Penampilan Luar Biasa Tiga Guru dalam Praktik Pembelajaran Numerasi Inovasi, laporan kontributor PWMU.CO Mohammad Nurfatoni dan Musyrifah.
PWMU.CO – Empat belas siswa berseragam warna biru duduk rapi dalam tiga kelompok. Baju warna biru langit yang dipadu bawahan warna biru gelap tampak serasi dengan jilbab atau topi dan masker yang juga bernuansa biru.
Seragam yang mereka pakai itu tampak kontras dengan pakaian sang guru yang saat itu sedang mengenakan baju batik berwarna kuning dengan setelan rok dan masker hitam.
Meski tampak kontras di warna, tetapi interaksi antara guru dengan siswa-siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 1 Gumeno, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, itu terlihat kompak.
“Assalamualaikum anak-anak,” sapa guru muda bernama Nur Azmi Arfiani Safitri itu menyapa murid-muridnya.
“Waalaikumsalam warahmatuhhai wabarakatuh,” jawab keempat belas siswa itu serempak.
Setelah mengajak berdoa dan menanyakan kabar atau aktivitas positif yang telah dikerjakan di pagi itu, Pipit, sapan akrab sang guru, mengabsen para siswanya.
Kemudian dia menginformasikan bahwa hari itu pelajarannya adalah “Tema 2 Subtema 2 Pembelajaran 1: Bermain di Lingkunganku, Bermain di Rumah Teman ”. Pipit lalu mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman siswa (praktik dengan peraga) tentang perkalian.
Kantong Ajaib
Awalnya, Pipit mengingatkan cara menuliskan konsep perkalian yang benar. Dia memberi contoh penulisan perkalian 4×2, yaitu: 2+2+2+2 = 8. Menurutnya perkalian 4×2 tidak sama dengan 2×4 (4+4), meski hasilnya sama-sama delapan.
Untuk membuktikan itu, dia membuat alat peraga yang dia sebut Media Pembelajaran Perkalian dan Pembagian Kantong Ajaib. Ada 14 botol plastik yang ujungnya sudah dipotong. Semuanya dia letakkan pada alat peraga bergambar kartun berpakaian aneka macam pakaian adat Nusantara. Selain itu dia siapkan pula puluhan sedotan plastik.
Pipit menjelaskan, angka depan (4) diibaratkan botol-botol tersebut. Sedangkan angka belakang (2) adalah sedotan-sedotan yang akan diisikan pada botol atau kantong tersebut.
Maka untuk menjelaskan perkalian 4×2 dia ambil dua setodan, lalu di masukkan pada botol 1; dia ambil lagi dua sedotan untuk botol 2; dan seterusnya hingga botol 4. Setelah itu semua sedotan diambil dan dihitung. Jumlahnya 8.
Untuk memperdalam pemahaman siswa, Pipit bertanya pada para siswanya. “Bagimana cara menulis yang benar dalam perkalian 3×5?” kata Pipit sambil menulis angka tersebut di white board.
Muhammad Faith Ar-Rasyid F, salah satu siswa, pun mengangkat tangan tanda siap menjawab. Faith menjelaskan, angka 3 di atas adalah botol dan angka 5 adalah isi. Lalu dia maju ke depan untuk mencoba Kantong Ajaib. Dia ambil 5 sedotan lalu dimasukkan ke botol 1 dan seterusnya hingga botol 3. Setelah itu dia menghitungnya. Jumlahnya 15.
Tidak sekali saja Pipit bertanya. Beberapa kali dia memberi kesempatan pada siswa lain untuk mempraktikkan konsep perkalian dalam Kantong Ajaib itu. Lalu mendiskusikan dengan tiga kelompok siswa.
Baca sambungan di halaman 2: Boyong Siswa dari Gumeno