Empat Strategi Menulis Opini yang Memikat Publik, laporan Anis Shofatun, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Empat strategi menulis opini yang memikat publik disampaikan oleh Prof Biyanto MAg dalam Roadshow Milad Ke-6 PWMU.CO Jatim 1, di Lamongan, Sabtu (19/2/2022).
Roadshow putaran pertama di Wilayah Jatim 1 ini diikuti oleh 100 kontributor meliputi yaitu Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Madura, Jombang dan Tuban.
Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya itu menyampaikan dua hal yang ditekankan dalam mengasah keterampilan menulis opini. Yakni menulis sesuai bidang yang digeluti, yang secara akademik memiliki kemampuan di dalamnya dan menuliskan apa saja yang disenangi dalam menjalankan kehidupan ini.
“Jangan menulis sesuatu yang tidak dikuasai pasti hal ini akan melelahkan. Ingat, pekerjaan apapun akan selesai jika didasari rasa senang dan bisa,” pesannya kepada kontributor yang memadati Gedung Dakwah Muhammadiyah Lamongan itu.
Ia menjelaskan dalam menulis opini hendaknyalah ditulis dengan gaya populer. Maksudnya dengan menggunakan bahasa yang tidak baku yang lebih mengutamakan pemahaman masyarakat awam. “Karya tulis opini ini cenderung membahas permasalahan aktual di masyarakat. Maka tulis dengan bahasa yang mudah dicerna oleh mereka,” jelasnya.
Empat Strategi
Selanjutnya, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu menjelaskan empat hal yang diperlukan dalam proses menulis opini.
Pertama, gagasan/pendapat. Menurutnya, dalam proses menulis opini, ide atau gagasan inilah yang utama diperlukan. Gagasan ini akan muncul kala banyak membaca buku termasuk membaca fenomena yang sedang trend di masyarakat. Biyanto lalu memberikan contoh karya populer yang pernah ditulisnya yang berjudul “Memilih Takdir Baik di Era Pandemi” yang dimuat di Kompas.
Pada roadshow dengan tema Kontributor Naik Kelas: Softnews, Menulis Berita Rasa Sastra itu, Biyanto memberikan ilustrasi bagaimana gagasan itu muncul bagi penulis opini.
Seperti artikelnya yang berjudul Pajak Pendidikan Vs Amanah Konstitusi. Dia menceritakan ide itu muncul saat ramai-ramainya isu wacana pajak pada sektor pendidikan di Indonesia. Begitu pula opini yang berjudul Merawat Intelektualisme Kaum Muda yang ia tulis saat sedang mengikuti rekreasi di Bunakeun Manado sebagai kado milad Muhammadiyah 2021 tahun lalu.
Menurutnya gagasan atau ide itu dapat hadir dari arah manapun seperti yang dicontohkan Dahlan Iskan. Mantan CEO Jawa Pos ini dinilai oleh Biyanto sebagai orang yang gagasanya selalu cair.
“Di manapun dan dalam kondisi apa saja, bisa menulis. Bahkan ketika sedang di mobil. Pak Dahlan mampu melahirkan gagasan dan karya tulisnya enak sekali untuk dibaca,” terangnya.
Kedua, ilmiah dalam membangun argumentasi. Gagasan atau ide itu dapat diperkuat dengan beragam referensi pendukung termasuk di dalamnya fakta-fakta yang terkait, kutipan atau kajian teoritis dan empiris lainnya. Selanjutnya perkuat dengan beragam argumentasi.
Dia memberi contoh opininya Ideologi Penganut Teologi Maut. Ia tulis karena terinspirasi dari kejadian bom bunuh diri yang dilakukan oleh pasangan suami istri di Makasar di depan Gereja Katedral. Kemudian mencoba dirangkai dengan kasus di Surabaya sebelumnya.
Opini itu lalu diperkuat dengan perkataan Buya Syafii yang menyatakan mereka yang melakukan bom bunuh diri itu sejenis orang yang berani menghadapi kematian tapi takut menghadapi kehidupan. Mereka inilah yang menjadi penganten alias tumbal dalam kasus bom bunuh diri atau terorisme. “Perkataaan Buya Syafii ini menjadi referensi yang dapat dimasukan dalam kutipan tulisan opini,” jelasnya.
Biyanto mengatakan kedalaman dan keluasan argumentasi penulis merupakan bagian penting dalam karya opini. Karena di sinilah pembaca akan mengetahui kadar keilmuwan seorang penulis. “Semakin kuat dam logis argumentasi yang ditampilkanya, maka akan semakin memperkuat gagasan yang dituliskannya,” katanya.
Baca sambungan di halaman 2: Pengaruh Besar Tulisan