PWMU.CO – Begini Nabi Mencontohkan Aktualisasi Islam Agama Daamai. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr M Nurul Humaidi MAg.
Dia menyampaikannya saat menjadi pemateri pada Pengajian Ahad Pagi di Masjid Al-Manar Kompleks Perumahan Panji Permai Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo, Ahad (16/1/2022).
Menurut Nurul Humaidi Islam adalah agama yang maknanya pasrah. Yakni pasrah kepada Allah SWT. Pasrah itu pasti terjadi kalau orang yang memasrahkan diri itu tidak memiliki masalah dengan yang menjadi tempat pemasrahan.
“Maka ajaran yang pokok itu adalah pasrah (tidak punya masalah) sudah berdamai dengan Allah swt. Dan inti dari ajaran ini adalah berdamai. Itu kita ikrarkan terus menerus dalam bacaan tahiyyat kita yang mana di dalamnya ada makna damai,” ujarnya.
Di setiap tahiyyat kita membaca doa tahiyyat yang maknanya salam kepada Allah serta sholawat dan kata-kata yang baik juga untuk Allah.
“Lalu dilanjutkan dengan salam sejahtera atas engkau wahai Nabi dan keberkahan. Kemudian dilanjutkan salam bagi kita semua dan bagi hamba-hamba Allah yang kuat (shaleh),” ungkapnya.
Nilai Kedamaian Harus Dijaga
Assalam itu, lanjutnya, satu akar kata dengan al-islam. Assalam itu terdiri dari tiga huruf pokok sin, lam dan mim. Al-islam itu juga terdiri dari tiga huruf pokok sin, lam dan mim dengan tambahan huruf hamzah.
“Maka al-islam yang merupakan penyerahan diri dan assalam yang artinya damai. Maka bisa dikatakan dan disambungkan bahwa di dalam agama Islam itu ada makna dan nilai-nilai kedamaian yang harus kita jaga. Karena Islam itu sesungguhnya hadir untuk menebarkan salam dan kedamaian,” jelasnya.
Kalau kita merujuk pada ajaran pokok al-Quran, di situ ada tugas Nabi Muhammad dalam melibatkan kasih sayang. Jadi mengapa Nabi Muhammad memiliki karakter, watak, dan kepribadian yang lemah lembut itu karena menjadi tuntutan dan Allah menugaskan Nabi Muhammad untuk menebarkan kasih sayang.
“Dan tidaklah kami utus engkau wahai Muhammad kecuali untuk menjadi rahmatan lil alamin. Batu, tumbuh-tumbuhan dan hewan mempunyai hak untuk mendapatkan kasih sayang,” sitirnya.
Bahkan secara pribadi, sambungnya, rasulullah adalah sosok yang paling bisa dicontoh dalam menebarkan kasih sayang. Jangankan hanya berbeda fiqih, jangankan hanya berbeda cara untuk shalat, terkadang kita berbeda organisasi saja dianggap sebagai orang lain.
“Jangan terlalu gampang menyalahkan orang sebelum kita mencari dalil tentang orang tersebut melakukan itu. Kita tidak boleh terlalu cepat menghakimi orang lain,” pesannya.
Ketika beragama, menurutnya, kita tidak boleh menggunakan perasaan. Contohnya bagaimana jika seorang imam masjid berdiri di depan tanpa menggunakan peci. Pasti kita kurang srek karena kita masih beragama itu menggunakan perasaan.
“Peci ini hanya sebagai simbol saja karena pada zaman Babi tidak ada satu pun yang menggunakan peci. Kedua menggunakan sarung. Katakanlah kalau kita mau mengikuti Nabi Muhammad berarti kita harus menggunakan gamis,” terangnya.
Teladan Segala Aspek
Nurul Humaidi mengisahkan setiap Nabi berangkat ke masjid, ada seorang Yahudi yang memanggil Nabi. Lalu Nabi menolehkan wajahnya kemudian dia menjahili Nabi. Lalu melempari nabi dengan kotoran unta. Nama orang tersebut adalah Utbah bin Al-Walid yang diutus oleh Abu Lahab. Sampai beberapa hari sama yang dilakukan oleh Utbah tersebut kepada nabi Muhammad.
“Sampailah pada suatu hari nabi tidak menemukan dan melihat lagi Utbah bin Al-Walid itu melakukan tugasnya. Lalu Nabi bertanya kepada sahabat tentang keberadaan Utbah tersebut. Salah satu sahabat menyampaikan bahwasannya Utbah telah sakit,” kisahnya.
“Kemudian Nabi memutuskan untuk menjenguknya. Beliau datang ke rumahnya dan mengambil sesuatu yang bisa dibawa kerumahnya. Dikatakan juga dalam sebuah riwayat nabi juga berbelanja di pasar untuk diberikan kepada Utbah,” tambahnya.
Lalu nabi ke rumahnya dan ketika Utbah tahu nabi yang datang dia berkata, “Ada apa kau kemari?”
“Aku menjengukmu karena aku dengar kau sakit,” kata Nabi.
Lalu Utbah menjawab, “Engkau wahai Muhammad adalah orang pertama yang menjengukku selama aku sakit. Abu Lahab pun tidak datang kepadaku meskipun aku suruh dia setelah aku kirim kurir untuk menyampaikan surat kepadanya”.
Sosok yang Paling Dicintai
Pernah suatu hari Abu Bakar berbicara di depan Kabah kepada orang kafir Quraisy. Namun ketika itu Abu Bakar dipukuli dan diinjak-injak sampai tidak sadar.
“Lalu Abu Bakar dibawa ke rumahnya. Ketika menjelang malam hari Abu Bakar mulai sanggup berbicara dan bisa membuka kedua kelopak matanya. Abu Bakar menanyakan keadaan Rasulullah saw. Dia sama sekali tidak memperhatiakan penderitaan dirinya, yang diingat hanyalah rasulullah,” kisahnya.
Juga ada riwayat dalam pertempuran Uhud. Ada seorang sahabat perempuan dari golongan Ansar. Dia diberi kabar bahwa ayahnya, suaminya, saudaranya dan anaknya semuanya syahid di medan Uhud. Ketika selesai mengucapkan innalillahi wa iina ilaihi rajiun, ia berkata bagaimana keadaan rasulullah.
“Ia diberitahu bahwa rasul dalam keadaan sehat wal afiat. Tetapi ia masih bersikukuh untuk melihat dan bertemu sendiri . Akhirnya ketia dia bertemu rasulullah ia berkata, ya Rasulullah semua musibah menjadi kecil bagiku setelah aku melihatmu,” paparnya.
“Apa yang menyebabkan rasulullah itu begitu dicintai, tidak lain karena sikap Rasulllah dengan mereka. Yakni sikap sehari-hari rasul dengan mereka yang menyenangkan, menentramkan dan mendamaikan. Jadi pastas rasulullah mendapatkan cinta yang begitu agung. Maka contohlah nabi dalam aktualisasi Islam agama damai,” imbuhnya. (*)
Penulis Pandu Anom Nayaka. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.