. Sholeh. Siswanto ditempatkan sebagai wakil ketua bidang tabligh. ”Tugas saya menyusun jadwal khotib dan ceramah pengajian,” ujarnya.
Jaminkan Sertifikat Tanah
Waktu bergabung dengan Sambikerep ini mulai membangun TK ABA 59. Awalnya lokasi meminjam rumah saudaranya untuk kelas. Setelah tiga tahun terpikir membangun gedung sendiri. Tanah di sebelah rumah pinjaman itu dibeli dengan utang bank Rp 100 juta.
”Untuk pinjam bank itu jaminannya sertifikat rumah istri saya. Uangnya Rp 65 juta untuk beli tanah, sisanya hanya cukup bangun fondasi. Akhirnya dibentuk panitia pembangunan hingga berdiri gedung untuk TK,” ujarnya.
Di bercerita, utang itu dicicil Rp 4 juta per bulan selama empat tahun. ”Cicilan ditanggung dari para donatur. Tapi membuat hati ini ketar-ketir. Karena itu setelah lunas saya kapok utang bank lagi karena gak bisa tidur,” selorohnya yang disambut tawa hadirin.
Berikutnya bisa membangun lantai dua setelah dia omong-omong dengan mantan anggota DPRD Jatim Kuswiyanto yang mengusahakan dana hibah Pemprov Jatim sebesar Rp 150 juta. Ini juga berkat kerja sama dengan beberapa aktivis yang menyusun proposal dan mengurusnya hingga cair.
Delapan tahun bergabung dengan PCM Sambikerep, Siswanto diminta membentuk PCM sendiri. ”Saya diomongi Pak Sis ojo dadi kernet terus, dadio sopir Muhamamdiyah nang Lakarsantri,” ceritanya.
”Waktu itu saya mikir sopo ae wong Muhammadiyah nang Lakarsantri? Lalu ketemu Pak Matakup mengajak keliling kampung mencari orang Muhammadiyah ternyata ketemu juga di Lidah Wetan, Lakarsantri, Sumurwelut, Bangkingan,” tandasnya.
Maka berdirilah PCM Lakarsantri di rumah Siswanto Jl. Lidah Kulon 115 dengan terbitnya Surat Keputusan PDM Nomor 109/KEP/III.0/D/2012 tertanggal 15 April 2012 atau 23 Jumadil Awal 1433 H. Pelantikan di Masjid Al Qohar Jl. Lidah Kulon pada 15 Juni 2012 bertepatan 25 Rajab 1433 H.
Setelah berdiri PCM ternyata bisa membangun MI Muhammadiyah 28 dari tanah wakaf yang sudah lama diserahkan wakifnya tapi belum dibangun. ”Gedung MIM 28 ini sudah menghabiskan Rp 2 miliar tanpa utang bank. Uangnya dari urunan,” tuturnya.
Dia berpesan kepada peserta Baitul Arqam PCM, Muhammadiyah Lakarsantri harus terus bergerak supaya maju dan terus berkembang dengan kader-kader muda. Kalau berhenti pasti mati. (*)
Penulis Ichsan Mahyudin Editor Sugeng Purwanto