Hospitality, Islam Ajarkan 14 Abad Lalu oleh Ridwan Ma’ruf, Ketua Majelis Tabligh PDM Sidoarjo
Allah taala berfirman di surat Luqman:18
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Hikmatut tasyri’ kandungan makna ayat itu mengajarkan kepada kita tentang hospitality atau keramahtamahan, bersikap santun, terhadap lawan bicara kita.
Jadi 14 abad yang lalu al-Quran sudah berbicara tentang pentingnya hospitality. Karena sikap ramah tamah, bermuka manis dengan lawan bicara kita adalah suatu keharusan agar tersampaikannya misi dakwah. Bisa diterima oleh audiens atau mad’u.
Ibarat sebuah perusahaan untuk bisa diterima produknya oleh masyarakat, maka perusahaan tersebut membutuhkan tenaga sales yang memiliki performance ramah melayani calon pembeli.
Inilah yang disebut intangible asset. Aset berharga yang tidak bisa dihitung dengan uang. Misal, sikap ramah tamah, kejujuran, sopan santun, komitmen tinggi, loyalitas kepada kebaikan. Sifat-sifat tersebut tidak bisa dihitung dengan uang.
Karena itu Allah dalam ayat tersebut melarang hamba bersikap sombong. Sekaligus memerintahkan bersikap ramah terhadap siapapun.
Menurut Kitab Tafsir Ibnu Katsir halaman 208, dijelaskan, janganlah engkau palingkan wajahmu dari manusia saat engkau berbicara dengan mereka atau saat mereka berbicara denganmu karena menganggap remeh mereka atau karena kesombongan. Tetapi merendahlah. Bersikap tawadhu’. Berwajah manis kepada lawan bicaramu.
Allah membenci orang bersikap sombong karena itu sifat yang melekat pada diri Allah taala. Al Mutakabbir. Yang Mahasombong. Makhluk seperti manusia, jin, malaikat sekalipun tidak boleh sombong. Jika makhluk memiliki sifat sombong maka Allah taala marah terhadap makhluk tersebut. Karena orang tersebut telah menyerupakan atau menyamakan dirinya dengan sifat Allah.
Begitulah hebatnya kandungan ayat tersebut agar setiap diri kita mengambil pelajaran yang berharga dari sebuah hospitality yang harus dimiliki oleh setiap dai, muballigh, ustadz ustadzah, karyawan, pegawai, pimpinan, dan lainnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto