Kisah Sukses Santri Karangasem Juara Pidato Bahasa Inggris di IAINU Tuban, laporan Zulfatus Salima, kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Karangasem, Paciran, Lamongan, Shintya Iftitah Dzikrullah, berhasil membawa pulang gelar Juara III Lombag Pidato Bahasa Inggris yang diselenggrakan oleh Institut Agama Islam Nahdatul Ulama (IAINU) Tuban, November 2021 lalu. Dań rpengumuman pemenang disampaikan kamis (20/1/2022).
Lomba bahasa ini diikuti oleh siswa tingkat SMA, MA, SMK, dan santri ponpes secara online. Peserta merekam pidato bahasa Inggris melalui video. Shintya mengaku tidak merasa kesulitan dalam proses perekaman karena telah memiliki pengalaman sebelumnya dalam mengikuti lomba secara online.
“Untuk pengambilan gambar tidak merasa berat, karena sebelumnya sudah pernah shooting juga untuk lomba di sekolah,” ungkapnya, Jumat (21/1/22).
Hal Terberat
Menurut Shintya, hal yang berat adalah waktu mempersiapkannya yang terbilang minim. Mulai dari tata bahasa yang kurang tepat sehingga harus merombak ulang dari naskah yang sudah jadi, sampai cara pengucapan (prounounsation) naskah dalam bahasa Inggris. Hal tersebutlah yang sebenarnya membuatnya merasa pesimis mendapatkan juara.
“Persiapannya hanya dua hari. Padahal harus mengikuti pula ujian akhir semester (UAS). Jadi, fokusnya sudah terbagi banyak.” Jelas Shintya.
Shintya juga menjelaskan, ada hal yang harus ditempuh sebelum mendapatkan juara. Setelah masuk enam besar, ia diundang untuk mengikuti Zoom bersama para juri. Di situ dia diberikan pertanyaan terkait naskahnya dan dia harus menjelaskannya dengan menggunakan bahasa Inggris.
Shintya merasa senang setelah namanya disebutkan sebagai juara dalam pengumuman. Dia tidak menyangka akan mendapatkannya. Karema itu dia sangat bersykur. “Ini tidak lepas dari doa orangtua dan bimbingan dari banyak orang,” ujarnya.
Shintya yang sudah memasuki tahun terakhir di Ponpes Karangasem berpesan kepada adik tingkatnya untuk agar antusias dalam mengejar passion.
“Harus more the best dari aku, bahasanya harus lebih dikembangkan. Tidak cuma bahasa Inggris, bahasa apapun itu ditingkatkan,” pesannya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni